Washington (Antara Kalbar) - Studi keampuhan vaksin HIV pertama yang akan
berlangsung tujuh tahun untuk menguji apakah modifikasi kandidat vaksin
bisa memberikan perlindungan efektif terhadap virus penyebab AIDS
dimulai di Afrika Selatan, kata Institut Kesehatan Nasional Amerika
Serikat (National Institutes of Health/NIH) pada Senin (28/11).
Studi
yang disebut HVTN 702 itu ditujukan untuk mendaftar 5.400 pria dan
perempuan berusia 18 sampai 35 tahun yang aktif secara seksual,
menjadikannya uji klinik vaksin HIV paling besar dan canggih yang
berlangsung di Afrika Selatan, tempat lebih dari 1.000 orang terinfeksi
HIV setiap hari.
"Jika dikerahkan bersama perangkat senjata
terkini kami yang sudah terbukti bisa mencegah HIV, vaksin yang aman dan
efektif bisa menjadi paku terakhir pada peti mati HIV," kata Anthony
Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (National Institute of Allergy and Infectious Diseases/NIAID) yang merupakan bagian NIH, dan penyelenggara uji klinik tersebut.
"Bahkan
vaksin yang secara moderat efektif akan secara signifikan menurunkan
beban penyakit HIV dari waktu ke waktu di negara-negara dan populasi
dengan tingkat infeksi HIV tinggi seperti Afrika Selatan."
Rejimen
vaksin eksperimental yang diuji dalam HVTN 702 didasarkan pada vaksin
yang diteliti dalam uji klinik RV144 di Thailand, menunjukkan bahwa
vaksin 31,2 persen efektif mencegah infeksi selama 3,5 tahun lebih
setelah vaksinasi.
Rejimen vaksin baru sudah disesuaikan dengan
subtipe HIV yang menonjol di bagian selatan Afrika dan uji klinik awal
kecil yang melibatkan 252 orang menunjukkan bahwa itu aman untuk peserta
studi dan imbasnya pada respons kekebalan sebanding dengan yang
dilaporkan pada RV144.
Uji klinik baru yang dilaksanakan di 15
lokasi di seluruh Afrika Selatan ditujukan untuk menguji apakah vaksin
itu akan memberikan perlindungan lebih besar dan lebih berlanjut
dibandingkan dengan rejimen RV144.
Para relawan akan secara acak
akan diberi rejimen vaksin yang masih dalam penelitian itu atau plasebo.
Seluruh peserta akan mendapat total lima suntikan selama satu tahun dan
hasilnya akan diketahui akhir 2020.
"HIV sudah merenggut banyak
kematian di Afrika Selatan, tapi sekarang kami memulai eksplorasi ilmiah
yang bisa sangat menjanjikan bagi negara kita," kata Kepala Protokol
HVTN 702 Glenda Gray, presiden dan pemimpin eksekutif Dewan Riset Medis
Afrika Selatan.
"Jika vaksin HIV berhasil di Afrika Selatan, itu
akan secara dramatis mengubah haluan pandemi," katanya sebagaimana
dikutip kantor berita Xinhua.
Keampuhan vaksin HIV pertama mulai diuji
Selasa, 29 November 2016 13:00 WIB