Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono berharap, Provinsi Kalbar ke depannya bisa mencetak "Grand Master Internasional" atau pecatur di tingkatkan internasional, sehingga bisa membawa nama baik Kalbar dan Indonesia pada umumnya di kancah dunia.

"Harapan saya, Kalbar bisa melahirkan Grand Master Internasional," kata Edi Rusdi Kamtono usai menutup secara resmi Open Tournament Catur se-Kalbar yang digelar Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Pontianak dan Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) Kota Pontianak, Senin.

Dirinya optimistis hal itu bisa diwujudkan dengan kerja keras Percasi beserta seluruh jajaran KONI dan Disporapar Kota Pontianak dengan mengamati dan melakukan pembinaan terhadap bibit-bibit pecatur terutama di kalangan pelajar. "Dengan demikian mereka bisa dipersiapkan untuk mengikuti kejuaraan nasional bahkan internasional, mereka adalah generasi penerus pecatur-pecatur di Indonesia," ujar Edi.

Dalam kejuaran tersebut, Arief Rahman (22) berhasil menjuarai Open Tournament Catur se-Kalbar yang digelar oleh Disporapar dan Percasi Kota Pontianak, dengan hadiah utama satu unit sepeda motor dan piala bergilir Wali Kota Cup setelah meraih juara pertama dengan nilai tujuh poin. Selain Open Tournament se-Kalbar, juga digelar pertandingan catur antar pelajar se-Kota Pontianak tahun 2019.

Edi juga berharap, setelah kejuaraan ini, peserta yang belum berhasil meraih juara, tidak merasa kecewa. Menurutnya, dalam sebuah kejuaraan, menang dan kalah adalah hal yang lumrah. "Terus tingkatkan dan asah kemampuan, mental serta kecepatan berpikir," katanya.

Ia juga berpesan, melalui kejuaraan-kejuaraan catur ini, Percasi bisa menginventarisasi bibit-bibit pecatur untuk pembentukan tim. "Sehingga ketika ada kejuaraan tingkat provinsi maupun nasional, tim catur kita sudah siap bertanding," ujarnya.

Sementara itu, Arief Rahman, juara Wali Kota Cup, mengaku persaingan yang dihadapinya dalam kejuaraan ini cukup berat. Permainan peserta yang berasal dari kabupaten/kota se-Kalbar cukup menguras otak dalam mengatur strateginya. Tentunya para pecatur sudah melakukan berbagai persiapan maksimal dalam menghadapi laga ini. "Alhamdulillah saya mendapat 7 poin dari delapan babak. Ini poin tertinggi di antara yang lain," sebut lulusan Diploma III Politeknik ini.

Ia pun mengaku sudah melakukan persiapan sejak sebulan lalu tatkala dirinya mengetahui akan digelarnya turnamen itu. Persiapan yang dilakukan Arief diantaranya membaca buku-buku teknik bermain catur serta mengevaluasi kelemahan langkah yang kerap dilakukan pecatur. "Sehingga saya bisa memperbaiki kelemahan itu sebagai bahan menghadapi kejuaraan," ujarnya.

Prestasi Arief di dunia catur tak tanggung-tanggung, puluhan piala berhasil diraihnya melalui berbagai kejuaraan, baik tingkat provinsi maupun nasional, tahun 2007 kala dirinya berusia 10 tahun, Arief sudah mulai bergelut di berbagai kejuaraan catur. Prestasi tertinggi, kala dirinya mengikuti kejuaraan Porseni Politeknik tingkat nasional sebagai juara I, kemudian tahun 2008 juara II kejuaraan nasional dan lainnya.

"Target terbesar saya adalah Pra PON di Kalimantan Tengah, harus lolos seleksi menuju PON di Papua mendatang," katanya optimistis.

Bakat catur yang dimiliki Arief ditularkan dari ayahnya, awalnya ia dikenalkan dan diajari bermain catur oleh sang ayah. Seiring waktu, beranjak usia SMP dan SMA, dirinya mulai mengasah skill caturnya secara mandiri, sebab ayahnya menganggap ilmu catur yang dimilikinya telah diturunkan seluruhnya kepada putranya itu. "Pecatur nasional yang saya idolakan adalah Novendra dan Fitra Andika, sedangkan internasional Magnus Carlsen," pungkas pria yang bekerja sebagai Konsultan Perencana itu.

Pewarta: Andilala

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019