Hubungan Daging Merah Dan Kanker Usus

Senin, 13 Agustus 2012 8:08 WIB

Jakarta (ANTARA Kalbar) - Beberapa ilmuwan di Inggris Raya menyatakan bahwa tingginya zat besi yang terkandung di dalam daging merah, merupakah salah satu alasan meningkatnya risiko kanker usus.

Kandungan zat besi berubah menjadi pembawa penyakit melalui jaringan rusak yang terdapat di usus. Dalam keadaan normal, jaringan ini yang seharusnya melawan penyakit yang masuk.

Berdasarkan penemuan ini, terapi pengobatan baru untuk penyakit kanker usus dapat segera ditemukan, sebagaimana dilansir dari DailyMail.

Terapi tersebut menyerap kelebihan zat besi pada usus orang yang sel kankernya sudah berkembang biak, karena dipengaruhi oleh gen yang rusak.

Dalam penelitian yang dilakukan terhadap tikus, para ilmuwan Inggris menemukan bahwa kanker usus rentan terjadi kepada makhluk yang tubuhnya sangat dipengaruhi oleh zat besi dan satu gen yang dinamakan APC.

Ketika gen APC ini rusak, maka tikus yang asupan zat besinya tinggi mengalami peningkatan sel kanker tiga kali lebih tinggi.

Tikus dengan asupan zat besi rendah, memiliki kecenderungan terbebas dari kanker meskipun memiliki jaringan usus yang rusak.

Kepala penelitian sekaligus wakil direktur Cancer Research Institute di Glasgow, Inggris Raya, Profesor Owen Sansom, mengatakan bahwa timnya telah membuat langkah besar dalam memahami proses berkembangnya kanker usus.

Sebelumnya, para peneliti telah memperkirakan bahwa daging merah memberikan kontribusi terhadap sekitar 17.000 kasus kanker usus dalam satu tahun.

Namun perkiraan tersebut berdasarkan dua faktor zat makanan yang dianggap berperan dalam memicu kanker usus. Zat itu adalah haeme, zat yang memberikan warna merah pada daging.

Zat ini diperkirakan dapat merusak lapisan usus besar, sementara itu daging merah yang dipanggang juga menyebabkan senyawa penghasil sel kanker.

"Sudah jelas bahwa zat besi memiliki peran penting dalam pengendalian kanker usus pada manusia yang memiliki kerusakan gen APC," kata Sansom.

Salah satu anggota peneliti dari Pusat Kanker di Universitas Birmingham, Dr Chris Tselepis, mengatakan bahwa hasil penelitian mereka juga menunjukkan bahwa kandungan zat besi pada kanker mampu meningkatkan risiko kanker usus, karena meningkatnya jumlah sel-sel pada usus yang menyebabkan kerusakan jaringan gen APC.

"Kami sekarang berencana untuk mengembangkan pengobatan yang mengurangi jumlah zat besi di usus dan bisa menurunkan risiko terkena kanker usus," ujar Tselepsis.

Tselepsis berharap beberapa tahun mendatang, timnya dapat memulai untuk menggunakan terapi pengobatan ini dalam proyek uji coba yang akan dilakukan kepada manusia yang memiliki risiko tinggi kanker usus.

Sementara itu, Senior Manajer bidang keilmuan dan Informasi Pusat Kanker di Universitas Birmingham, Dr Julie Sharp, mengatakan bahwa penemuan yang dihasilkan oleh beberapa peneliti tersebut sangat berguna dalam menekan angka masyarakat dengan risiko tinggi menderita kanker usus.

(M048)

Pewarta:

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012

Terkait

KRIS tidak hapus jenjang kelas layanan

Senin, 13 Mei 2024 16:09
Terpopuler