Pontianak (Antara Kalbar) - Kepala Kantor Bank Indonesia Perwakilan Kalimantan Barat, Dwi Suslamanto mengatakan, berdasarkan data sampai dengan akhir November 2015 menunjukkan temuan uang palsu di Kalbar relatif terkendali bahkan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.
"Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, temuan bilyet uang palsu tahun ini turun lebih dari 20 persen. Bila pada November 2014 temuan uang palsu mencapai 1089 bilyet, pada November 2015 hanya 864 bilyet," kata Dwi di Pontianak, Rabu.
Dia menjelaskan, sejak awal tahun 2015, pelaporan uang palsu di Kalimantan Barat memang menunjukkan tren penurunan. Dilihat dari jumlah bilyet, temuan uang palsu dalam tiga bulan terakhir memang jauh di bawah rata-rata bulanan sepanjang tahun 2015.
Meski begitu, masyarakat diimbau tetap waspada dan senantiasa mengidentifikasi uang Rupiah yang diterimanya terutama pecahan besar seperti Rp100.000 dan Rp50.000.
"Apalagi pada bulan Desember 2015 ini terdapat beberapa momen besar seperti pelaksanaan Pilkada serentak, perayaan Natal serta Tahun Baru yang akan mendorong aktivitas ekonomi dan tentunya mempengaruhi perputaran uang karena roda perekonomian berputar relatif lebih cepat," tuturnya.
Pencapaian itu merupakan indikasi bahwa tingkat kesadaran atau awareness masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian Uang Rupiah sudah semakin baik berkat edukasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia salah satunya melalui kampanye 3D yaitu Dilihat, Diraba, dan Diterawang. Selain itu hal ini juga tak lepas dari dukungan para aparat penegak hukum.
"Pada tahun 2015 ini Bank Indonesia memang telah membuat kesepakatan bersama dengan Kepolisian dan Kejaksaan dimana salah satunya mengenai kegiatan sosialisasi dan penegakan hukum terkait tindak pidana pemalsuan uang. Kerja sama ini dilakukan baik di level pusat maupun daerah termasuk di Kalimantan Barat," kata Dwi.
(KR-RDO/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
"Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, temuan bilyet uang palsu tahun ini turun lebih dari 20 persen. Bila pada November 2014 temuan uang palsu mencapai 1089 bilyet, pada November 2015 hanya 864 bilyet," kata Dwi di Pontianak, Rabu.
Dia menjelaskan, sejak awal tahun 2015, pelaporan uang palsu di Kalimantan Barat memang menunjukkan tren penurunan. Dilihat dari jumlah bilyet, temuan uang palsu dalam tiga bulan terakhir memang jauh di bawah rata-rata bulanan sepanjang tahun 2015.
Meski begitu, masyarakat diimbau tetap waspada dan senantiasa mengidentifikasi uang Rupiah yang diterimanya terutama pecahan besar seperti Rp100.000 dan Rp50.000.
"Apalagi pada bulan Desember 2015 ini terdapat beberapa momen besar seperti pelaksanaan Pilkada serentak, perayaan Natal serta Tahun Baru yang akan mendorong aktivitas ekonomi dan tentunya mempengaruhi perputaran uang karena roda perekonomian berputar relatif lebih cepat," tuturnya.
Pencapaian itu merupakan indikasi bahwa tingkat kesadaran atau awareness masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian Uang Rupiah sudah semakin baik berkat edukasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia salah satunya melalui kampanye 3D yaitu Dilihat, Diraba, dan Diterawang. Selain itu hal ini juga tak lepas dari dukungan para aparat penegak hukum.
"Pada tahun 2015 ini Bank Indonesia memang telah membuat kesepakatan bersama dengan Kepolisian dan Kejaksaan dimana salah satunya mengenai kegiatan sosialisasi dan penegakan hukum terkait tindak pidana pemalsuan uang. Kerja sama ini dilakukan baik di level pusat maupun daerah termasuk di Kalimantan Barat," kata Dwi.
(KR-RDO/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015