Italia akan mengawali perjalanan panjang sebulan penuh Euro 2020 untuk berusaha memenuhi dahaga gelar Piala Eropa yang terakhir dihirup 53 tahun silam pada 1968, dengan menghadapi tim kejutan Turki, dalam laga pembuka pembuka Euro 2020 di Roma pukul 20.00 waktu setempat yang bertepatan dengan Sabtu pukul 02.00 WIB.

Laga di Stadion Olympico ini juga menjadi simbol mulai kembalinya normalitas di negara yang pernah menjadi episentrum pandemi virus corona global sampai merenggut 127 ribu nyawa dan menulari 4,24 juta orang itu.

Italia akan merayakan laga perdana ini dengan hadirnya penonton di stadion yang merupakan terbesar dalam kurun satu setengah tahun terakhir ini. Mereka akan menyaksikan skuad Azurri mengawali perburuan gelar Piala Eropa yang keduanya.

“Kami sudah selama satu tahun menantikan hal ini dan kami tak sabar mendengarkan 15.000 orang menyanyikan lagu kebangsaan,” kata bek Italia Leonardo Bonucci seperti dikutip Sky Sports. “Sepakbola dengan ada suporter di dalam stadion itu sungguh berbeda.”

Italia memasuki putaran final Euro 2020 dengan rapor sempurna setelah memenangkan semua dari 10 pertandingan kualifikasi Piala Eropa edisi yang ditunda satu tahun karena pandemi tersebut. Ini sungguh pencapaian hebat setelah hal memalukan terjadi tiga tahun silam saat Azurri tidak lolos ke putaran final Piala Dunia 2018 di Rusia.

Tidak hanya itu, Italia juga memiliki catatan mengesankan tak terkalahkan dalam 27 pertandingan berturut-turut, sekalipun mungkin tak mempunyai pemain-pemain megabintang seperti dimiliki juara bertahan Portugal atau juara dunia Prancis. “Kami tak punya pemain seperti (Romelu) Lukaku atau Cristiano Ronaldo. Kekuatan kami adalah tim,” kata Bonucci.

Namun lawan Bonucci cs sudah pasti bukan lawan sembarangan. Turki menciptakan kejutan setelah menahan seri dan mengalahkan 2-0 Prancis dalam fase kualifikasi. Turki menduduki urutan kedua Grup H pada putaran kualifikasi dengan hanya sekali kalah.

Ini kelima kalinya Turki lolos ke putaran final Piala Eropa, dan dalam dua dari empat partisipasi sebelumnya, Turki membuat kejutan lolos ke perempat final 2000 dan empat tahun kemudian pada 2004 lolos ke semifinal untuk akhirnya menempati peringkat ketiga.

Oleh karena itu, ada alasan bagi Italia untuk mewaspadai Turki sekalipun tampil di kandang sendiri di bawah gempita suara penonton setelah selama satu setengah tahun terakhir stadion-stadion sunyi senyap dari suara suporter.

“Dalam setiap pertandingan pembuka ada kejutan-kejutan dan saya harap kami bisa memancarkan salah satunya,” kata pelatih Turki Senol Gunes.

Kemungkinan lineup

Italia: Gianluigi Donnarumma; Alessandro Florenzi, Leornardo Bonucci, Giorgio Chiellini, Leonardo Spinazzola; Barella, Jorginho, Manuel Locatelli; Domenico Berardi, Ciro Immobile, Lorenzo Insigne

Turki: Ugurcan Cakr; Zeki Celik, Merih Demiral, Caglar Soyuncu, Umut Meras; Okay Yokuslu, Ozan Tufan, Hakan Calhanoglu, Cengiz Under, Kenan Karaman; Burak Ylmaz


Turki rapat bertahan

Dari kemungkinan line-up yang dirilis laman UEFA itu, Turki kemungkinan memasang formasi 4-1-4-1. Dengan formasi ini, Senol Gunes akan mengandalkan serangan balik menghadapi Italia yang selama dilatih Mancini menjadi salah satu tim yang dominan mengatur sirkulasi bola.

Turki akan rapat menjaga daerah permainannya untuk membuat Italia frustrasi. Dalam skenario ini, Okay Yokuslu menjadi penghubung penting antar-lini Turki. Gelandang bertahan Celta Vigo ini akan berusaha menghambat gerak maju pemain-pemain Italia dan membatasi manuver mereka dalam zona yang sempit.

Tapi Turki tetap memasang striker Burak Yilmaz agak jauh dari skema bertahan guna memfasilitasi peluang melancarkan serangan balik yang diinisiasi umpan panjang-umpan panjang dari rekan-rekannya ketika pemain-pemain Italia keasyikan membongkar pertahanan mereka sehingga lengah menutup celah serangan balik Turki.

Yokulu akan mengganggu setiap pemain Italia yang berusaha menerima bola, sedangkan Caglar Soyuncu dan Merih Demiral bisa setiap waktu merangsek ke depan begitu memiliki kesempatan menyerang. Turki akan memaksa Italia bolak balik tanpa bisa menembus mereka dengan memotong setiap umpan dari satu pemain Italia kepada pemain Italia lainnya.

Taktik ini efektif saat Turki menggasak Belanda 4-2 pada 25 Maret dalam laga kualifikasi Piala Dunia 2022. Turki akan berusaha menjaga lapangan tetap sempit dan memusat ke tengah serta membentuk pola segitiga terbalik guna mencegah kemungkinan Italia memakai opsi umpan dari bek ketika gelandang sulit menembus.

Ini berarti menutup kemungkinan duo bek Leonardo Bonucci dan Giorgia Chiellini membantu serangan, terutama Bonucci yang piawai melepas umpan jauh kepada rekan-rekannya di depan. Tujuan utama Turki adalah membatasi ruang gerak Jorginho cs dalam menerima umpan atau mendikte penguasaan bola.

Italia manfaatkan lebar lapangan

Menghadapi Turki yang kemungkinan besar memagari rapat daerahnya, Italia hampir pasti memasang formasi 4-3-3. Azzurri hafal dengan teknik yang mungkin dipakai Turki itu yang memang sering diadopsi oleh salah satu dari dua negara Eropa yang berwilayah di dua benua itu.

Mancini sendiri berhasil menciptakan tim amat kuat nan percaya diri yang mendominasi penguasaan bola berkat hadirnya berbagai opsi lapangan tengah dan serang yang dinamis yang menciptakan ruang bermanuver kepada tim guna terus mengatur sirkulasi bola. Sepertinya ini yang akan berusaha diterapkan Italia di Roma nanti.



Untuk merusak kepaduan pertahanan Turki, Italia mengandalkan dua pemain kreatif yang selama ini pandai merusak pertahanan rapat lawan, yakni Lorenzo Insigne dan Nicolò Barella.

Insigne menjadi sosok menonjol di Napoli musim ini dengan mencetak 19 gol dan tujuh assist. Pemain sayap mungil lincah ini akan bermain dengan cara yang sama sekali berbeda dari rekannya Berardi yang menempati sayap berlawanan.

Sebagaimana sering terlihat di lapangan, termasuk saat menang 4-0 melawan Ceko pada 5 Juni, Berardi akan tetap melebar ketika Italia merancang serangan sebelum menusuk secara diagonal ke kotak penalti.

Sebaliknya, Insigne tetap bermanuver di separuh ruang sektor kiri pertahanan lawan untuk memberi kesempatan kepada bek sayap Leonardo Spinazzola menekan dari kiri.

Pergerakan seperti ini bakal sulit dijejak Turki karena Yokulu sulit bisa terus-terusan berkomunikasi dengan para bek tengah Turki.



Italia akan terus mengurai rapatnya pertahanan Turki dengan memastikan pemain-pemainnya melebar ketika pada tahap awal membangun serangan sehingga membuka ruang kepada para gelandang dalam menusuk dari tengah.

Italia hanya perlu memastikan bermain dengan cara yang sama seperti belakangan ini diterapkan yang berpegang kepada prinsip CARP; Costruzione (merancang serangan), Ampiezza (lebar lapangan), Rifinitura (bergerak antar lini di sepertiga akhir lapangan) dan Profondita (kedalaman). Ini bisa membuat Italia menjinakkan tim segigih Turki.

Statistik kedua tim

Italia tidak pernah kalah di Stadio Olimpico dalam baik Piala Dunia maupun Piala Eropa, berkat menang enam kali dan dua kali seri.

Italia tak pernah kebobolan dalam enam laga terakhir di Stadio Olimpico.

Turki hanya kemasukan tiga gol dalam 10 pertandingan kualifikasi Euro 2020 sehingga menjadi tim bercatatan pertahanan terbaik di Eropa bersama Belgia.

Italia menjadi satu dari dua tim bercatatan 100 persen selama kualifikasi Euro 2020, selain Belgia.

Italia mencetak 37 gol dalam 10 laga kualifikasi Euro 2020 atau rata-rata 3,7 gol per pertandingan. Jumlah ini sama dengan total 37 gol dari 22 pertandingan Azurri dalam kualifikasi Euro 2016 dan Piala Dunia 2018.

Turki kalah pada semua dari empat laga pembuka putaran final Euro sebelumnya, termasuk kalah 1-2 melawan Italia dalam Euro 2000.

 

Pewarta: Jafar M Sidik

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021