Kiev (Antaranews Kalbar) - Ukraina menguji coba sistem peluru kendali Javelin untuk pertama kalinya sejak menerima persenjataan itu dari Amerika Serikat guna meningkatkan kemampuan pertahanan dalam konflik dengan para separatis dukungan Rusia.

Washington selama ini merupakan salah satu pendukung setia Kiev sejak Moskow mencaplok Krimea pada 2014 serta munculnya serangkaian pertempuran di Donbass di Ukraina timur, yang telah menewaskan lebih dari 10.000 orang.

Kiev dan Washington meyakini bahwa sistem rudal antitank itu akan membantu Ukraina membangun kemampuan pertahannya untuk jangka panjang.

Amerika Serikat mengatakan Javelin tidak bisa digunakan secara efektif untuk merebut wilayah, tapi Rusia mengatakan bahwa memasok peralatan itu akan semakin mengganggu stabilitas dengan mendorong penggunaan kekuatan.

Presiden Ukraina Petra Poroshenko, melalui Twitter, mengumumkan pengujicobaan pertama rudal tersebut.

"Akhirnya hari ini tiba," katanya.

"Saya berterima kasih kepada (Amerika Serikat) ... untuk keputusan tegasnya bahwa Ukraina harus dipersenjatai." Uji coba itu dilakukan di Ukraina utara, jauh dari garis depan timur. Bentrokan terus terjadi di wilayah-wilayah timur walaupun sudah ada gencatan senjata semu serta upaya-upaya perdamaian diplomatik.

Organisasi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE), yang mengamati pelaksanaan perjanjian perdamaian "Minsk" Ukraina, yang banyak dilanggar, pada Selasa memperingatkan akan peningkatan pertempuaran di sepanjang garis depan.

"Saya mendesak pihak-pihak (terkait) untuk segera berhenti bertempur ... dan melakukan upaya terbaik untuk melindungi para penduduk sipil," kata Wakil Khusus OSCE Martin Sajdik dalam pernyataan.

Pewarta: -

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018