Pontianak (Antara Kalbar) - Pentas musik dunia, Rainforest World Music Festival, tahun ini akan kembali digelar Sarawak Tourism Board (STB) di Kampung Budaya, Santubong, Kuching. Tahun ini terbilang istimewa karena RWMF sudah memasuki pagelaran yang ke-20 kalinya.
Direktur Event and Corporate Relations STB, Angelina Bateman menuturkan, RWMF sudah melewati perjalanan panjang hingga akhirnya meraih berbagai penghargaan tingkat internasional.
Diantaranya dari Songlines, majalah musik yang berbasis di Inggris, bahwa RWMF masuk dalam 25 besar terbaik festival musik internasional pada tahun 2010-2015. Kemudian, Asia-Pacific Excellence Award 2016 for Public Relations in Entertainment & Culture, oleh Communication Director Magazine.
Sejarah RWMF bermula pada tahun 1998 yang masa itu hanya dihadiri 300 orang. Kini, RWMF masuk dalam agenda musik utama Sarawak yang dihadiri lebih dari 20 ribu orang dari berbagai belahan dunia maupun dalam negeri Malaysia. Even ini dapat disebut ramah bagi keluarga dengan melibatkan mereka di dalam sesi mini pada sore hari. Atau, tercatat sebagai even dengan kepedulian lingkungan yang tinggi karena sekaligus mengampanyekan penanaman pohon di areal tertentu, mendaur ulang dan menggunakan bis penghubung untuk mengurangi emisi karbon.
Bagi STB, RWMF adalah yang paling menyedot perhatian publik. Nama, lokasi dan tema dari festival tersebut sangat selaras dengan pesan STB yang menjadikan Sarawak seabagai tujuan wisata kaya budaya berlatar hutan tropis.
Edisi ke-20 RWMF akan digelar pada 14 - 16 Juli di Kampung Budaya, Kuching. Sehari penuh kegiatan yang akan dimulai sesi mini pada siang hari, serta program kesehatan dan kebugaran, diakhiri dengan penampilan pemusik pada malam harinya.
RWMF juga identik dengan musik yang berisi akar dan identitas tradisional serta budaya yang luas dari berbagai belahan dunia yang beragam dalam bentuk seni musik dan tari.
Ada dua panggung yang disiapkan untuk penampilan pemusik yang dimulai malam hari, yakni Jungle dan Tree. Kedua panggung ini juga untuk terus menampilkan para pemusik tanpa jeda panjang mengingat ada sekitar 20 grup musik yang tampil.
Tiap musisi yang tampil masing-masing memiliki keunikan dari yang lain dan bermain saling bergantian di dua panggung tersebut sehingga memberikan kesan yang mengagumkan kepada para pengunjung.
Ada pula panggung indoor yang digunakan pada sore hari untuk penampilan yang membutuhkan ruangan yang lebih kecil, namun memberikan kedekatan terhadap pengunjung.
Banyak pengunjung yang kembali datang pada tahun-tahun berikutnya untuk menikmati sesi mini tersebut, yang lokasinya terletak di kawasan rumah tradisional dan hall dari suku asli Sarawak itu. Pesan Barbara, harapkan yang tidak terduga ketika datang menyaksikan berbagai pemusik di RWMF. "Yang akan membuatmu tidak beranjak pergi dari penampilan seni dan musik pada malam hari. Dan selalu, ada sesuatu untuk semua," ujar Barbara.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017
Direktur Event and Corporate Relations STB, Angelina Bateman menuturkan, RWMF sudah melewati perjalanan panjang hingga akhirnya meraih berbagai penghargaan tingkat internasional.
Diantaranya dari Songlines, majalah musik yang berbasis di Inggris, bahwa RWMF masuk dalam 25 besar terbaik festival musik internasional pada tahun 2010-2015. Kemudian, Asia-Pacific Excellence Award 2016 for Public Relations in Entertainment & Culture, oleh Communication Director Magazine.
Sejarah RWMF bermula pada tahun 1998 yang masa itu hanya dihadiri 300 orang. Kini, RWMF masuk dalam agenda musik utama Sarawak yang dihadiri lebih dari 20 ribu orang dari berbagai belahan dunia maupun dalam negeri Malaysia. Even ini dapat disebut ramah bagi keluarga dengan melibatkan mereka di dalam sesi mini pada sore hari. Atau, tercatat sebagai even dengan kepedulian lingkungan yang tinggi karena sekaligus mengampanyekan penanaman pohon di areal tertentu, mendaur ulang dan menggunakan bis penghubung untuk mengurangi emisi karbon.
Bagi STB, RWMF adalah yang paling menyedot perhatian publik. Nama, lokasi dan tema dari festival tersebut sangat selaras dengan pesan STB yang menjadikan Sarawak seabagai tujuan wisata kaya budaya berlatar hutan tropis.
Edisi ke-20 RWMF akan digelar pada 14 - 16 Juli di Kampung Budaya, Kuching. Sehari penuh kegiatan yang akan dimulai sesi mini pada siang hari, serta program kesehatan dan kebugaran, diakhiri dengan penampilan pemusik pada malam harinya.
RWMF juga identik dengan musik yang berisi akar dan identitas tradisional serta budaya yang luas dari berbagai belahan dunia yang beragam dalam bentuk seni musik dan tari.
Ada dua panggung yang disiapkan untuk penampilan pemusik yang dimulai malam hari, yakni Jungle dan Tree. Kedua panggung ini juga untuk terus menampilkan para pemusik tanpa jeda panjang mengingat ada sekitar 20 grup musik yang tampil.
Tiap musisi yang tampil masing-masing memiliki keunikan dari yang lain dan bermain saling bergantian di dua panggung tersebut sehingga memberikan kesan yang mengagumkan kepada para pengunjung.
Ada pula panggung indoor yang digunakan pada sore hari untuk penampilan yang membutuhkan ruangan yang lebih kecil, namun memberikan kedekatan terhadap pengunjung.
Banyak pengunjung yang kembali datang pada tahun-tahun berikutnya untuk menikmati sesi mini tersebut, yang lokasinya terletak di kawasan rumah tradisional dan hall dari suku asli Sarawak itu. Pesan Barbara, harapkan yang tidak terduga ketika datang menyaksikan berbagai pemusik di RWMF. "Yang akan membuatmu tidak beranjak pergi dari penampilan seni dan musik pada malam hari. Dan selalu, ada sesuatu untuk semua," ujar Barbara.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017