Pebulu tangkis ganda putra Indonesia Hendra Setiawan mengungkapkan masa-masa sulitnya selama kurang lebih 25 tahun berkarier di dunia tepok bulu profesional.

Hendra mengawali kariernya di sektor ganda putra berpasangan dengan Markis Kido sebelum digantikan oleh Mohammad Ahsan pada penghujung 2012. Ia pun menceritakan masa-masa sulit yang dialami selama berpartner dengan kedua pemain tersebut.

"Sama (Markis) Kido dulu sudah di atas terus turun. Itu cukup sulit (untuk bisa bangkit lagi)," tutur Hendra saat melakukan wawancara secara virtual bersama PB PBSI di Instagram live, Sabtu.

Saat masih bersama Markis Kido, keduanya pernah mencatatkan sederet prestasi bergengsi, antara lain meraih medali emas Olimpiade 2008 Beijing, Kejuaraan Dunia 2007, serta menduduki posisi pertama ganda putra dunia pada periode September 2007.


Baca juga: Torehan prestasi Owi selama berkiprah di bulu tangkis


Pun demikian saat bersama Mohammad Ahsan, sejumlah gelar juga diraih Hendra. Keduanya telah mencatatkan tiga gelar juara dunia (2013, 2015, 2019), dua gelar All England (2014, 2019), juara BWF World Tour Finals 2019, dan juara pada sejumlah turnamen world tour dan super series. Mereka kini juga masih bertahan di posisi peringkat dua dunia BWF.

Namun perjalanan meraih berbagai gelar tersebut tak semulus yang dikira. Hendra mengenang betapa sulitnya membangun kecocokan ataupun irama mulai dari awal lagi saat berpasangan dengan Ahsan.

"Dengan Ahsan harus mulai dari awal lagi, itu pasti sulit," ucapnya.

Namun di antara berbagai masa sulit tersebut, kegagalan di Olimpiade 2016 Rio de Janeiro diakui Hendra menjadi yang tersulit saat itu sekaligus kenangan terburuk.

Datang sebagai pemain peringkat dua dunia pada saat itu, Hendra/Ahsan berpeluang besar dan diharapkan bisa kembali membawa pulang medali emas, sebuah tradisi yang sempat terhenti di Olimpiade 2012 London.

Sayangnya, perjalanan Hendra/Ahsan di Olimpiade 2016 jutsru harus terhenti lebih awal setelah dikalahkan oleh pasangan peringkat lima asal China, Chai Biao/Hong Wei, 15-21, 17-21 pada babak penyisihan Grup D.

"Olimpiade 2016 itu adalah (masa) sulit karena kesempatannya lebih besar, tapi gagal. Kita juga dulu underperformed banget," kata pria berusia 35 tahun itu.

Baca juga: Semifinal China Open 2019, Minios pastikan hadapi Fajar/Rian
Baca juga: 3 wakil Indonesia tiba di final China Open 2019
Baca juga: Minions buka kemenangan di hari keempat Denmark Open

Pewarta: -

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020