Perjuangan Indonesia untuk menyabet medali tambahan dari Olimpiade Tokyo 2020 masih berlangsung hingga hari ke-10, dengan bulu tangkis menjadi salah satu cabang olahraga yang masih dimainkan.

Ada Greysia Polii/Apriyani Rahayu dari sektor ganda campuran yang akhirnya mencetak kemenangan bersejarah di hari Senin, serta Anthony Sinisuka Ginting yang akan berjibaku memperebutkan medali perunggu tunggal putra di hari yang sama.

Atlet yang disebut terakhir, akan bertemu pebulu tangkis peringkat ke-59 Kevin Cordon dari Guatemala.

Laga melawan Cordon akan menjadi yang perdana bagi pebulu tangkis peringkat lima dunia asal Cimahi itu. Hal itu dikonfirmasi dari laman resmi Federasi Badminton Dunia (BWF) yang tidak menampilkan catatan pertemuan mereka, alias nihil.



Kehadiran Cordon hingga babak semifinal merupakan kejutan di Olimpiade Tokyo 2020, karena sebelumnya ia diketahui belum pernah menjejakkan kaki di turnamen mayor BWF atau kejuaraan akbar lain.

Namanya pernah tercatat sebagai peserta di Kejuaraan Dunia BWF 2019. Namun ia mundur di babak pertama, sehingga sama sekali tidak bertanding di turnamen yang berlangsung di Basel, Swiss.

Langkah besar Cordon di Tokyo 2020 ternyata tak lepas dari peran sang pelatih, yang diketahui adalah Warga Negara Indonesia.

Ialah Muamar Qadafi, pria asal Solo, Jawa Tengah yang berperan membentuk permainan Cordon hingga menjadi pebulu tangkis Guatemala pertama yang lolos hingga semifinal Olimpiade.

Berdasarkan penelusuran Antara, sebelum menukangi timnas bulu tangkis Guatemala, Qadafi merupakan atlet PB Djarum. Namun saat karirnya sebagai pebulu tangkis selesai, ia pun menjajal peruntungannya hingga ke Amerika Selatan untuk berprofesi sebagai pelatih.

Sebelum berlabuh di Guatemala, ia juga sempat menjadi pelatih di Peru dan Ekuador.

Ganda Putra Malaysia
Kabar yang tak kalah mencuri perhatian di cabang olahraga bulu tangkis Olimpiade Tokyo, ialah peran pelatih ganda putra Malaysia yang sukses membuat anak didiknya membawa pulang medali perunggu.

Penampilan ganda putra peringkat sembilan Aaron Chia/Soh Wooi Yik menjadi sorotan, tidak hanya karena sukses menyumbang medali pertama bagi Negeri Jiran dari Tokyo 2020, tapi juga mengalahkan dua ganda putra andalan Indonesia.

Aaron/Soh tiga kali bertemu wakil Indonesia, yaitu Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon.



Mereka menelan satu kali kekalahan dari Hendra/Ahsan di fase penyisihan grup, namun Aaron/Soh mampu mengalahkan peringkat satu Kevin/Marcus di perempat final dengan dua gim langsung.

Kengerian mereka masih berlanjut meski terhenti di semifinal dan masuk dalam laga perebutan medali perunggu dengan Hendra/Ahsan, peringkat dua dunia.

Berbeda dengan hasil dari fase penyisihan grup, kali ini Aaron/Soh mengalahkan idola mereka dan merebut medali perunggu sektor ganda putra.

Kesuksesan mereka tidak bisa dipisahkan dari peran Flandy Limpele, mantan pebulu tangkis spesialis ganda putra jebolan Pelatnas PBSI Cipayung.

Kiprah Flandy saat masih aktif sebagai pebulu tangkis nasional tidak main-main. Ia pernah mengikuti tiga Olimpiade, yaitu Sydney 2000, Athena 2004, dan terakhir di Beijing 2008.

Di Athena, ia menyumbang medali perunggu bagi Merah Putih saat berpasangan dengan Eng Hian, yang kini aktif sebagai pelatih tim ganda putri.

Tidak ada yang menyangka bahwa Flandy justru menjadi "biang keladi" dari kemenangan Aaron/Soh dengan mengalahkan Hendra/Ahsan, yang pernah berbarengan membela Indonesia di Olimpiade Beijing 13 tahun silam.

Meski begitu, dalam unggahan "story" akun Instagramnya, Flandy sempat membagikan foto bersama mantan pelatihnya di Pelatnas Cipayung, yaitu Herry Iman Pierngadi, yang ia anggap sangat berjasa bagi karir bulu tangkisnya.

Meski kini dalam dua kubu yang berlawanan, namun melalui unggahannya mantan atlet berusia 47 tahun itu tetap menaruh rasa hormat tinggi pada Herry IP yang ikut mengawasi Minions dan The Daddies di Tokyo.

Sebelum menuai kesuksesan di Malaysia, Flandy juga sempat melatih ganda putra India pada 2019. Buah dari tangan dinginnya terwujud pada pasangan Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty yang sukses bersaing di tingkat internasional dan menduduki peringkat 10 dunia.

Hingga Eropa
Kisah pelatih Indonesia tidak hanya berhenti di kawasan Asia dan Benua Amerika, namun juga hingga Eropa melalui Indra Bagus Ade Chandra yang mengurusi tunggal putri Belgia.

Peran Indra terkuak saat ia menemani Lianne Tan, atlet yang juga keturunan Indonesia dengan ayah berasal dari Bandung dan ibu asli Belgia.

Indra tercatat pernah menjadi bagian dari Pelatnas PBSI Cipayung hingga 2009, dan akhirnya melanglang ke sejumlah negara seperti Jepang, Spanyol dan Italia.

Karirnya di Eropa menemui jalan terang saat di Spanyol, dimana ia diberikan kesempatan oleh federasi bulu tangkis setempat untuk menjadi asisten pelatih timnas Negeri Matador itu.

Setelah itu, ia pun masuk menjadi kepala pelatih timnas bulu tangkis Belgia dan berhasil mengirim Lianne menjadi satu-satunya perwakilan Belgia di Olimpiade Tokyo.

Meski anak didiknya tak lolos dari fase grup, namun satu kemenangan yang dikantongi cukup membuat Indra percaya diri untuk terus mengembangkan bulu tangkis di Belgia.
 

Pewarta: Roy Rosa Bachtiar

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021