Jakarta (Antara Kalvar) - Penelitian yang dilakukan Sekretaris Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Wina Armada Sukardi menyebutkan "hoax" yang paling banyak tersebar adalah mengenai informasi kesehatan.
"Hoax nomor satu terbanyak adalah bidang kesehatan dan berita ini cenderung diteruskan karena masyarakat kurang informasi mengenai hal tersebut," kata Wina saat dijumpai di World Press Freedom Day di Jakarta, Senin.
Dia mengatakan sebesar 27 persen dari sekitar seribu berita hoax yang dijadikan sampel sejak Februari 2016 hingga Februari 2017 adalah berita kesehatan.
Menurut Wina para penyebar berita hoax kesehatan ini biasanya melakukannya secara tidak sengaja karena merasa informasi tersebut bermanfaat dan harus segera diberitahukan kepada orang lain.
"Penyebar biasanya merasa berita yang mereka terima itu benar menurut logika mereka, mereka tidak punya berniat buruk untuk menyebar berita tersebut," kata dia.
Ada beberapa ciri berita yang tersebar merupakan berita palsu antara lainnya menggunakan judul berita sensasional, menggunakan kata-kata provokatif seperti "Lawan" atau "Sebarkan".
Sumber yang dimuat dalam berita "hoax" biasanya juga tidak jelas.
"Misalnya dalam berita itu ditulis penelitian dilakukan dokter dari Amerika, tetapi tidak tahu dokter siapa yang meneliti obat tersebut," kata dia.
Sementara itu di posisi kedua berita "hoax" terbanyak adalah tentang politik sebanyak 22 persen dan berita hiburan sekitar 15 persen, sisanya berita mengenai persaingan bisnis dan lainnya.
Wina mengatakan pada awalnya berita hiburan menempati posisi kedua "hoax" terbanyak, namun setelah ada perseteruan Pilkada DKI antara petahana Basuk Tjahaja Purnama dengan calon gubernur Anies Baswedan, maka "hoax" bermuatan politik menempati posisi kedua.
Penelitian dilakukan dengan metodologi kombinasi kualitatif dan kuantitatif, dengan memeriksa apakah berita yang beredar berita benar atau tidak dan mewawancarai penyebar berita hoax.
(A074/A. Novarina)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017