Hampir tiga bulan menjalani masa karantina mandiri dengan segala pembatasan dan penerapan protokol kesehatan pencegahan wabah COVID-19, sebagian masyarakat sudah tidak sabar untuk segera berlibur atau berwisata saat masuk era normal baru.

"Hampir dalam tiga mingguan ini sudah ramai yang datang Gunung Senujuh untuk menikmati pesona alam dan menaklukkan puncaknya. Bahkan sudah ada yang bermalam di puncaknya," ujar satu di antara warga sekitar gunung, Desa Perigi Limus, Hambali saat dihubungi di Sambas, Senin.

Nah, bagi khusus bagi pecinta alam dan suka tantangan, obyek wisata yang baru ini, Gunung Senujuh bisa menjadi rekomendasi.

Gunung Senujuh secara administratif masuk atau membentang di wilayah tiga desa yakni Desa Senujuh, Perigi Limus dan Desa Semanga, Kecamatan Sejangkung, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat bisa menjadi rekomendasi.

Dalam bulan ini, meski di tengah wabah COVID-19 obyek wisata yang diapit Sungai Sambas, Sungai Senujuh dan Sungai Perigi Piai, mulai ramai dijajaki pengunjung dari berbagai daerah sekitar untuk menikmati pesona dan merasakan sensasi mendaki gunung.
 
Pendakian Gunung Senujuh. (ANTARA/Istimewa)

Untuk menuju Gunung Senujuh bisa dilalui dengan berbagai alternatif yakni bisa melalui darat namun terlalu sulit dan bisa melalui jalur air lewat Sungai Sambas, kemudian masuk sungai kecil. Dari Desa Perigin Limus yang sebarang sungai dari Gunung Senujuh contohnya hanya butuh sekitar 30 menit saja dengan kendaraan motor air kecil.

Selanjutnya, dari kaki gunung dan mencapai puncak dengan jalan kaki bisa ditempuh dalam waktu sekitar 1,5 -2,5 jam, tergantung para pendaki sendiri. Medan atau jalan dilalui bongkahan batu besar, terjal dan kayu yang besar dan kecil menjadi sensasi tersendiri.

Medan untuk ke puncak lumayan cukup menantang. Hati - hati dan jangan terlalu tergesa kuncinya untuk sampai ke puncak.

Ketika sudah berada di puncak, keringat dan lelah pengunjung akan terbayar dengan sajian hamparan pemandangan alam dari ketinggian gunung tersebut.

Sebenarnya, banyak cerita dari mulut ke mulut baik seputar sejarah, seputar nama Senujuh atau satu gunung tujuh bentuk dilihat dari berbagai sisi maupun cerita penduduk asal yang mendiami daerah tersebut.

Gunung Senujuh, alamnya tentu menjadi sasaran empuk bagi oknum yang ingin mengambil kekayaan di dalamnya berupa kayu dan batu. Meskipun saat ini sudah dilarang sesuai aturan, masih sering ditemukan oknum masyarakat mengambil atau menebang kayu. Jika ini terus berlarut maka tidak mustahil keindahan dan kekayaan alamnya pelan tapi pasti akan hilang.

Namun, jika gunang tersebut dikelola menjadi satu di antara destinasi wisata, jaminan untuk keberlanjutan kelestarian alam bisa terwujud. Pengelola dan pengunjung bisa menjadi bagian yang bisa mengawasi agar tidak ada penebangan liar serta lainnya.

Kembali, wisata alam ini bisa menjadi rekomendasi untuk melepas kerinduan berwisata. Dengan berwisata ke gunung, bisa menghindari keramaian yang menumpuk di tempat wisata.

"Kalau saat wabah dan menghindari kerumunan ramainya orang di tempat wisata, ke wisata alam memang cocok. Apalagi destinasi wisata baru ini akan memberikan rasa penasaran baru," katanya.

Menurut Hambali, meski saat ini belum ada pengelola dan pemandu wisata secara khusus, namun pihaknya bisa membantu dan menemani wisatawan dari luar.

"Paket wisata untuk ke sana belum ada. Saat ini pemerintah desa kami juga tengah membuat jalan setapak untuk menuju kaki gunung dari sungai," sebut dia.

Menariknya, pengunjung sebenarnya bukan hanya bisa menikmati pesona alam dan satwa di sana, untuk memancing udang di Sungai Sambas juga bisa.

"Untuk mancing di daerah ini juga menarik. Sebenarnya ini tinggal dikemas dan dibuat paket apa saja yang bisa dinikmati pengunjung. Pengamatan dan faktor keamanan dari satwa dan lainnya juga perlu mulai dipetakan untuk menjamin setiap pengunjung. Sekarang intinya sudah dilirik orang luar," katanya.

Pengunjung Takjub

Satu di antara pengunjung dari Desa Sendoyan, Ilham bersama 25 rekannya dari berbagai daerah merasakan bangga dan takjub bisa berada di puncak Gunung Senujuh.

Sensasi dan suasana alam bisa mereka rasakan tat kala menyusuri bongkahan batu, pohon dan lainnya untuk mencapai puncak.

"Masya Allah, luar biasa indah sekali pemandangan di sana. Tidak rugi perjalan ini, suasana dan sensasinya seru sekali," sebut dia.

Menurutnya, mereka hanya butuh satu jam saja dari kaki bukit untuk mencapai puncak.

"Karena kita anak muda semua dan agak cepat, jadi butuh satu jam saja ke sana. Intinya tidak rugi ke sana," jelas dia.

Rindu Berwisata

Ketua Association of the Indonesia Tours and Travel Agencies (ASITA) Kalbar Nugroho Henray mengatakan era normal baru menjadi harapan baru di sektor pariwisata sehingga pihaknya menyambut wacana pemerintah tersebut.

"Sejauh ini selama wabah COVID-19, sektor pariwisata sangat berdampak. Bahkan aktivitas jasa penyediaan lumpuh," kata dia.

Henray menyebutkan bahwa di era normal baru wisatawan domestik yang bisa menjadi sasaran. Selaku penyedia jasa di sektor pariwisata pihaknya menyatakan siap mengikuti protokol kesehatan dalam pemberian layanan.

Menurutnya pada Juni 2020, sektor pariwisata harus sudah bergerak sehingga ekonomi baik pelaku maupun masyarakat kembali pulih.

"Sektor pariwisata memiliki dampak luas dan langsung ke masyarakat. Sektor pariwisata bergeliat maka ekonomi akan bergeliat pula," jelas dia.

Ia menilai di tahap awal tentu sektor pariwisata tidak serta otomatis pulih apabila diterapkan normal baru. Namun ia menyakini sedikit banyak bisa membantu untuk ekonomi tumbuh.

"Kita yakin juga bahwa masyarakat kini sudah rindu untuk melakukan perjalan wisata. Jika diterapkan normal baru maka akan ramai wisatawan lokal," kata dia.

Pewarta: Dedi

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020