Pasien COVID-19 yang menjalani isolasi mandiri (isoman), selain masih harus dalam pengawasan tenaga kesehatan, juga memerlukan pihak lain yang berhati mulia dan memiliki solidaritas atau rasa setia kawan yang siap menjadi sukarelawan membantu memenuhi kebutuhannya selama mengisolasi diri.
Isoman pasien COVID-19 sesungguhnya membantu meringankan beban rumah sakit yang kewalahan menangani pasien bergejala berat yang terus bertambah saat puncak pandemi terjadi pada Juni - Juli 2021.
Puncak pandemi ditandai dengan tingginya kasus aktif, tingginya angka kematian, dan angka keterisian tempat tidur di rumah sakit (bed occupancy rate) yang berada di atas rata-rata.
Rumah sakit penuh, pasien COVID-19 menumpuk di unit gawat darurat (UGD), bahkan banyak tidak tertolong dan meninggal, maka pasien yang bergejala ringan hingga sedang dianjurkan untuk isoman.
Isoman adalah memisahkan diri agar tidak menularkan sakit ke orang lain, yang dapat dilakukan di rumah, fasilitas penginapan, atau tempat isolasi yang disediakan pemerintah.
Pasien COVID-19 yang isoman tetap harus dalam pengawasan tenaga kesehatan. Selain itu, pasien isoman juga perlu mendapat dukungan orang yang peduli. Orang yang memiliki empati dan rasa kesetiakawanan karena mereka yang empati dan solider, siap memberikan bantuan secara sukarela.
Orang yang memberikan bantuan secara sukarela adalah sukarelawan. Mereka bekerja tanpa dibayar dan bila perlu, merogoh kantong sendiri untuk membantu mereka yang memerlukan bantuan itu.
"Itu yang kami tekankan kepada teman-teman yang bergabung menjadi sukarelawan disini, dan mereka bersedia," kata Arnianti (24), penggagas Gerakan Isoman Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar).
Karena untuk menjadi sukarelawan Isoman Pontianak, selain harus sehat, memiliki motor pribadi, juga siap untuk tidak dibayar. Meski begitu, tetap ada yang ingin bergabung dalam gerakan ini. Sehingga kini, ada 13 sukarelawan yang sebelumnya hanya ada tiga orang para penggagas saja sejak dibentuk pada Juli 2021.
Gerakan Isoman Pontianak ada sejak puncak pandemi COVID-19 terjadi di Kota Pontianak. Gerakan ini digagas tiga perempuan, yakni Arnianti, Ning S Lumbantoruan, dan Isa Oktaviani. Mereka adalah aktivis lembaga swadaya masyarakat. Mereka biasa diskusi melalui whatsApp, kemudian berlanjut melalui zoom meeting.
Spontan
Gagasan membantu pasien isoman muncul secara spontan. Karena rasa prihatin mereka atas meningkatnya kasus aktif COVID-19 dan status zona merah di Kota Pontianak.
Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 menetapkan Kota Pontianak dan Singkawang yang berada di Kalbar, dua dari 15 kota luar Jawa dan Bali untuk juga menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat pada 12-20 Juli 2021.
"Kami bertiga diskusi melalui zoom meeting, bagaimana supaya bisa membantu pasien isoman. Kemudian muncul gagasan membentuk Gerakan Isoman Pontianak," kata Arnianti, alumni IAIN Pontianak itu.
Tujuannya, membantu pasien isoman memenuhi kebutuhan sehari-hari, karena mereka tak bisa belanja sendiri. Bantuan itu berupa belanja sembilan bahan pokok (sembako), membeli obat-obatan dan vitamin, serta mengantre oksigen. Pasien yang dibantu awalnya teman sesama aktivis lsm, namun kemudian bertambah banyak dari kalangan umum.
Untuk dapat bantuan komunitas ini, pasien mengirimkan hasil swab antigen atau swab PCR ke narahubung relawan. Kemudian mentransfer sejumlah uang ke rekening narahubung untuk belanja barang kebutuhan selama isoman.
Ada pasien seorang karyawan bank di Pontianak yang istrinya tinggal di Jawa. Istri pasien isoman tersebut mengontak narahubung relawan yang tersedia di instagram IsomanPontianak. Suaminya supaya bisa dibantu membelikan bahan kebutuhan selama menjalani isoman.
"Juga ada pasien yang butuh oksigen, dan kami mengantre sejak pagi hingga tengah hari," kata perempuan berkerudung itu.
Selain itu, gerakan ini juga pernah membagikan vitamin secara gratis kepada pasien isoman dan masyarakat umum. Modalnya dari dompet pribadi anggota relawan karena mereka tak minta bantuan ke pihak lain.
Jasa belanja sukarelawan ini juga tidak dipungut biaya. Pasien hanya menyiapkan uang keperluan belanja kebutuhannya sendiri. Jika ada pasien belum mentransfer uang, sukarelawan bisa menalangi sementara waktu.
Setelah belanja, barang diantar ke alamat tujuan dan digantung di pagar atau diletakkan di teras rumah pasien isoman. Untuk komunikasi antara relawan dan pasien isoman menggunakan pesan WhatsApp.
Pengalaman yang kurang mengenakkan yang dialami sukarelawan, adalah ketika ada yang "nyinyir", mengomentari negatif aksi mereka dengan mengatakan "mau-maunya bantu dan dekat-dekat dengan pasien yang sedang isolasi."
"Tapi komentar seperti itu dapat diabaikan, karena yang terpenting jasa kami sangat membantu pasien isoman," katanya.
Selama Juli hingga memasuki Agustus, gerakan ini telah membantu sekitar 20 pasien isoman. Mereka tinggal di Kota Pontianak dan sekitarnya (termasuk kecamatan dalam wilayah Kabupaten Pontianak dan Kubu Raya).
Karena relawan sudah cukup banyak, bantuan diberikan berdasarkan domisili relawan. Relawan yang domisili terdekat dengan pasien isoman wajib bergerak memberikan bantuannya.
Pasien isoman yang dibantu gerakan ini, rata-rata menjalani isolasi selama 14 hari, dan semuanya dapat sembuh.
Sukarelawan mandiri
Selain Gerakan Isoman Pontianak, juga ada sukarelawan mandiri Jubeironi (34). Dia kader Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kalbar. Sehari-hari pria yang akrab disapa Ubay ini adalah pengemudi ojek daring.
Ia mengaku sejak lama selalu tidak mau menerima uang ongkos ojek motor ketika pelanggan menggunakan jasanya untuk membeli obat-obatan.
"Sudah biasa kalau ada yang pesan obat melalui aplikasi (online) selalu tidak menolak (memberikan bantuan)," katanya menjelaskan.
Kebiasaan itu akhirnya berlanjut saat badai COVID-19 melanda Tanah Air, dan sampai juga ke Kalbar.
Ubay akhirnya menjadi sukarelawan bagi pasien isoman sejak Juni 2021. Sampai saat ini tidak kurang ada 50 pasien isoman ia bantu.
"Tidak tercatat, tetapi kalau lihat KTP (kartu tanda penduduk) ada 50 pasien. Mulai dari pinjam tabung oksigen, antre oksigen, dan beli obat-obatan," katanya.
Di rumahnya di kawasan Pontianak Timur, ia juga menyiapkan tujuh tabung oksigen untuk dipinjamkan secara gratis kepada pasien isoman.
Jasa yang diberikan juga bukan hanya dalam Kota Pontianak yang meliputi enam kecamatan, tetapi juga hingga Kabupaten Kubu Raya meliputi wilayah Wajok, Rasau Jaya, Sungai Raya Dalam, dan Sungai Kakap. Bahkan juga ada dari Kabupaten Landak yang berjarak tempuh 144,5 kilometer dari Pontianak.
"Untuk ke Ngabang (Kabupaten Landak), pasien minta bantuan oksigen dan saya kirim tabung ukuran besar menggunakan taksi travel," kata dia.
Aktivitas Ubay sebagai sukarelawan mandiri kemudian muncul dalam pemberitaan di massa, sehingga mendapat dukungan dari Lazisnu, Aliansi Jurnalis Independen (AJI), dan Satgas COVID-19 Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor.
Ia juga banyak membantu pasien isoman dari kalangan jurnalis dan keluarga jurnalis. Bantuan itu di antaranya mengambil paket obat pasien COVID-19 dari Dinas Kesehatan Kubu Raya ke jurnalis yang tinggal di Kota Pontianak. Karena ketika puncak pandemi terjadi di Pontianak, paket obat yang di antaranya antivirus kehabisan stok di puskesmas dan apotek di Pontianak.
Penerima jasa sukarelawan ini, adalah Aseanty Pahlevi, ketua Jurnalis Perempuan Khatulistiwa. Dia minta Ubay mengambil paket obat di Kubu Raya untuk diberikan ke para jurnalis yang menjalani isoman. Obat itu kemudian diantar langsung ke beberapa rumah keluarga jurnalis.
Ketua Banser Kecamatan Pontianak Timur itu menyatakan selama menjadi relawan tak ada kendala, karena semua dijalani dengan santai. Pasien isoman yang dibantu relawan ini, ada yang menjalani isolasi lebih dari 14 hari hingga mencapai 30 hari. Ia bisa bolak-balik beberapa kali untuk antre oksigen kebutuhan tiap satu orang pasien isoman.
Solidaritas
Baik Gerakan Isoman Pontianak maupun sukarelawan Ubay, selain sama-sama memiliki niat tulus membantu pasien isoman, juga ingin membantu pemerintah mengatasi pandemi.
Pemerintah melibatkan banyak pihak dalam Gerakan Solidaritas Nasional Penanganan COVID-19. Dan salah satunya menyertakan kelompok masyarakat. Keberadaan Arnianti dan kawan-kawan serta Jubeironi sesungguhnya adalah bagian dari gerakan solidaritas itu.
Sukarelawan ini memang berniat membantu pemerintah dan bangsa ini mengatasi pandemi, karena menurut mereka tugas itu bukan semata menjadi tugas pemerintah saja.
"Ingin bantu bangsa menghadapi pandemi. Karena (menanggulangi) pandemi ini bukan hanya tugas pemerintah, aparat dan tenaga kesehatan. Tapi masyarakat juga punya peran. Dan yang bisa saya bantu untuk bangsa ini adalah waktu dan tenaga," kata Jubeironi.
Ia mengharapkan semua orang lebih peduli pada sesama sesuai dengan kemampuan yang ada. "Karena dengan bergotong-royong, membantu seperti ini bagian dari wujud kecintaan kita pada Indonesia, serta merawat bangsa ini," kata dia.
Banser Ansor, menurut dia, telah mengadernya untuk tidak pernah lelah mencintai Indonesia dan memiliki sikap selalu bertoleransi. "Membantu tanpa melihat agama," katanya.
Sukarelawan Gerakan Isoman Pontianak juga memberikan teladan serupa. Gerakan Isoman Pontianak ini ingin membantu dan bukan mengkritik pemerintah.
"Saya mikir, dulu kita hanya bisa kritik pemerintah. Kok hanya kritik, mengapa tidak bantu pemerintah? Wujudkan kepedulian untuk membantu," kata Arnianti.
Ia dan teman-temannya mengaku prihatin atas banyaknya kritikan mengenai kebijakan pemerintah dalam menangani pandemi. Namun kritik yang muncul juga tidak memberikan solusi. "Berangkat dari sinilah kami sependapat, sebagai pemuda semestinya membantu, bukan malah terus-menerus mengkritik," katanya.
Sukarelawan ini juga ingin mengembangkan gerakan membantu penanganan COVID-19, misalnya dengan advokasi vaksinasi bagi masyarakat.
Penurunan kasus aktif yang ditandai dengan penurunan status zona yang kini menjadi oranye di Kota Pontianak, diamini Ubay dan Arni. Keduanya mengatakan ada penurunan permintaan bantuan dari pasien isoman.
"Alhamdulillah sekarang sudah turun, dan semoga terus turun agar pandemi segera berakhir," kata Arni .
Namun begitu, baik Ubay maupun Arni, satu nada menyatakan jasa mereka sebagai sukarelawan akan terus berlanjut hingga pandemi COVID-19 benar-benar selesai.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
Isoman pasien COVID-19 sesungguhnya membantu meringankan beban rumah sakit yang kewalahan menangani pasien bergejala berat yang terus bertambah saat puncak pandemi terjadi pada Juni - Juli 2021.
Puncak pandemi ditandai dengan tingginya kasus aktif, tingginya angka kematian, dan angka keterisian tempat tidur di rumah sakit (bed occupancy rate) yang berada di atas rata-rata.
Rumah sakit penuh, pasien COVID-19 menumpuk di unit gawat darurat (UGD), bahkan banyak tidak tertolong dan meninggal, maka pasien yang bergejala ringan hingga sedang dianjurkan untuk isoman.
Isoman adalah memisahkan diri agar tidak menularkan sakit ke orang lain, yang dapat dilakukan di rumah, fasilitas penginapan, atau tempat isolasi yang disediakan pemerintah.
Pasien COVID-19 yang isoman tetap harus dalam pengawasan tenaga kesehatan. Selain itu, pasien isoman juga perlu mendapat dukungan orang yang peduli. Orang yang memiliki empati dan rasa kesetiakawanan karena mereka yang empati dan solider, siap memberikan bantuan secara sukarela.
Orang yang memberikan bantuan secara sukarela adalah sukarelawan. Mereka bekerja tanpa dibayar dan bila perlu, merogoh kantong sendiri untuk membantu mereka yang memerlukan bantuan itu.
"Itu yang kami tekankan kepada teman-teman yang bergabung menjadi sukarelawan disini, dan mereka bersedia," kata Arnianti (24), penggagas Gerakan Isoman Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar).
Karena untuk menjadi sukarelawan Isoman Pontianak, selain harus sehat, memiliki motor pribadi, juga siap untuk tidak dibayar. Meski begitu, tetap ada yang ingin bergabung dalam gerakan ini. Sehingga kini, ada 13 sukarelawan yang sebelumnya hanya ada tiga orang para penggagas saja sejak dibentuk pada Juli 2021.
Gerakan Isoman Pontianak ada sejak puncak pandemi COVID-19 terjadi di Kota Pontianak. Gerakan ini digagas tiga perempuan, yakni Arnianti, Ning S Lumbantoruan, dan Isa Oktaviani. Mereka adalah aktivis lembaga swadaya masyarakat. Mereka biasa diskusi melalui whatsApp, kemudian berlanjut melalui zoom meeting.
Spontan
Gagasan membantu pasien isoman muncul secara spontan. Karena rasa prihatin mereka atas meningkatnya kasus aktif COVID-19 dan status zona merah di Kota Pontianak.
Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 menetapkan Kota Pontianak dan Singkawang yang berada di Kalbar, dua dari 15 kota luar Jawa dan Bali untuk juga menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat pada 12-20 Juli 2021.
"Kami bertiga diskusi melalui zoom meeting, bagaimana supaya bisa membantu pasien isoman. Kemudian muncul gagasan membentuk Gerakan Isoman Pontianak," kata Arnianti, alumni IAIN Pontianak itu.
Tujuannya, membantu pasien isoman memenuhi kebutuhan sehari-hari, karena mereka tak bisa belanja sendiri. Bantuan itu berupa belanja sembilan bahan pokok (sembako), membeli obat-obatan dan vitamin, serta mengantre oksigen. Pasien yang dibantu awalnya teman sesama aktivis lsm, namun kemudian bertambah banyak dari kalangan umum.
Untuk dapat bantuan komunitas ini, pasien mengirimkan hasil swab antigen atau swab PCR ke narahubung relawan. Kemudian mentransfer sejumlah uang ke rekening narahubung untuk belanja barang kebutuhan selama isoman.
Ada pasien seorang karyawan bank di Pontianak yang istrinya tinggal di Jawa. Istri pasien isoman tersebut mengontak narahubung relawan yang tersedia di instagram IsomanPontianak. Suaminya supaya bisa dibantu membelikan bahan kebutuhan selama menjalani isoman.
"Juga ada pasien yang butuh oksigen, dan kami mengantre sejak pagi hingga tengah hari," kata perempuan berkerudung itu.
Selain itu, gerakan ini juga pernah membagikan vitamin secara gratis kepada pasien isoman dan masyarakat umum. Modalnya dari dompet pribadi anggota relawan karena mereka tak minta bantuan ke pihak lain.
Jasa belanja sukarelawan ini juga tidak dipungut biaya. Pasien hanya menyiapkan uang keperluan belanja kebutuhannya sendiri. Jika ada pasien belum mentransfer uang, sukarelawan bisa menalangi sementara waktu.
Setelah belanja, barang diantar ke alamat tujuan dan digantung di pagar atau diletakkan di teras rumah pasien isoman. Untuk komunikasi antara relawan dan pasien isoman menggunakan pesan WhatsApp.
Pengalaman yang kurang mengenakkan yang dialami sukarelawan, adalah ketika ada yang "nyinyir", mengomentari negatif aksi mereka dengan mengatakan "mau-maunya bantu dan dekat-dekat dengan pasien yang sedang isolasi."
"Tapi komentar seperti itu dapat diabaikan, karena yang terpenting jasa kami sangat membantu pasien isoman," katanya.
Selama Juli hingga memasuki Agustus, gerakan ini telah membantu sekitar 20 pasien isoman. Mereka tinggal di Kota Pontianak dan sekitarnya (termasuk kecamatan dalam wilayah Kabupaten Pontianak dan Kubu Raya).
Karena relawan sudah cukup banyak, bantuan diberikan berdasarkan domisili relawan. Relawan yang domisili terdekat dengan pasien isoman wajib bergerak memberikan bantuannya.
Pasien isoman yang dibantu gerakan ini, rata-rata menjalani isolasi selama 14 hari, dan semuanya dapat sembuh.
Sukarelawan mandiri
Selain Gerakan Isoman Pontianak, juga ada sukarelawan mandiri Jubeironi (34). Dia kader Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kalbar. Sehari-hari pria yang akrab disapa Ubay ini adalah pengemudi ojek daring.
Ia mengaku sejak lama selalu tidak mau menerima uang ongkos ojek motor ketika pelanggan menggunakan jasanya untuk membeli obat-obatan.
"Sudah biasa kalau ada yang pesan obat melalui aplikasi (online) selalu tidak menolak (memberikan bantuan)," katanya menjelaskan.
Kebiasaan itu akhirnya berlanjut saat badai COVID-19 melanda Tanah Air, dan sampai juga ke Kalbar.
Ubay akhirnya menjadi sukarelawan bagi pasien isoman sejak Juni 2021. Sampai saat ini tidak kurang ada 50 pasien isoman ia bantu.
"Tidak tercatat, tetapi kalau lihat KTP (kartu tanda penduduk) ada 50 pasien. Mulai dari pinjam tabung oksigen, antre oksigen, dan beli obat-obatan," katanya.
Di rumahnya di kawasan Pontianak Timur, ia juga menyiapkan tujuh tabung oksigen untuk dipinjamkan secara gratis kepada pasien isoman.
Jasa yang diberikan juga bukan hanya dalam Kota Pontianak yang meliputi enam kecamatan, tetapi juga hingga Kabupaten Kubu Raya meliputi wilayah Wajok, Rasau Jaya, Sungai Raya Dalam, dan Sungai Kakap. Bahkan juga ada dari Kabupaten Landak yang berjarak tempuh 144,5 kilometer dari Pontianak.
"Untuk ke Ngabang (Kabupaten Landak), pasien minta bantuan oksigen dan saya kirim tabung ukuran besar menggunakan taksi travel," kata dia.
Aktivitas Ubay sebagai sukarelawan mandiri kemudian muncul dalam pemberitaan di massa, sehingga mendapat dukungan dari Lazisnu, Aliansi Jurnalis Independen (AJI), dan Satgas COVID-19 Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor.
Ia juga banyak membantu pasien isoman dari kalangan jurnalis dan keluarga jurnalis. Bantuan itu di antaranya mengambil paket obat pasien COVID-19 dari Dinas Kesehatan Kubu Raya ke jurnalis yang tinggal di Kota Pontianak. Karena ketika puncak pandemi terjadi di Pontianak, paket obat yang di antaranya antivirus kehabisan stok di puskesmas dan apotek di Pontianak.
Penerima jasa sukarelawan ini, adalah Aseanty Pahlevi, ketua Jurnalis Perempuan Khatulistiwa. Dia minta Ubay mengambil paket obat di Kubu Raya untuk diberikan ke para jurnalis yang menjalani isoman. Obat itu kemudian diantar langsung ke beberapa rumah keluarga jurnalis.
Ketua Banser Kecamatan Pontianak Timur itu menyatakan selama menjadi relawan tak ada kendala, karena semua dijalani dengan santai. Pasien isoman yang dibantu relawan ini, ada yang menjalani isolasi lebih dari 14 hari hingga mencapai 30 hari. Ia bisa bolak-balik beberapa kali untuk antre oksigen kebutuhan tiap satu orang pasien isoman.
Solidaritas
Baik Gerakan Isoman Pontianak maupun sukarelawan Ubay, selain sama-sama memiliki niat tulus membantu pasien isoman, juga ingin membantu pemerintah mengatasi pandemi.
Pemerintah melibatkan banyak pihak dalam Gerakan Solidaritas Nasional Penanganan COVID-19. Dan salah satunya menyertakan kelompok masyarakat. Keberadaan Arnianti dan kawan-kawan serta Jubeironi sesungguhnya adalah bagian dari gerakan solidaritas itu.
Sukarelawan ini memang berniat membantu pemerintah dan bangsa ini mengatasi pandemi, karena menurut mereka tugas itu bukan semata menjadi tugas pemerintah saja.
"Ingin bantu bangsa menghadapi pandemi. Karena (menanggulangi) pandemi ini bukan hanya tugas pemerintah, aparat dan tenaga kesehatan. Tapi masyarakat juga punya peran. Dan yang bisa saya bantu untuk bangsa ini adalah waktu dan tenaga," kata Jubeironi.
Ia mengharapkan semua orang lebih peduli pada sesama sesuai dengan kemampuan yang ada. "Karena dengan bergotong-royong, membantu seperti ini bagian dari wujud kecintaan kita pada Indonesia, serta merawat bangsa ini," kata dia.
Banser Ansor, menurut dia, telah mengadernya untuk tidak pernah lelah mencintai Indonesia dan memiliki sikap selalu bertoleransi. "Membantu tanpa melihat agama," katanya.
Sukarelawan Gerakan Isoman Pontianak juga memberikan teladan serupa. Gerakan Isoman Pontianak ini ingin membantu dan bukan mengkritik pemerintah.
"Saya mikir, dulu kita hanya bisa kritik pemerintah. Kok hanya kritik, mengapa tidak bantu pemerintah? Wujudkan kepedulian untuk membantu," kata Arnianti.
Ia dan teman-temannya mengaku prihatin atas banyaknya kritikan mengenai kebijakan pemerintah dalam menangani pandemi. Namun kritik yang muncul juga tidak memberikan solusi. "Berangkat dari sinilah kami sependapat, sebagai pemuda semestinya membantu, bukan malah terus-menerus mengkritik," katanya.
Sukarelawan ini juga ingin mengembangkan gerakan membantu penanganan COVID-19, misalnya dengan advokasi vaksinasi bagi masyarakat.
Penurunan kasus aktif yang ditandai dengan penurunan status zona yang kini menjadi oranye di Kota Pontianak, diamini Ubay dan Arni. Keduanya mengatakan ada penurunan permintaan bantuan dari pasien isoman.
"Alhamdulillah sekarang sudah turun, dan semoga terus turun agar pandemi segera berakhir," kata Arni .
Namun begitu, baik Ubay maupun Arni, satu nada menyatakan jasa mereka sebagai sukarelawan akan terus berlanjut hingga pandemi COVID-19 benar-benar selesai.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021