Jakarta (Antaranews Kalbar) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menegaskan berita berisi pendapat ilmiah kepakaran peneliti kegempaannya soal gempa di Jawa sudah dipelintir sehingga menjadi hoax.

Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Eko Yulianto dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu, mengatakan bahwa berita yang tayang di Berita Satu TV berjudul "Lempeng Jawa Terus Bergerak, LIPI Ingatkan Potensi Gempa" sebagai edukasi yang baik bagi masyarakat luas yang memang hidup di wilayah rawan gempa.

Tayangan tersebut, ia mengatakan sebenarnya merupakan berita lama yang direkam hasil wawancara peneliti senior Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Dr Danny Hilman Natawidjaja, M.Sc. dan dapat dilihat di kanal YouTube sejak 24 Januari 2018.

Berita tersebut merupakan pendapat ilmiah dari kepakaran seorang peneliti kegempaan di mana sangat terbuka untuk melakukan diskusi ilmiah lebih lanjut.

LIPI melihat berita ini sebagai bagian edukasi positif ke masyarakat yang seharusnya tidak dibumbui dengan hal-hal yang cenderung provokatif dan menimbulkan rasa ketakutan di tengah masyarakat luas.

    
Soal kegempaan
    
Eko mengatakan, pernyataan ilmuwan tentang kewaspadaan gempa selalu bersifat sangat umum yaitu mempertimbangkan mekanisme gempa yang berulang.

Pilihan kata dan kalimatnya juga sering kali masih menggunakan konteks waktu geologi yang kisaran waktunya bukan 24 jam, tetapi ribuan bahkan jutaan tahun.

"Artinya, jika seorang geologist mengemukakan statement tentang sebuah ancaman gempa, itu adalah pernyataan yang generik karena memang kita hidup di tempat dimana sumber-sumber gempa berada," tegasnya.

Oleh karena itu, Eko mengatakan LIPI mengklarifikasi bahwa segala kata-kata dan kalimat yang terdapat dalam pesan berantai yang viral tersebut merupakan bentuk pemelintiran informasi yang secara sengaja dibuat untuk menimbulkan keresahan pada masyarakat dan bisa dikategorikan informasi tambahan yang hoax.

Dan, LIPI mengimbau agar masyarakat tidak terprovokasi atas pesan tersebut dan menjadi panik karena pesan itu. Lalu, bila masyarakat menerima pesan serupa, sebaiknya tidak segera dibagikan lagi dan lebih baik mengonfirmasikan kembali kepada pihak yang resmi dan terpercaya.

(V002/Sambas) 





    

Pewarta: Virna P Setyorini

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018