Nama Syahrial, pria kelahiran Pontianak 1989 ini merupakan sosok petani milenial dengan bermodal nekat, kemauan yang tinggi dan cinta akan dunia tumbuhan dan tanaman yang akhirnya mengantarkan dia menjadi salah satu produsen benih tanaman hortikultura di Kalbar.
Dari sisi pendidikan, pemilik "Abah Bibit” ini mengaku sama sekali tidak berkaitan dengan tanaman dan pertanian. Ia hanya suka dan pernah terlibat dalam aksi gerakan menanam pohon. Ikut gerakan menanam pohon tersebut membuat ia jatuh cinta akan dunia tanaman atau pertanian.
Pada 2011 lalu, Syahrial selain sebagai produsen bibit tanaman hortikultura juga membuka lapak menjual bibit dari hasil produksinya di Kawasan GOR Pangsuma Pontianak. Sebelumnya kawasan tersebut sebagian besar mengembangkan bibit dan menjual tanaman hias.
Melihat pasar yang masih lebar dan hanya sedikit menjual tanaman hortikultura membuat ia menangkap peluang tersebut. Aneka tanaman hortikultura, sekitar 30 jenis atau varietas, ia sediakan. Seperti durian lokal maupun luar, mangga, lengkeng, nangka, cempedak dan lainnya. Sedangkan untuk harga mulai Rp50.000 – Rp200.000 an per batang tergantung jenis, varietas dan besarnya bibit.
Awal tahun cinta dunia tanaman hortikultura, modal kemauan ia asah dengan mengikuti pelatihan dan bahkan belajar langsung dengan produsen atau penangkar benih hortikultura di Pulau Jawa. Di sana lah ilmu teoritis dan praktek ia serap. Selain itu jaringan ia bangun dan informasi terus digali menjadi modalnya untuk bisa berkembang dan melebarkan sayap sebagai penangkar sekaligus penjual bibit hortikultura.
Dengan sudah majunya pembibitan di Pulau Jawa menjadikan tekadnya agar di Kalbar juga setara. Ilmu yang didapat dikembangkan di Kalbar. Pelatihan demi pelatihan terus diikuti.
Pada 2012 ia sudah mulai berani langsung mengambil pesanan pengadaan bibit hortikultura oleh PTPN XIII. Pada sisi lainnya PTPN XIII juga memberikan pinjaman untuk modal usaha. Berawal dari situ, dengan adanya pinjaman kemudian memaksimalkan potensi yang ada.
“Saat PTPN XIII meminjamkan modal usaha untuk UMKM itu lah awal saya pinjam modal. Modal dapat saya juga suplai bibit ke mereka. Itu menjadi awal saya untuk berkembang,” ujar pria darah Kapuas Hulu tersebut.
Terus Berkembang
Mulai 2015, ia kemudian ikut dalam pengadaan bibit hortikultura di pemerintahan. Tentu bibit yang ada harus sesuai aturan yakni benih induk dan hasilnya harus semua tersertifikasi. Produksi bibit terus dilakukan hingga saat ini. Selain menjual ke masyarakat umum, ke perusahaan juga pemerintah.
Menurutnya dalam produksi bibit di Kalbar, terkendala dengan benih induk. Ketersediaan bibit induk baik dari penangkar dan pemerintah masih sangat minim. Hal itu menjadi tantangan untuk menghasilkan bibit lebih banyak. Saat ini ia hanya mampu menyiapkan dan menjual 2.000-an batang bibit per tahun karena terkendala benih induk dan lainnya.
“Kendala usaha bibit atau penangkar saat ini masih dalam hal bibit induk yang dari situ kita ambil entres. Penyediaan bibit kita ini secara vegetatif. Kendala entres yang sangat berat dan itu adalah hal utama kalau cerita pembibitan atau perbanyakan bibit. Ini memang perlu perhatian semua baik kami dari penangkar maupun pemerintah,” jelas dia.
Dengan permintaan tinggi akan bibit tersertifikasi dan kemampuan penangkar lokal yang sebagian besar terkendala benih induk maka bibit dari Pulau Jawa tidak dipungkiri menjadi pilihan. Ia sendiri dalam memenuhi kebutuhan lokal melalui jaringan bibit dari Jawa untuk memasok ke Kalbar.
Pada sisi lainnya, untuk pembibitan di Jawa didukung iklim yang baik. Sedangkan untuk di Kalbar dengan cuaca yang panas tingkat kegagalan lebih besar. Belum lagi terkendala SDM yang memang harus dimaksimalkan dalam pembibitan.
Hanya saja kata dia kendala mendatangkan dari luar butuh ekstra perlakuannya. Tingkat kematian dan stres tanaman tinggi jika tidak dengan baik perlakuannya. Ia mencontohkan tahap awal hanya 60 persen saja tanaman yang didatangkan dari Jawa yang hidup. Namun seiriing waktu, dengan perlakuan khusus tingkat kematian bisa ditekan dan bahkan 100 persen.
Terkait peran pemerintah yang saat ini mulai mendorong untuk melahirkan petani milenial menurutnya sangat baik. Selama ini petani milenial diyakini sudah mulai banyak dan bergerak di sisi hilir sebagai penjual. Sedangkan yang budidaya masih minim kecuali ada yang mewarisi lahan atau pertanian yang sudah diolah orang tuanya.
“Dengan kemajuan teknologi saat ini banyak anak muda yang sudah bergelut di sektor pertanian. Hanya saja lebih banyak masih di hilir yakni di penjualan. Banyak yang jual bibit dan hasil produksi. Artinya sisi hilir masih diminati sedangkan di hulu baik di penangkar bibit atau budidaya masih sedikit,” jelas dia.
Ia berharap dukungan pemerintah terhadap petani muda terus dimaksimalkan baik dari sisi teknologi, perbenihan atau bibit, permodalan, pengelolaan pasca panen maupun pasar. Harus ada sistem yang terintegrasi dari hulu dan hilir sehingga pertanian berkelanjutan dan berdampak pada ketahanan dan kesejahteraan petani dan masyarakat.
Dorong Petani Milenial
Sementara itu, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (Dinas TPH) Provinsi Kalbar terus mendorong lahirnya petani petani milenial di provinsi yang memiliki 14 kabupaten atau kota tersebut. Kadis TPH Kalbar, Florentinus Anum mengatakan bahwa potensi pertanian Kalbar dengan beragam komoditi sangat besar. Kemudian apalagi di masa pandemi COVID -19 ini , para pemuda dan milenial akan sangat berpeluang dalam upaya meningkatkan perekonomian dan pendapatan keluarga melalui sektor pertanian yang teruji di mana sektor ini berkontribusi sangat signifikan dalam meningkatkan perekonomian di daerah ini.
Saat ini juga petani petani di Kalbar masih didominasi oleh para petani yang dari sisi usia cukup tua, oleh karenanya diharapkan kaum milenial dan pemuda agar bisa berkontribusi dalam menggarap sektor pertanian, karena usia milenial sangat produktif dalam berproduksi di sektor ini.
“Kami melalui para penyuluh di BPP dan di lapangan terus melakukan pembinaan dan edukasi, bimbingan teknis kepada para petani milenial. Saat ini sudah ada beberapa di daerah kabupaten petani petani milenial yang berprestasi, baik dari sisi pelaksanaan teknis budidaya di beberapa komoditi, dan juga bisa menunjukkan produksi yang maksimal yang diusahakan oleh para petani milenial. Upaya-upaya Dinas TPH Kalbar ke depan dalam pembinaan dan menggerakkan penyuluh milenial dan petani muda ini,” kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
Dari sisi pendidikan, pemilik "Abah Bibit” ini mengaku sama sekali tidak berkaitan dengan tanaman dan pertanian. Ia hanya suka dan pernah terlibat dalam aksi gerakan menanam pohon. Ikut gerakan menanam pohon tersebut membuat ia jatuh cinta akan dunia tanaman atau pertanian.
Pada 2011 lalu, Syahrial selain sebagai produsen bibit tanaman hortikultura juga membuka lapak menjual bibit dari hasil produksinya di Kawasan GOR Pangsuma Pontianak. Sebelumnya kawasan tersebut sebagian besar mengembangkan bibit dan menjual tanaman hias.
Melihat pasar yang masih lebar dan hanya sedikit menjual tanaman hortikultura membuat ia menangkap peluang tersebut. Aneka tanaman hortikultura, sekitar 30 jenis atau varietas, ia sediakan. Seperti durian lokal maupun luar, mangga, lengkeng, nangka, cempedak dan lainnya. Sedangkan untuk harga mulai Rp50.000 – Rp200.000 an per batang tergantung jenis, varietas dan besarnya bibit.
Awal tahun cinta dunia tanaman hortikultura, modal kemauan ia asah dengan mengikuti pelatihan dan bahkan belajar langsung dengan produsen atau penangkar benih hortikultura di Pulau Jawa. Di sana lah ilmu teoritis dan praktek ia serap. Selain itu jaringan ia bangun dan informasi terus digali menjadi modalnya untuk bisa berkembang dan melebarkan sayap sebagai penangkar sekaligus penjual bibit hortikultura.
Dengan sudah majunya pembibitan di Pulau Jawa menjadikan tekadnya agar di Kalbar juga setara. Ilmu yang didapat dikembangkan di Kalbar. Pelatihan demi pelatihan terus diikuti.
Pada 2012 ia sudah mulai berani langsung mengambil pesanan pengadaan bibit hortikultura oleh PTPN XIII. Pada sisi lainnya PTPN XIII juga memberikan pinjaman untuk modal usaha. Berawal dari situ, dengan adanya pinjaman kemudian memaksimalkan potensi yang ada.
“Saat PTPN XIII meminjamkan modal usaha untuk UMKM itu lah awal saya pinjam modal. Modal dapat saya juga suplai bibit ke mereka. Itu menjadi awal saya untuk berkembang,” ujar pria darah Kapuas Hulu tersebut.
Terus Berkembang
Mulai 2015, ia kemudian ikut dalam pengadaan bibit hortikultura di pemerintahan. Tentu bibit yang ada harus sesuai aturan yakni benih induk dan hasilnya harus semua tersertifikasi. Produksi bibit terus dilakukan hingga saat ini. Selain menjual ke masyarakat umum, ke perusahaan juga pemerintah.
Menurutnya dalam produksi bibit di Kalbar, terkendala dengan benih induk. Ketersediaan bibit induk baik dari penangkar dan pemerintah masih sangat minim. Hal itu menjadi tantangan untuk menghasilkan bibit lebih banyak. Saat ini ia hanya mampu menyiapkan dan menjual 2.000-an batang bibit per tahun karena terkendala benih induk dan lainnya.
“Kendala usaha bibit atau penangkar saat ini masih dalam hal bibit induk yang dari situ kita ambil entres. Penyediaan bibit kita ini secara vegetatif. Kendala entres yang sangat berat dan itu adalah hal utama kalau cerita pembibitan atau perbanyakan bibit. Ini memang perlu perhatian semua baik kami dari penangkar maupun pemerintah,” jelas dia.
Dengan permintaan tinggi akan bibit tersertifikasi dan kemampuan penangkar lokal yang sebagian besar terkendala benih induk maka bibit dari Pulau Jawa tidak dipungkiri menjadi pilihan. Ia sendiri dalam memenuhi kebutuhan lokal melalui jaringan bibit dari Jawa untuk memasok ke Kalbar.
Pada sisi lainnya, untuk pembibitan di Jawa didukung iklim yang baik. Sedangkan untuk di Kalbar dengan cuaca yang panas tingkat kegagalan lebih besar. Belum lagi terkendala SDM yang memang harus dimaksimalkan dalam pembibitan.
Hanya saja kata dia kendala mendatangkan dari luar butuh ekstra perlakuannya. Tingkat kematian dan stres tanaman tinggi jika tidak dengan baik perlakuannya. Ia mencontohkan tahap awal hanya 60 persen saja tanaman yang didatangkan dari Jawa yang hidup. Namun seiriing waktu, dengan perlakuan khusus tingkat kematian bisa ditekan dan bahkan 100 persen.
Terkait peran pemerintah yang saat ini mulai mendorong untuk melahirkan petani milenial menurutnya sangat baik. Selama ini petani milenial diyakini sudah mulai banyak dan bergerak di sisi hilir sebagai penjual. Sedangkan yang budidaya masih minim kecuali ada yang mewarisi lahan atau pertanian yang sudah diolah orang tuanya.
“Dengan kemajuan teknologi saat ini banyak anak muda yang sudah bergelut di sektor pertanian. Hanya saja lebih banyak masih di hilir yakni di penjualan. Banyak yang jual bibit dan hasil produksi. Artinya sisi hilir masih diminati sedangkan di hulu baik di penangkar bibit atau budidaya masih sedikit,” jelas dia.
Ia berharap dukungan pemerintah terhadap petani muda terus dimaksimalkan baik dari sisi teknologi, perbenihan atau bibit, permodalan, pengelolaan pasca panen maupun pasar. Harus ada sistem yang terintegrasi dari hulu dan hilir sehingga pertanian berkelanjutan dan berdampak pada ketahanan dan kesejahteraan petani dan masyarakat.
Dorong Petani Milenial
Sementara itu, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (Dinas TPH) Provinsi Kalbar terus mendorong lahirnya petani petani milenial di provinsi yang memiliki 14 kabupaten atau kota tersebut. Kadis TPH Kalbar, Florentinus Anum mengatakan bahwa potensi pertanian Kalbar dengan beragam komoditi sangat besar. Kemudian apalagi di masa pandemi COVID -19 ini , para pemuda dan milenial akan sangat berpeluang dalam upaya meningkatkan perekonomian dan pendapatan keluarga melalui sektor pertanian yang teruji di mana sektor ini berkontribusi sangat signifikan dalam meningkatkan perekonomian di daerah ini.
Saat ini juga petani petani di Kalbar masih didominasi oleh para petani yang dari sisi usia cukup tua, oleh karenanya diharapkan kaum milenial dan pemuda agar bisa berkontribusi dalam menggarap sektor pertanian, karena usia milenial sangat produktif dalam berproduksi di sektor ini.
“Kami melalui para penyuluh di BPP dan di lapangan terus melakukan pembinaan dan edukasi, bimbingan teknis kepada para petani milenial. Saat ini sudah ada beberapa di daerah kabupaten petani petani milenial yang berprestasi, baik dari sisi pelaksanaan teknis budidaya di beberapa komoditi, dan juga bisa menunjukkan produksi yang maksimal yang diusahakan oleh para petani milenial. Upaya-upaya Dinas TPH Kalbar ke depan dalam pembinaan dan menggerakkan penyuluh milenial dan petani muda ini,” kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021