Jakarta (Antara Kalbar) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta
guru-guru memusatkan kegiatan belajar-mengajar kepada pendidikan
karakter para anak didik.
"Sejatinya pendidikan karakterlah
yang menjadi inti dari pendidkan yang sesungguhnya. Kemajuan pendidikan
sejatinya berpusat pada guru, pengajaran tertanam dari diri siswa dan
akan terbawa terus sampai kapan pun," kata Presiden Jokowi saat membuka
Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta International Expo
(JIExpo), Kemayoran Jakarta, Kamis.
Saat pembukaan, Presiden
Jokowi juga membagikan 2.079 Kartu Indonesia Pintar (KIP) kepada
pelajar di panti asuhan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan
Bekasi (Jabodetabek) dari 309 sekolah di tingkat SD, SMP, SMA/SMK,
Sekolah Luar Biasa (SLB) hingga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
(PKBM).
Ia mengatakan tentang guru yang menjadi sosok mencerahkan para siswanya.
"Peran guru sangat penting dan menjadi sosok yang mencerahkan, yang
membawa alam pikir serta jiwa para siswa dan memupuk nilai-nilai kasih
sayang, keteladanan, moralitas, dan kebhinekaan," ungkap Presiden.
Persoalannya, menurut Presiden Jokowi, interaksi sosial semakin menurun bahkan hingga tingkat keluarga.
"Juga terjadi pergeseran nilai-nilai, bersekolah juga kalau kita
lihat sekarang ini hanya berkeinginan untuk mencari legalistik, mencari
ijazah, bukan mencari ilmu. Hati-hati, kita juga perlu menyadari bersama
bahwa modernisasi dan teknologi juga perlu dipagari sehingga yang
negatif itu tidak menginvasi anak-anak kita," katanya.
Presiden menilai bahwa perubahan kultur tersebut bisa berasal dari
budaya Barat maupun dari negara-negara lain sehingga bisa melunturkan
nilai-nilai kebhinekaan.
"Saya hanya ingin mengingatkan kita
semua sekarang, yang namanya perang fisik boleh dikatakan mulai
ditinggalkan, yang terjadi sekarang bukan lagi penguasan teritori tapi
penguasaan sumber daya alam dan ekonomi. Oleh sebab itu saya perlu
mengingatkan agar anak-anak perlu terus-menerus diingatkan nilai-nilai
budi pekerti, kesopanan, kesantunan yang jadi karakter Indonesia,"
katanya.
Presiden mengatakan bahwa penghancuran negara
akhirnya bukan lagi melalui penguasaan teritori melainkan menggunakan
peran ideologi dan penyerangan sistem mentalitas.
"Dimulai
dari penyerangan sosial budaya. Hati-hati yang akan terjadi nantinya
adalah perang budaya, perang ekonomi, perang keuangan, perang informasi,
perang dalam membangun sebuah persepsi. Inilah tekanan yang perlu saya
sampaikan agar anak-anak kita," kata Presiden.
Salah satu
cara untuk memagari anak-anak agar tetap berkarakter Indonesia, menurut
Presiden Jokowi, dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan membaca
Pancasila sebelum memulai pelajaran pada pagi hari.
"Saya
tidak tahu apakah sudah dilakukan atau belum tapi perlu diingatkan
sebelum pelajaran tolong anak-anak kita diajak agar menyanyikan lagu
Indonesia Raya dan Pancasila karena kalau tidak kita akan lupa bahwa
kita ini memiliki lebih dari 700 suku, kita lupa punya lebih dari 1.100
lebih bahasa lokal, kebhinekaan ini yang perlu kita ingatkan kepada
anak-anak," kata Presiden.
Cara lain adalah para guru
diminta untuk memperhatikan secara serius perkembangan media sosial
(medsos) yang kerap diakses para pelajar.
"Kita harus
berikan perhatian serius terhadap perkembangan medsos yang pengaruhnya
sangat dekat dan nyata kepada anak-anak kita. Kadang yang mendidik
anak-anak kita adalah medsos. Hati-hati, kadang berita yang tersaji
menampilkan seolah-olah kebenaran itu ada di medsos padahal belum tentu
hal yang tersampaikan dalam medsos itu benar, banyak hal yang bohong,"
katanya.
Para guru diminta mengajarkan anak didiknya untuk menyaring informasi mana yang benar dan mana yang keliru di medsos.
"Anak-anak harus dididik untuk menyaring mana yang benar dan mana
yang tidak benar, mana yang salah mana yang benar. Kalau tidak hati-hati
menimbulkan dekonstruksi berpikir anak-anak dan ini harus diantispasi
sedini mungkin," kata Presiden.
Presiden Inging Guru Fokus Terhadap Pendidikan Karakter Anak
Kamis, 26 Januari 2017 17:02 WIB