Sintang (Antara Kalbar) - Republik Indonesia sudah 68 tahun merdeka. Namun rasa kemerdekaan itu belum sepenuhnya dirasakan masyarakat di tanah perbatasan. Sebab masih ada ketimpangan pembangunan di negeri ini. Pembangunan di kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia masih terus terabaikan.

Ada rasa cemburu jika melihat negeri seberang yang kawasan perbatasannya terbangun dengan apik. Di negeri tetangga, jalan perbatasannya mulus seperti jalan tol. Berbeda dengan jalan perbatasan di negeri ini, berlumpur seperti sawah para petani. Jika ingin melewati jalan bagus, masyarakat perbatasan harus menggunakan jalan yang diciptakan Tuhan, yaitu sungai.

Tidak hanya infrastruktur jalan, infrastruktur dasar lainnya juga demikian. Salah satunya infrastruktur pendidikan. Jika anak-anak negeri seberang yang berada di perbatasan bersekolah di sebuah gedung yang megah, asri dan lengkap dengan berbagai sarana penunjangnya maka anak-anak Merah Putih yang hidup di perbatasan harus ikhlas bersekolah di sebuah gubuk.

Seperti yang dialami anak-anak di Dusun Mungguk Kubu Hilir, Desa Kubu Berangan, Kecamatan Ketungau Tengah. Anak-anak tersebut dengan ikhlas hati bersekolah di sebuah gubuk yang berukuran 8 x 12 meter, bertiang kayu bulat, atap sirap, dinding dan lantai terbuat dari papan. Begitu juga dengan kursi dan meja belajarnya, sangat sederhana.

Bangunan gubuk ini terdiri dari empat lokal yang digunakan untuk Kelas I, II, III dan Kelas IV. SD di Dusun Mungguk Kubu Hilir ini merupakan SD Jarak Jauh yang induknya di SDN 10 Nanga Entoloi, kurang lebih 6 km dari sekolah jarak jauh tersebut. Sementara untuk siswa Kelas V dan VI harus bersekolah ke SD Induk.

“Bangunan sekolah inipun dibangun secara swadaya oleh masyarakat sejak 1996 lalu,” beber Pj Kades Kubu Berangan, Darnatus.

Dia mengungkapkan sejak tahun 2006, masyarakat Dusun Mungguk Kubu Hilir mengumpulkan dana untuk membangun sekolah tersebut tanpa bantuan pemerintah sedikitpun.

Sekarang ini, lanjutnya, bangunan SD Jarak Jauh tersebut sudah dalam kondisi rusak parah. Banyak atapnya yang sudah bocor begitu juga dengan dinding dan lantainya sudah banyak yang keropos.

“Kami sangat mengharapkan Pemkab Sintang dapat segera membangun SD di dusun kami,” harapnya.

Harapan yang sama disampaikan guru kontrak SD Jarak Jauh tersebut yaitu Yulius. Dia menuturkan kondisi bangunan sekolah yang sempit dan rusak tersebut membuat proses belajar mengajar menjadi terganggu.

“Proses belajar di sana sangat tidak efektif,” tuturnya saat di Sintang.

SD Jarak Jauh ini menjadi tempat menuntut ilmu 124 siswa yang bersekolah di sana. Sementara itu, hanya ada seorang guru PNS yang mengajar di sekolah tersebut. Untungnya, guru itu dibantu oleh seorang guru kontrak dan dua orang guru honor.

Kondisi infrastruktur pendidikan yang menyedihkan tersebut tidak hanya ada di Dusun  Mungguk Kubu Hilir tapi juga ada di Dusun Sepulau, Desa Mungguk Gelombang, Kecamatan Ketungau Tengah.

Bangunan SD di Dusun Sepulau juga seperti sebuah gubuk. Bangunan dari kayu bulat, berdinding kulit kayu dan beratap daun itu dibangun secara swadaya oleh masyarakat setempat.

Pendirian bangunan sekolah oleh masyarakat menjadi bukti besarnya kesadaran masyarakat akan pendidikan. Tapi sayangnya perhatian pemerintah untuk pendidikan di kawasan perbatasan masih minim.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Sintang, Marchues Afen menyampaikan Disdik Sintang telah menganggarkan dana untuk rehab bangunan SD Jarak Jauh di Dusun Mungguk Kubu di tahun 2014.

“Rencana rehab sekolah tersebut sudah terpikirkan sejak 2012 kemarin tapi karena anggaran belum ada baru akan dilaksanakan tahun 2014,” ungkapnya.

Afen meminta masyarakat untuk bersabar karena memang anggaran yang dimiliki Disdik Sintang untuk pembangunan fisik sangat minim. Untungnya pembangunan fisik sekolah terbantu oleh adanya dana DAK dan DAU dari pemerintah pusat.

Pewarta: Tantra Nur Andi

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013