Tim tari tradisional Dayak, Spirit of Hornbill yang berasal dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah memukau pengunjung pada penampilan perdananya di Rainforest World Music Festival (RWMF) 2019 yang dilaksanakan di Sarawak, Malaysia dari tanggal 12 sampai 14 Juli.
Memulai debut perdananya di panggung internasional pada ajang RWMF 2019 tersebut, Spirit of Hornbill yang beranggotakan 11 orang ini membawakan Tarian Mandau Talawang.
Tarian ini mengisahkan tentang kehebatan prajurit Suku Dayak (Ngaju) Pedalaman Kalimantan yang memiliki semangat juang prajurit Dayak dalam membela Tanah Air, harkat, dan martabat mereka.
Dalam tarian ini memperlihatkan keahlian para prajurit Suku Dayak Pedalaman Kalimantan dalam memainkan/menggunakan senjata khas mereka yang berguna dalam menghadapi serangan musuh atau pun binatang buas yang akan menyerang sehingga mereke memiliki sikap kewaspadaan dan kesiagaan di medan pertempuran.
"Tari Mandau Talawang berasal dari dua buah kata yaitu Mandau yang merupakan Senjata Khas Suku Dayak dan Talawang yang merupakan Perisai atau Tameng Pelindung," kata Ketua Tim tari Spirit of the Hornbill, Siti Habibah di Sarawak, Malaysia, Sabtu.
Pada pementasan tarian yang dilakukan tim ini pada Jumat malam tadi di panggung utama RWMF 2019, terlihat decak kagum dan antusias para pengunjung.
Setiap hentakan musik dalam tarian tim Spirit of the Hornbill, selalu mendapat tepuk tangan dan sorakan meriah dari para penonton yang berasal dari berbagai negara tersebut.
"Ini merupakan penampilan perdana kami di luar Indonesia dan kami tidak menyangka bahwa kami mendapat sambutan yang luar biasa. Di sini, kami benar-benar merasa dihargai dan kami diperlakukan seperti artis internasional dan ini menjadi pengalaman yang benar-benar luar biasa bagi kami," kata Siti.
Salah satu pengunjung RWMF 2019, Riri yang berasal dari Kuala Lumpur mengatakan, dari beberapa pertunjukan yang ditampilkan pada Jumat malam tadi, dirinya paling menyukai penampilan dari Spirit of the Hornbill.
"Saya biasa melihat tarian Dayak yang ada di Malaysia, tapi saya lihat penampilan Spirit of the Horbill ini sedikit berbeda, terutama pada gerak langkah kakinya. Lebih-lebih kita lihat tidak hanya lelaki yang memegang pedang dan perisai pada saat tarian, tetapi perempuan juga dan ini terlihat luar biasa," kata mahasiswi salah satu perguruan tinggi di Kuala Lumpur, Malaysia ini.
Baca juga: Jurnalis berbagai negara hadir di RWMF 2019
Ketua tim tari Spirit of the Hornbill dalam ajang RWMF 2019 di Sarawak, Siti Habibah mengatakan dalam setiap penampilan tim tari ini pihaknya selalu membawa misi untuk mempertahankan budaya Dayak di tengah era digital dan globalisasi yang ada saat ini.
Siti mengatakan, pihaknya tidak ingin budaya Dayak tergerus oleh perkembangan zaman yang terjadi saat ini, dimana banyak generasi muda Indonesia yang sudah mulai banyak menyukai budaya luar, seperti budaya dari Korea, Eropa atau negara lainnya.
Terkait hal itu, kata Siti, Akademi Tari Julang atau Sangar Seni dan Budaya Darung Tingang yang menaungi Spirit of the Hornbill ini mengangkat semangat generasi muda untuk memberikan pengajaran kepada generasi muda Dayak agar mau terus melestarikan budaya mereka melalui tarian.
"Kami ingin menanamkan rasa kecintaan pada budaya kita, khususnya budaya Dayak kepada generasi muda Indonesia. Kami tidak ingin budaya Dayak hilang ditelan zaman seperti budaya Betawi yang mulai terkikis, sehingga kita akan terus berupaya untuk menanamkan kecintaan akan budaya kita kepada gerenasi muda bangsa ini," kata Siti yang juga mengajar di SDN 98 Kota Palangkaraya ini.
Sanggar seni dan budaya Darung Tinggang sendiri, kata Siti membuka pintu selebar-lebarnya kepada siapa saja yang ingin belajar seni dan tari Dayak. "Selagi mereka ingin belajar, kita tidak akan menutup pintu untuk bergabung," tuturnya.
Dukungan Pemkot Palangkaraya
Siti mengatakan, tim yang dibawanya sangat senang dan bangga bisa membawa nama daerahnya dan Indonesia pada festival intrenasional. Menurutnya, kesempatan langka itu berhasil mereka dapat atas peran Pemkot Palangkaraya yang mempromosikan dan terus mendukung mereka selama ini.
Atas dukungan Pemkot Palangkaraya, Spirit of the Hornbill sampai saat ini sudah malang melintang dari panggung ke panggung. Tidak hanya di Kalimantan Tengah, namun tim tari ini juga sudah pernah tampil dalam ajang tari Internasional di Bali tahun 2018 lalu.
Tampilnya mereka pada ajang RWMF 2019 malam tadi, juga merupakan bentuk dorongan dari Pemkot Palangkaraya yang sudah mempromosikan tim mereka sehingga bisa menjadi salah satu bintang tamu dan sejajar dengan beberapa musisi dan tim tari lainnya dari berbagai penjuru dunia.
Pihaknya sangat bersyukur, perhatian Pemkot Palangkaraya untuk melestarikan seni dan budaya masyarakat cukup tinggi. Bahkan, Pemkot Palangkaraya juga sudah memasukan pendidikan seni dan tari sebagai salah satu muatan lokal di tingkat SD dan SMP.
Siti mengatakan, dirinya berharap, dengan berhasilnya Spirit of the Hornbill tampil di panggung internasional, bisa memotivasi sanggar tari lainnya yang ada di tanah Indonesia untuk terus melestarikan budaya bangsa.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019
Memulai debut perdananya di panggung internasional pada ajang RWMF 2019 tersebut, Spirit of Hornbill yang beranggotakan 11 orang ini membawakan Tarian Mandau Talawang.
Tarian ini mengisahkan tentang kehebatan prajurit Suku Dayak (Ngaju) Pedalaman Kalimantan yang memiliki semangat juang prajurit Dayak dalam membela Tanah Air, harkat, dan martabat mereka.
Dalam tarian ini memperlihatkan keahlian para prajurit Suku Dayak Pedalaman Kalimantan dalam memainkan/menggunakan senjata khas mereka yang berguna dalam menghadapi serangan musuh atau pun binatang buas yang akan menyerang sehingga mereke memiliki sikap kewaspadaan dan kesiagaan di medan pertempuran.
"Tari Mandau Talawang berasal dari dua buah kata yaitu Mandau yang merupakan Senjata Khas Suku Dayak dan Talawang yang merupakan Perisai atau Tameng Pelindung," kata Ketua Tim tari Spirit of the Hornbill, Siti Habibah di Sarawak, Malaysia, Sabtu.
Pada pementasan tarian yang dilakukan tim ini pada Jumat malam tadi di panggung utama RWMF 2019, terlihat decak kagum dan antusias para pengunjung.
Setiap hentakan musik dalam tarian tim Spirit of the Hornbill, selalu mendapat tepuk tangan dan sorakan meriah dari para penonton yang berasal dari berbagai negara tersebut.
"Ini merupakan penampilan perdana kami di luar Indonesia dan kami tidak menyangka bahwa kami mendapat sambutan yang luar biasa. Di sini, kami benar-benar merasa dihargai dan kami diperlakukan seperti artis internasional dan ini menjadi pengalaman yang benar-benar luar biasa bagi kami," kata Siti.
Salah satu pengunjung RWMF 2019, Riri yang berasal dari Kuala Lumpur mengatakan, dari beberapa pertunjukan yang ditampilkan pada Jumat malam tadi, dirinya paling menyukai penampilan dari Spirit of the Hornbill.
"Saya biasa melihat tarian Dayak yang ada di Malaysia, tapi saya lihat penampilan Spirit of the Horbill ini sedikit berbeda, terutama pada gerak langkah kakinya. Lebih-lebih kita lihat tidak hanya lelaki yang memegang pedang dan perisai pada saat tarian, tetapi perempuan juga dan ini terlihat luar biasa," kata mahasiswi salah satu perguruan tinggi di Kuala Lumpur, Malaysia ini.
Baca juga: Jurnalis berbagai negara hadir di RWMF 2019
Ketua tim tari Spirit of the Hornbill dalam ajang RWMF 2019 di Sarawak, Siti Habibah mengatakan dalam setiap penampilan tim tari ini pihaknya selalu membawa misi untuk mempertahankan budaya Dayak di tengah era digital dan globalisasi yang ada saat ini.
Siti mengatakan, pihaknya tidak ingin budaya Dayak tergerus oleh perkembangan zaman yang terjadi saat ini, dimana banyak generasi muda Indonesia yang sudah mulai banyak menyukai budaya luar, seperti budaya dari Korea, Eropa atau negara lainnya.
Terkait hal itu, kata Siti, Akademi Tari Julang atau Sangar Seni dan Budaya Darung Tingang yang menaungi Spirit of the Hornbill ini mengangkat semangat generasi muda untuk memberikan pengajaran kepada generasi muda Dayak agar mau terus melestarikan budaya mereka melalui tarian.
"Kami ingin menanamkan rasa kecintaan pada budaya kita, khususnya budaya Dayak kepada generasi muda Indonesia. Kami tidak ingin budaya Dayak hilang ditelan zaman seperti budaya Betawi yang mulai terkikis, sehingga kita akan terus berupaya untuk menanamkan kecintaan akan budaya kita kepada gerenasi muda bangsa ini," kata Siti yang juga mengajar di SDN 98 Kota Palangkaraya ini.
Sanggar seni dan budaya Darung Tinggang sendiri, kata Siti membuka pintu selebar-lebarnya kepada siapa saja yang ingin belajar seni dan tari Dayak. "Selagi mereka ingin belajar, kita tidak akan menutup pintu untuk bergabung," tuturnya.
Dukungan Pemkot Palangkaraya
Siti mengatakan, tim yang dibawanya sangat senang dan bangga bisa membawa nama daerahnya dan Indonesia pada festival intrenasional. Menurutnya, kesempatan langka itu berhasil mereka dapat atas peran Pemkot Palangkaraya yang mempromosikan dan terus mendukung mereka selama ini.
Atas dukungan Pemkot Palangkaraya, Spirit of the Hornbill sampai saat ini sudah malang melintang dari panggung ke panggung. Tidak hanya di Kalimantan Tengah, namun tim tari ini juga sudah pernah tampil dalam ajang tari Internasional di Bali tahun 2018 lalu.
Tampilnya mereka pada ajang RWMF 2019 malam tadi, juga merupakan bentuk dorongan dari Pemkot Palangkaraya yang sudah mempromosikan tim mereka sehingga bisa menjadi salah satu bintang tamu dan sejajar dengan beberapa musisi dan tim tari lainnya dari berbagai penjuru dunia.
Pihaknya sangat bersyukur, perhatian Pemkot Palangkaraya untuk melestarikan seni dan budaya masyarakat cukup tinggi. Bahkan, Pemkot Palangkaraya juga sudah memasukan pendidikan seni dan tari sebagai salah satu muatan lokal di tingkat SD dan SMP.
Siti mengatakan, dirinya berharap, dengan berhasilnya Spirit of the Hornbill tampil di panggung internasional, bisa memotivasi sanggar tari lainnya yang ada di tanah Indonesia untuk terus melestarikan budaya bangsa.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019