Pontianak (Antara Kalbar) - Koordinator Lapangan Unit Pelaksana Teknis Hujan Buatan BPPT Kalimantan Barat, Sutrisno menyatakan penyemaian awan untuk hujan buatan di provinsi itu, belum bisa dilakukan karena tidak adanya awan potensial.
"Dalam tiga hari terakhir kelembaban udara di atas 700 mb atau sekitar 10.000 feet ke atas kondisinya sangat kering, sehingga sulit terbentuk awan potensial," kata Sutrisno saat dihubungi di Pontianak, Rabu.
Ia menjelaskan, dengan adanya dua tropical cyclone Goni dan Atsani yang berada di sebelah selatan Jepang dan perairan Filipina membuat masa udara sebagian besar wilayah Kalimantan tertarik ke arah cyclone tersebut.
"Hal ini menyebabkan udara di wilayah Kalimantan kering, diperkirakan cyclone tersebut akan segera mencapai daratan dan melemah," ungkapnya.
Dia memperkirakan dengan kondisi tersebut, dua atau tiga ke depannya di wilayah Kalbar akan berpotensi pertumbuhan awan akan mulai kembali membaik lagi. "Mudah-mudahan akan timbul awan potensial untuk dilakukan penyemaian hujan buatan," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalbar, Sustyo Iriyono menyatakan kondisi ISPU (Indeks Standar Pencemaran Udara) di Kota Pontianak dan sekitarnya semakin memburuk, karena asap pekat semakin tebal menyelimuti kota itu.
Tekanan udara di Kota Pontianak saat ini cukup rendah, sehingga asap terakumulasi di kota itu, atau lebih dikenal dengan asap kiriman dari daerah lain, katanya.
"Meski saat ini titik api tidak ada di kawasan Kota Pontianak, tetapi asap malah terkumpul di Pontianak akibat tekanan udara yang rendah tersebut," ungkapnya.
Ia mengimbau kepada masyarakat Kalbar agar tidak melakukan kegiatan pembakaran lahan dan hutan.
Selain itu, menurut dia, pihaknya dan instansi terkait terus melakukan imbauan kepada masyarakat agar tidak melakukan pembersihan lahannya dengan cara dibakar dalam mengurangi asap akibat pembakaran lahan dan hutan di Kalbar.
(A057/I006)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
"Dalam tiga hari terakhir kelembaban udara di atas 700 mb atau sekitar 10.000 feet ke atas kondisinya sangat kering, sehingga sulit terbentuk awan potensial," kata Sutrisno saat dihubungi di Pontianak, Rabu.
Ia menjelaskan, dengan adanya dua tropical cyclone Goni dan Atsani yang berada di sebelah selatan Jepang dan perairan Filipina membuat masa udara sebagian besar wilayah Kalimantan tertarik ke arah cyclone tersebut.
"Hal ini menyebabkan udara di wilayah Kalimantan kering, diperkirakan cyclone tersebut akan segera mencapai daratan dan melemah," ungkapnya.
Dia memperkirakan dengan kondisi tersebut, dua atau tiga ke depannya di wilayah Kalbar akan berpotensi pertumbuhan awan akan mulai kembali membaik lagi. "Mudah-mudahan akan timbul awan potensial untuk dilakukan penyemaian hujan buatan," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalbar, Sustyo Iriyono menyatakan kondisi ISPU (Indeks Standar Pencemaran Udara) di Kota Pontianak dan sekitarnya semakin memburuk, karena asap pekat semakin tebal menyelimuti kota itu.
Tekanan udara di Kota Pontianak saat ini cukup rendah, sehingga asap terakumulasi di kota itu, atau lebih dikenal dengan asap kiriman dari daerah lain, katanya.
"Meski saat ini titik api tidak ada di kawasan Kota Pontianak, tetapi asap malah terkumpul di Pontianak akibat tekanan udara yang rendah tersebut," ungkapnya.
Ia mengimbau kepada masyarakat Kalbar agar tidak melakukan kegiatan pembakaran lahan dan hutan.
Selain itu, menurut dia, pihaknya dan instansi terkait terus melakukan imbauan kepada masyarakat agar tidak melakukan pembersihan lahannya dengan cara dibakar dalam mengurangi asap akibat pembakaran lahan dan hutan di Kalbar.
(A057/I006)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015