Beijing (Antara/AFP) - Media pemerintah China, Kamis, mendukung belanja militer negara itu setelah pemerintah mengumumkan kenaikan 12,2 persen anggaran pertahanan untuk tahun 2014.

Rencana itu tidak boleh dianggap sebagai bukti peningkatan "ancaman China", kata surat kabar itu, dengan alasan bahwa kenaikan rutin anggaran pertahanan Beijing berakar pada keinginan untuk perdamaian daripada konflik.

Beijing terlibat dalam serangkaian sengketa teritorial dengan Jepang dan negara tetangga lainnya, dan telah melakukan klaim lebih tegas dalam beberapa tahun terakhir .

China, Rabu, mengumumkan pada pembukaan Kongres Rakyat Nasional (NPC), bahwa pihaknya berencana untuk membelanjakan 808,23 miliar yuan atau setara 132 miliar dolar untuk belanja Tentara Pembebasan Rakyat 2014, atau meningkat dua digit dari sebelumnya.

Angka itu masih jauh dari anggaran pertahanan 2014 yang sebesar 633 miliar dolar yang disetujui oleh Amerika Serikat, pemimpin global dalam belanja militer.

Tapi analis percaya belanja pertahanan China sebenarnya jauh lebih tinggi daripada yang dipublikasikan.

"China tidak akan berhenti meningkatkan belanja militernya , " tulis media yang dikelola negara, Global Times, dalam editorialnya,  Kamis. "Mereka yakin jika skala terbaik untuk mereka dalam jangka panjang adalah menjaga (belanja) itu di setengah atau dua pertiga dari milik Amerika Serikat."
 
Kenaikan resmi tahun ini adalah yang terbesar sejak 2011, dan dalam editorialnya surat kabar China Daily mengatakan China "hanya melakukan apa yang telah diabaikan untuk dilakukan di masa lalu".

"Kenaikan saat ini adalah baik, penting dan sah , karena China kini memiliki kepentingan yang lebih luas untuk dibela," tulis koran itu. " Pada saat yang sama , ancaman keamanan lebih banyak bermunculan di lingkungan terdekatnya. "
   
Meningkatnya belanja militer dan kemampuan Beijing telah memicu kekhawatiran di Asia dan Amerika Serikat , dan Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga kepada wartawan pada Rabu. Ia mengatakan kurangnya transparansi pengeluaran itu "telah menjadi keprihatinan bagi masyarakat internasional , termasuk Jepang " .

Kantor berita resmi China Xinhua menepis kekhawatiran tersebut dalam sebuah komentar yang nama penulisnya disebutkan, Kamis. Disampaikan bahwa "adalah Washington dan Tokyo , bukan Beijing , yang harus menjelaskan kepada dunia postur dan niat  militer mereka".

Pewarta:

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014