Pontianak (Antara Kalbar) - Pemerintah Kota Pontianak terbuka terhadap masyarakat yang kritis terkait permasalahan air yang didistribusikan Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Khatulistiwa karena terasa payau setiap musim kemarau, asalkan rasional.
"Jangan hanya berkicau melalui media sosial `twitter` seperti yang dilakukan oleh mantan Ketua Komisi C DPRD Kota Pontianak tetapi ketika dia menjabat juga tidak berbuat banyak," kata Wali Kota setempat Sutarmidji di Pontianak, Minggu.
Dalam status twitternya mantan Ketua Komisi C itu menyatakan, "anak SD saja bisa buat air asin jadi air tawar".
Hal itulah yang disesalkan Sutarmidji karena mantan anggota dewan yang dulunya menangani persoalan PDAM itu, mengkritisi bidang yang kini bukanlah menjadi fokus kerjanya karena saat ini tidak lagi menjadi wakil rakyat di DRPD Kota Pontianak.
"Nah, dia dulu Ketua Komisi C yang membidangi PDAM, kenapa dulu tak diurus, setelah tidak menjadi anggota dewan baru ngomong macam-macam," ujar Sutarmidji kesal.
Menurut Sutarmidji, bukannya PDAM tidak mau membuat terobosan mengolah air asin menjadi tawar, karena kadar instrusi air laut yang jauh diambang batas sehingga berdampak pada biaya produksi tinggi sehingga harga jual menjadi mahal.
"Pemkot bisa saja menginvestasi senilai Rp380 miliar untuk membeli alat reverse osmosis (RO) yang bisa mengubah 900 liter/detik menjadi 1.500 liter/ per detik sesuai dengan kebutuhan air masyarakat Kota Pontianak, namun dengan alat itu biaya untuk mengolah air asin menjadi air tawar diperkirakan sebesar Rp18 ribu/meter kubik atau naik enam kali lipat dari biaya air yang disalurkan ke warga saat ini dengan harga jual Rp2.900/ meter kubik," ungkapnya.
Hal inilah tentunya akan memberatkan para pelanggan sebab dengan biaya sebesar Rp2.900 per meter kubik saja banyak masyarakat yang keberatan apalagi dinaikkan hingga Rp18 ribu/ meter kubik.
Sebagai alternatif maka disiapkan sumber air baku dari Sungai Penetap yang jaraknya 24 kilometer dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) PDAM di Jalan Imam Bonjol, dan harus dipompa dua kali dorongan dengan mesin baru bisa mencapai ke Imam Bonjol.
"Untuk memompa air dari Sungai Penetap ke Imam Bonjol membutuhkan biaya yang cukup besar, sehingga hanya kami gunakan pada waktu-waktu darurat seperti saat ini," katanya.
***3***
(U.A057/B/Z004/Z004) 23-03-2014 11:59:28
Masyarakat Pontianak Boleh Kritisi PDAM Asal Rasional
Minggu, 23 Maret 2014 11:59 WIB