Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China (CCDC) Gao Fu mengungkapkan metode inaktif dalam mengembangkan vaksin COVID-19 yang diklaimnya lebih efektif dan efisien.

"Namun yang perlu kita ingat bahwa virus itu musuh bersama, bukan negara tertentu," ujarnya dikutip media resmi China, Selasa.

Ia mengemukakan hal itu setelah berbagai jenis vaksin COVID-19 telah mendapatkan persetujuan untuk digunakan dalam skala besar di berbagai negara.

Saat ini ada tujuh jenis vaksin COVID-19 yang meramaikan persaingan global.

Di antara lima jenis vaksin yang dikembangkan oleh China, tiga kandidat utama yang dikembangkan dengan metode mematikan virus (inaktif) menunjukkan hasil yang menjanjikan hingga uji klinis tahap terakhir hampir selesai, demikian Gao.

Dalam mengembangkan vaksin, jelas dia, China memilih metode inaktif, sedangkan Amerika Serikat mengembangkan tipe baru yang disebut dengan mRNA.

Perbedaannya, sebut Gao, China memulai penelitian dan pengembangan pada awal Januari, di saat beberapa ilmuwan lainnya baru mulai memilih sampel virus corona yang sesuai dengan berbagai eksperimen.

Salah satu keputusan penting yang dibuat pada saat itu adalah meminjamkan laboratorium biologi yang memiliki keamanan level III kepada China National Biotec Group (CNBG), anak perusahaan raksasa biofarmasi China, Sinopharm, untuk pengembangan vaksin inaktif tersebut.

Oleh karena terbatasnya laboratorium serupa, lanjut Gao, beberapa negara Barat meninggalkan metode tersebut.

"Sebagai perbandingan, mereka mengembangkan vaksin mRNA yang lazimnya digunakan untuk pasien kanker, bukan untuk orang biasa. Ini pertama kali disuntikkan pada orang yang sehat," ujarnya.

Vaksin inaktif dikembangkan dengan cara membunuh partikel virus agar terbentuk sistem kekebalan tubuh tanpa ada respons yang serius, sedangkan mRNA memicu tubuh membentuk protein yang cukup sehingga tercipta sistem kekebalan yang mampu menyerang virus.

"Walau begitu, perlu kita ingat bahwa virus itu musuh bersama, bukan negara tertentu. Kita harus menyatukan berbagai upaya membunuh virus dan menjadikan virus sebagai kebutuhan masyarakat global," katanya menambahkan.

Terkait asal-muasal virus, Gao mengungkapkan bahwa dia dan ilmuwan lain di lapangan telah berspekulasi pembawa virus adalah hewan yang kemudian menularkannya ke manusia.

Kini pihaknya tengah melakukan penelitian lebih dalam lagi, apakah virus corona berasal dari kelelawar.

Misteri asal-mula virus, infeksi tanpa gejala, dan kemanjuran vaksin memang belum sepenuhnya terungkap sehingga Gao mengingatkan masyarakat untuk tetap sabar dan percaya kepada ilmu pengetahuan.

 

Pewarta: M. Irfan Ilmie

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020