Pegiat Gerakan Literasi Digital Nasional (GLDN) Siberkreasi Dennis Adhiswara mengharapkan agar pengguna media sosial tidak hanya mahir menggunakan fitur- fitur tapi juga bisa menerapkan empatinya pada saat akan berkomentar di dunia maya.
Hal itu disampaikannya menanggapi masih banyaknya masyarakat Indonesia yang kerap membuat komentar buruk atau pun tidak membangun pada konten- konten yang dibuat di lini media sosial.
"Kita semua tahu bahwa internet sekarang bisa diakses dari anak yang paling kecil sekalipun sampai yang paling manula. Apalagi di zaman pandemi orang tua yang sibuk menjadikan gadget sebagai babysitter untuk mengurus anaknya. Masalahnya saat ini kita tidak pernah tahu orang- orang dengan gadget di sebrang sana bagaimana kondisinya," kata Dennis dalam webinar, Sabtu.
Dennis mengatakan warganet yang suka berkomentar negatif seringkali tidak sadar konten ataupun komentar- komentar itu bisa saja dibaca oleh anak- anak di bawah umur.
"Mungkin dia bicara yang jelek- jelek karena pikirannya lagi kalut atau lagi banyak pikiran. Cuma ya itu harus dipikirkan masak- masak ketika membuat komentar agar tidak memancing hal- hal buruk. Mungkin hari- hari ini masyarakat harus belajar miliki empati, pikirkan orang yang ada di seberang gawai Anda saat mau berkomentar," tambah Dennis.
Ia turut berharap agar masyarakat bisa menyamakan kondisi saat berkomunikasi di media sosial secara digital maupun saat berkomunikasi secara langsung agar komentar- komentar buruk atau pun konten yang tidak membangun tidak perlu muncul dan akhirnya memberi dampak buruk bagi masyarakat luas.
Aktor sekaligus kreator konten itu pun menyayangkan perilaku masyarakat yang tidak memikirkan matang- matang sebelum mengetik sesuatu dan menjadikannya komentar atau konten negatif.
Tidak sedikit orang yang berkomentar negatif menggunakan kata- kata kasar sampai hinaan yang terkadang tidak berhubungan dengan konten yang dibuat oleh kreator konten.
"Padahal kalau membuat konten yang baik atau komentar yang positif tentu tujuannya lebih baik, ketika kamu jadi solusi bagi banyak komunitas, ya kamu akan membuka pintu- pintu rezeki yang selama ini tertutup. Karena dengan kamu ngata-ngatain orang lain, kamu merendahkan orang lain, kamu malah menutup pintu rezeki. Kamu menutup pintu rezekimu sendiri apalagi kalau marah- marah lewat komentar gitu, memangnya kamu yakin bisa tidur tenang setelah berkomentar buruk," kata Dennis.
Pernyataan Dennis itu pun dikuatkan oleh Psikolog Saskhya Aulia Prima dari Tiga Generasi yang menyebutkan dengan berempati di media sosial maupun membuat konten- konten edukatif, kondisi seseorang sebagai individu akan lebih sehat secara mental maupun fisik.
Saskhya mengatakan bahwa membuat kebaikan apalagi di media sosial itu membuat efek yang baik tidak hanya dari sisi rezeki, namun juga baik untuk secara kesehatan baik fisik maupun mental.
"Karena hidupnya jadi lebih adem, karena dengan melihat sesuatu yang positif, jiwa kita pun jadi sehat. Bayangkan kalau semua kebaikan redup. Tentu kesehatan dari segi manapun menurun padahal itu kan dibutuhkan kita sebagai manusia," kata Saskhya.
Ia pun menyebutkan jika seseorang terlalu sering terpapar konten negatif atau pun komentar buruk, maka bisa terjadi pemburukan dari sisi kesehatan maupun mental.
Seseorang bisa sangat berkelakuan buruk dan bahkan terus menerus sedih ketika terpapar hal negatif, bahkan tak sedikit yang akhirnya mengalami gangguan kesehatan secara fisik karena terlalu banyak mendapatkan respon negatif.
Untuk itu Saskhya menyarankan pada saat seseorang mendapatkan komentar buruk ataupun akan berkomentar buruk lebih baik kembali berpikir orang dan mengontrol dirinya sendiri agar tidak memberi dampak yang negatif pada kehidupan pribadi.
Menurut Saskhya kuncinya ada pada hal yang bisa kendalikan, sementara bila berfokus pada komentar otomatis itu tidak akan bisa dikontrol.
"Itu dibuang saja. Kendalikan dan fokus pada hal- hal yang bisa kita kontrol misalnya kalau tidak suka satu konten karena insecure ya dilewati saja tidak perlu memberikan komentar negatif. Atau menerima komentar buruk, ya tidak perlu diladeni. Do whatever works fot you sehingga mood lebih enak dan tentu hidup lebih baik," kata Saskhya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
Hal itu disampaikannya menanggapi masih banyaknya masyarakat Indonesia yang kerap membuat komentar buruk atau pun tidak membangun pada konten- konten yang dibuat di lini media sosial.
"Kita semua tahu bahwa internet sekarang bisa diakses dari anak yang paling kecil sekalipun sampai yang paling manula. Apalagi di zaman pandemi orang tua yang sibuk menjadikan gadget sebagai babysitter untuk mengurus anaknya. Masalahnya saat ini kita tidak pernah tahu orang- orang dengan gadget di sebrang sana bagaimana kondisinya," kata Dennis dalam webinar, Sabtu.
Dennis mengatakan warganet yang suka berkomentar negatif seringkali tidak sadar konten ataupun komentar- komentar itu bisa saja dibaca oleh anak- anak di bawah umur.
"Mungkin dia bicara yang jelek- jelek karena pikirannya lagi kalut atau lagi banyak pikiran. Cuma ya itu harus dipikirkan masak- masak ketika membuat komentar agar tidak memancing hal- hal buruk. Mungkin hari- hari ini masyarakat harus belajar miliki empati, pikirkan orang yang ada di seberang gawai Anda saat mau berkomentar," tambah Dennis.
Ia turut berharap agar masyarakat bisa menyamakan kondisi saat berkomunikasi di media sosial secara digital maupun saat berkomunikasi secara langsung agar komentar- komentar buruk atau pun konten yang tidak membangun tidak perlu muncul dan akhirnya memberi dampak buruk bagi masyarakat luas.
Aktor sekaligus kreator konten itu pun menyayangkan perilaku masyarakat yang tidak memikirkan matang- matang sebelum mengetik sesuatu dan menjadikannya komentar atau konten negatif.
Tidak sedikit orang yang berkomentar negatif menggunakan kata- kata kasar sampai hinaan yang terkadang tidak berhubungan dengan konten yang dibuat oleh kreator konten.
"Padahal kalau membuat konten yang baik atau komentar yang positif tentu tujuannya lebih baik, ketika kamu jadi solusi bagi banyak komunitas, ya kamu akan membuka pintu- pintu rezeki yang selama ini tertutup. Karena dengan kamu ngata-ngatain orang lain, kamu merendahkan orang lain, kamu malah menutup pintu rezeki. Kamu menutup pintu rezekimu sendiri apalagi kalau marah- marah lewat komentar gitu, memangnya kamu yakin bisa tidur tenang setelah berkomentar buruk," kata Dennis.
Pernyataan Dennis itu pun dikuatkan oleh Psikolog Saskhya Aulia Prima dari Tiga Generasi yang menyebutkan dengan berempati di media sosial maupun membuat konten- konten edukatif, kondisi seseorang sebagai individu akan lebih sehat secara mental maupun fisik.
Saskhya mengatakan bahwa membuat kebaikan apalagi di media sosial itu membuat efek yang baik tidak hanya dari sisi rezeki, namun juga baik untuk secara kesehatan baik fisik maupun mental.
"Karena hidupnya jadi lebih adem, karena dengan melihat sesuatu yang positif, jiwa kita pun jadi sehat. Bayangkan kalau semua kebaikan redup. Tentu kesehatan dari segi manapun menurun padahal itu kan dibutuhkan kita sebagai manusia," kata Saskhya.
Ia pun menyebutkan jika seseorang terlalu sering terpapar konten negatif atau pun komentar buruk, maka bisa terjadi pemburukan dari sisi kesehatan maupun mental.
Seseorang bisa sangat berkelakuan buruk dan bahkan terus menerus sedih ketika terpapar hal negatif, bahkan tak sedikit yang akhirnya mengalami gangguan kesehatan secara fisik karena terlalu banyak mendapatkan respon negatif.
Untuk itu Saskhya menyarankan pada saat seseorang mendapatkan komentar buruk ataupun akan berkomentar buruk lebih baik kembali berpikir orang dan mengontrol dirinya sendiri agar tidak memberi dampak yang negatif pada kehidupan pribadi.
Menurut Saskhya kuncinya ada pada hal yang bisa kendalikan, sementara bila berfokus pada komentar otomatis itu tidak akan bisa dikontrol.
"Itu dibuang saja. Kendalikan dan fokus pada hal- hal yang bisa kita kontrol misalnya kalau tidak suka satu konten karena insecure ya dilewati saja tidak perlu memberikan komentar negatif. Atau menerima komentar buruk, ya tidak perlu diladeni. Do whatever works fot you sehingga mood lebih enak dan tentu hidup lebih baik," kata Saskhya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021