Jakarta (Antara Kalbar) - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan nilai tukar rupiah yang terus melemah hingga Rabu sore tercatat Rp11.884 per dolar AS masih mencerminkan angka yang sesuai fundamental perekonomian nasional.
"Rupiah dalam kondisi yang di tingkat fundamental ekonomi kita dan ini adalah satu kondisi yang sudah dipahami oleh Bank Indonesia," ujarnya di Jakarta, Rabu.
Agus mengatakan pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang terjadi dalam beberapa hari terakhir, disebabkan tingginya permintaan valas untuk pembayaran bunga utang yang rutin terjadi menjelang akhir bulan.
"Ini ada permintaan menjelang akhir bulan untuk repatriasi keuntungan dan pembayaran utang serta bunga. Kita lihat pembayaran utang November lebih tinggi dari Oktober. Perusahaan telah membeli kebutuhan dolar untuk pembayaran kewajiban luar negeri," katanya.
Agus memastikan pelemahan ini terjadi bukan karena faktor eksternal yaitu karena potensi terjadinya "tapering off" yang akan dilakukan oleh The Fed (Bank Sentral AS), karena angka sektor retail di negara tersebut masih belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan.
"Laporan di AS, angka retailnya lebih buruk dari yang diharapkan dan ini menggarisbawahi bahwa 'tapering off' kayaknya tidak terjadi pada Desember, tapi mungkin terjadi di kuartal satu 2014," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
"Rupiah dalam kondisi yang di tingkat fundamental ekonomi kita dan ini adalah satu kondisi yang sudah dipahami oleh Bank Indonesia," ujarnya di Jakarta, Rabu.
Agus mengatakan pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang terjadi dalam beberapa hari terakhir, disebabkan tingginya permintaan valas untuk pembayaran bunga utang yang rutin terjadi menjelang akhir bulan.
"Ini ada permintaan menjelang akhir bulan untuk repatriasi keuntungan dan pembayaran utang serta bunga. Kita lihat pembayaran utang November lebih tinggi dari Oktober. Perusahaan telah membeli kebutuhan dolar untuk pembayaran kewajiban luar negeri," katanya.
Agus memastikan pelemahan ini terjadi bukan karena faktor eksternal yaitu karena potensi terjadinya "tapering off" yang akan dilakukan oleh The Fed (Bank Sentral AS), karena angka sektor retail di negara tersebut masih belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan.
"Laporan di AS, angka retailnya lebih buruk dari yang diharapkan dan ini menggarisbawahi bahwa 'tapering off' kayaknya tidak terjadi pada Desember, tapi mungkin terjadi di kuartal satu 2014," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013