Pontianak (Antara Kalbar) - Pemerintah Kota Pontianak melalui Dinas Lingkungan Hidup kota setempat akan membeli alat pengolahan biogas sehingga bisa digunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari seperti untuk memasak.

"Saat ini kendala kami dalam pengemasan biogas, karena yang dihasilkan masih berbentuk gas, bukan cair sebagaimana gas atau elpiji," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Pontianak, Sri Sujiarti di Pontianak, Kamis.

Ia menjelaskan, untuk mengubah gas ke cair perlu alat lagi, sehingga ke depannya pihaknya akan membeli peralatan tersebut.

"Saat ini, gas yang kami disampaikan ke masyarakat, gas dalam bantal yang besar. Ke depan ada pesantren di kawasan Pontianak Tenggara yang akan menggunakan biogas tersebut," ungkapnya.

Sementara itu, Kasi Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Dinas Lingkungan Hidup Kota Pontianak, Lita menyatakan, pihaknya sejak setahun terakhir mulai melakukan pengolahan sampah organik, seperti sampah sayur dan buah dari pasar pagi di Jalan Dr Wahidin menjadi kompos dan biogas di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Edelweis, Jalan Purnama II, Pontianak Tenggara.

Ia menerangkan saat ini TPST itu memang baru mampu mengelola sampah satu pasar, yang diantar dua hari sekali, dan satu pengangkutan sekitar satu ton sampah organik.

"Sampah sisa buah dan sayur yang masuk, lebih dulu dipisahkan dari sampah anorganik seperti plastik yang ikut terbawa. Setelah itu dengan enam orang pekerja yang dibagi dalam dua shif, sampah-sampah dicacah. Pencacahan dilakukan untuk mendapatkan ukuran minimal dari sampah tersebut, dari cacahan itu, sekitar10 persennya dipisahkan untuk biogas, dan sisanya diproduksi untuk kompos," katanya.

Lita mengakui, produksi kompos saat ini belum mencukupi kebutuhan semua taman di Pontianak. Sementara itu, terkait biogas dia menjelaskan penggunaannya memang belum masif, baru beberapa rumah warga di sekitar TPST dan rutinitas petugas yang memanfaatkan. Hal itu dikarenakan pengemasan gas masih menggunakan balon, sehingga belum efisien.

Pengolahan sampah organik hingga menjadi biogas ini pun masih sederhana. Hanya perlu satu wadah besar sebagai penampungan gas, bak inlet dan outlet sebagai keluar masuk kompos, dan bak kontrol untuk memastikan biogas aman.

Untuk starter, kotoran sapi dimasukkan dalam inlet dan ditunggu sekitar tujuh hari untuk membentuk gas, setelah itu, baru ditambahkan sampah organik yang telah dicacah, dengan perbandingannya 50:50 dengan banyaknya air. Fermentasi akan menghasilkan gas metan, dan gas itulah yang kemudian dijadikan bahan bakar.

Ke depan, pihaknya akan mencoba mengonversikan biogas menjadi bahan bakar cair.

(U.A057/B008)

Pewarta: Andilala

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017