Kairo (Antara kalbar) - Ronda perbatasan dan pasukan penjaga pantai Mesir menghentikan lebih dari 12.000 orang dari berbagai negara untuk memasuki atau meninggalkan negara itu secara gelap pada 2016, kata militer, Rabu,

Pengungsi mencoba menyeberang ke Italia dari pantai Afrika, terutama dari Libya, tempat pedagang manusia bergiat dengan pembiaran. Tapi, semakin banyak kapal berangkat dari Mesir.

Data militer menyebutkan penangkapan 12.192 orang dari berbagai negara dan 434 pengungkapan perkara pendatang gelap pada pernyataan capaian tahun lalu.

Mesir mengeluarkan undang-undang pada Oktober untuk menindak pedagang manusia terkait dengan lonjakan jumlah keberangkatan pengungsi dari pantai laut Tengah untuk mencapai Eropa melalui laut.

Sebuah kapal membawa sekitar 450 orang terbalik di lepas pantai Mesir pada September. Sekitar 202 jenazah kemudian ditemukan mengapung di laut dan 169 orang diselamatkan. Sekitar 320 migran dan pengungsi tenggelam di lepas pulau Crete Yunani pada Juni dan yang selamat mengatakan kapal mereka telah berlayar dari Mesir.

Penyelidikan Reuters yang diterbitkan pada Desember menemukan bahwa perahu nelayan yang membawa ratusan migran yang terbalik pada April telah berlayar dari Mesir, tidak seperti yang dilaporkan sebelumnya dari Libya.

Sekitar 500 orang tewas, jumlah korban tewas terbanyak di Laut Mrditerania pada 2016.

Sementara itu, Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) dan badan PBB untuk pengungsi (UNHCR) menyatakan bahwa jumlah kematian akibat tenggelamnya perahu para migran di Laut Mediterania pada tahun ini mencapai rekor tertinggi dengan angka 5.000 orang.

Angka tersebut merupakan perhitungan terbaru setelah dua kapal, yang diduga membawa sekitar 100 penumpang, tenggelam pada Kamis di Laut Tengah.

Dua kapal bermuatan sesak melebihi kapasitas itu tenggalam di Selat Sisilia yang terletak di antara Italia dan Libya, kata IOM dan UNHCR.

"Kedua kecelakaan itu jika digabungkan akan membuat jumlah kematian mencapai 5.000 orang. Ini rekor terbaru dalam krisis pengungsi," kata juru bicara IOM, Joel Millman dalam konferensi pers di Jenewa.

"Ini adalah angka kematian tahunan terburuk yang pernah kami saksikan," kata juru bicara UNHCR William Spindler.

Pada 2015, sekitar 3.777 migran tewas tenggelam di Laut Mediterania, kata IOM, Sementara itu, UNHCR meminta agar negara-negara di Eropa membuka jalur legal untuk para pengungsi.

Laut Tengah memang dikenal sebagai jalur paling mematikan bagi para imigran dan pengungsi pelarian perang dari wilayah Afrika utara dan timur laut Tengah, yang ingin mencari penghidupan yang layak di Eropa.

Jalur menghubungkan Italia di Eropa dengan Libya di Afrika utara itu pada tahun ini semakin ramai karena Eropa dan Ankara sepakat menutup jalur lain, yang menghubungkan Turki dengan Yunani.

Pewarta:

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017