Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, telah melakukan berbagai upaya pencegahan dalam menekan kasus DBD (demam berdarah dengue) akibat gigitan nyamuk Aedes Aegypti di kota itu.
"DBD merupakan penyakit endemis di Kota Pontianak yang terjadi sepanjang tahun dan meningkat pada musim hujan, karena peningkatan populasi nyamuk Aedes Aegypti tersebut," kata Kadis Kesehatan Kota Pontianak, Sidiq Handanu di Pontianak, Kamis.
Pihaknya dengan didukung oleh semua pihak dan instansi terkait secara rutin dalam melakukan upaya pencegahan agar perkembangbiakan nyamuk tersebut bisa ditekan seminal mungkin, katanya..
"Apalagi mulai bulan November tahun 2019 ini, kasus DBD mulai meningkat sehingga secara rutin kami melakukan upaya pencegahan tersebut," ujarnya.
Data Dinkes Kota Pontianak mencatat, mulai bulan Januari sampai minggu ke 43 bulan November dilaporkan atau tercatat sebanyak 70 kasus DBD.
"Dari sebanyak 70 kasus tersebut satu pasien anak-anak meninggal," ungkapnya.
Sidiq menambahkan, berbagai upaya pencegahan tersebut yang telah pihaknya lakukan, yakni meningkatkan kewaspadaan dengan pemantauan sarang nyamuk, pembagian larvasida atau abate, dan penyuluhan.
Kemudian, meningkatkan surveilance penyakit dan gerak cepat mencegah penyebaran penyakit atau membunuh nyamuk Aedes Aegypti dewasa dengan melakukan pengasapan atau fogging fokus di daerah ditemukannya kasus DBD.
Adapun tempat-tempat sarang nyamuk, diantaranya di ban bekas, kaleng, bekas ember, bekas air mineral gelas, kemudian di tempat-tempat yang ada air, meski tidak banyak tapi menjadi tempat yang baik bagi nyamuk Aedes Aegypti untuk berkembangbiak, sehingga masyarakat diharapkan tidak membiarkan sampah-sampah yang bisa dijadikan sarang nyamuk tersebut.
Dalam kesempatan itu, Sidiq mengimbau kepada masyarakat agar menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya agar tidak menjadi sarang nyamuk Aedes Aegypti.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019
"DBD merupakan penyakit endemis di Kota Pontianak yang terjadi sepanjang tahun dan meningkat pada musim hujan, karena peningkatan populasi nyamuk Aedes Aegypti tersebut," kata Kadis Kesehatan Kota Pontianak, Sidiq Handanu di Pontianak, Kamis.
Pihaknya dengan didukung oleh semua pihak dan instansi terkait secara rutin dalam melakukan upaya pencegahan agar perkembangbiakan nyamuk tersebut bisa ditekan seminal mungkin, katanya..
"Apalagi mulai bulan November tahun 2019 ini, kasus DBD mulai meningkat sehingga secara rutin kami melakukan upaya pencegahan tersebut," ujarnya.
Data Dinkes Kota Pontianak mencatat, mulai bulan Januari sampai minggu ke 43 bulan November dilaporkan atau tercatat sebanyak 70 kasus DBD.
"Dari sebanyak 70 kasus tersebut satu pasien anak-anak meninggal," ungkapnya.
Sidiq menambahkan, berbagai upaya pencegahan tersebut yang telah pihaknya lakukan, yakni meningkatkan kewaspadaan dengan pemantauan sarang nyamuk, pembagian larvasida atau abate, dan penyuluhan.
Kemudian, meningkatkan surveilance penyakit dan gerak cepat mencegah penyebaran penyakit atau membunuh nyamuk Aedes Aegypti dewasa dengan melakukan pengasapan atau fogging fokus di daerah ditemukannya kasus DBD.
Adapun tempat-tempat sarang nyamuk, diantaranya di ban bekas, kaleng, bekas ember, bekas air mineral gelas, kemudian di tempat-tempat yang ada air, meski tidak banyak tapi menjadi tempat yang baik bagi nyamuk Aedes Aegypti untuk berkembangbiak, sehingga masyarakat diharapkan tidak membiarkan sampah-sampah yang bisa dijadikan sarang nyamuk tersebut.
Dalam kesempatan itu, Sidiq mengimbau kepada masyarakat agar menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya agar tidak menjadi sarang nyamuk Aedes Aegypti.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019