Jakarta (Antara Kalbar) - Psikolog Universitas Indonesia Aully Grashinta mengatakan miskinnya pendidikan dan pengetahuan tentang berlalu lintas berujung makin tingginya korban kecelakaan di jalan raya.

"Ada potret-potret perilaku yang tidak aman saat berkendara, misalnya tidak memakai helm, tidak ada spion, usia kurang dari 17 tahun atau bahkan melanggar zebra cross," kata Grashinta di Jakarta, Jumat.

Bahkan kata dia beberapa perilaku yang sudah menjadi kebiasaan  seperti merias, sms, menelpon saat menyetir mobil, melewati tanda larangan di jalan raya atau perlintasan kereta masih terbawa ketika berkendaraan.

Ketika pemahaman seseorang terhadap budaya berlalu lintas rendah dapat menyebabkan tingkat pelanggaran dan kecelakaan tinggi, dan tingginya angka pelanggaran dapat diakibatkan oleh kemacetan serta budaya melanggar, kata dia.

Pada tingkatan moral, lanjut dia, dibagi dalam tiga tahapan yaitu prakonvensional (4-10 tahun) di mana aturan diatur oleh pihak luar, konvensional (10-13 tahun) di mana seseorang menaati standar internal tertentu, sedangkan pascakonvensional (13 tahun ke atas) moralitas diinternalisasikan dengan mematuhi peraturan tanpa syarat dan moral itu adalah nilai.

Tahapan prakonvensional berorientasi pada kepatuhan dan hukuman dan apa yang benar adalah yang baik dan menghasilkan hadiah, tahapan konvensional seseorang memperhatikan hukum dan peraturan sementara pascakonvensional memperhatikan hak perseorangan, memahami prinsip-prinsip etika sebagai hukum yang berlaku universal.

"Kita mungkin masih pada tahapan prakonvensional," katanya.

Dia menjelaskan hasil penelitian mengenai muatan pendidikan lalu lintas pada kurikulum 2012 jenjang pendidikan TK-SMA, TK/PAUD pembelajaran tentang lalu lintas hanya 0,8 persen, SD 0,02 persen, SMP 0,018 persen dan SMA sebesar 0,015 persen.

"Menuju pada perubahan perilaku berkendara memerlukan 'road map' yang jelas, komitmen pembuat kebijakan, penegakan hukum yang disertai dengan dukungan sistem hukum yang jelas, melibatkan semua pihak serta terstruktur, masif dan sistematik," katanya.

(SDP-77/E.S. Syafei)

Pewarta: Karel A Polakitan

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014