Pontianak (Antara Kalbar) - Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat melakukan penelitian mengenai pembentukan harga komoditas asal Indonesia dan Malaysia di Pontianak.

"Ada beberapa faktor yang membuat penelitian itu perlu dilakukan," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalbar, Hilman Tisnawan di Pontianak, Rabu.

Diantaranya, faktor inflasi karena desakan biaya menjadi penting dalam mempengaruhi laju inflasi di Kalbar. Kemudian, adanya faktor ketergantungan pasokan dari luar provinsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kalbar.

"Penelitian ini juga ingin mengetahui, bagaimana pembentukan harga di Pontianak," ujar dia.

Pertimbangan lain, secara geografis, Kalbar berbatasan langsung dengan Sarawak, Malaysia. Selain itu, terdapat perdagangan di wilayah perbatasan. Namun, komoditas yang diperdagangkan dengan Sarawak itu juga sampai di Kota Pontianak sehingga ikut mempengaruhi pembentukan harga.

Komoditas yang dijadikan bahan penelitian ada empat yakni kentang, bawang putih, gula pasir dan minuman kaleng. Sampel penelitian mengambil data dari sekitar 175 pedagang pengecer di Kota Pontianak.

Berdasarkan asal pengiriman, komoditas yang dipasok ke Kota Pontianak juga bersumber dari luar negeri, khususnya Malaysia. Bawang putih misalnya, sekitar 70 persen dari luar negeri. Gula pasir, hampir 50 persen dari luar negeri.

Penelitian itu juga menyimpulkan bahwa ada tiga faktor pedagang menjual komoditas asal Malaysia yakni harga, ketersediaan dan kualitas. Dari ketiga faktor tersebut, harga menjadi satu-satunya faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pedagang.

Waktu yang diperlukan untuk mendapat pasokan dari Malaysia, sebagian besar responden hanya memerlukan waktu maksimal tiga hari sejak pemesanan.

Sementara itu, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pontianak, Effendi Harun menilai, penelitian tersebut belum menyeluruh dan lebih banyak fokus ke produk atau barang. "Tidak melihat aturan-aturan yang ada di perbatasan," ujar dia.

Ia mengingatkan, kalau mengacu ke harga, dapat memicu pihak lain untuk mencoba memasukkan komoditas ke Kalbar tanpa melalui jalur yang benar.

Hilman Tisnawan menyambut baik sejumlah saran maupun masukan mengenai penelitian tersebut. "Nanti kita juga akan lihat kalau Komunitas ASEAN sudah diterapkan tahun 2015, apakah ada perbedaan atau seperti apa ke depan," ujar Hilman Tisnawan.

Penelitian tersebut dilakukan tahun 2012 dengan melibatkan sejumlah pihak diantaranya perguruan tinggi dan Badan Pusat Statistik.

Pewarta: Teguh Imam Wibowo

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013