Para peternak diharapkan saling menyampaikan dan mengingatkan antar sesama untuk pengendalian dan penanggulangan penyakit mulut dan kuku (PMK), kata Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan (Distanakbun) Ketapang, Khoirul Syahri.
"Sebab peran serta masyarakat juga sangat penting. Jadi tidak hanya berharap pada para petugas saja," ucap Khoirul saat Sosialisasi Pengendalian dan Penanggulangan PMK di aula Distanakbun Ketapang, Kamis.
Di tempat terpisah Khoirul menjelaskan, PMK bukan wabah baru di Indonesia karena sudah pernah terjadi pada tahun 1883. Namun khusus di Ketapang baru terjadi pada tahun 2022 dan yang pertama kalinya. Di antaranya terjadi di Kecamatan Manis Mata, Benua Kayong dan Muara Pawan.
"Tapi saat ini, berdasarkan data sudah nol, tidak ada lagi ternak di Ketapang kena PMK. Semoga ini terus berlanjut hingga Ketapang dinyatakan bebas dari PMK," harapnya.
Khoirul menjelaskan PMK merupakan penyakit infeksi virus bersifat akut dan sangat menular. Terjadi pada hewan berkuku belah seperti sapi, kambing, babi dan lainnya.
"Penularannya karena kontak langsung hewan sakit dengan yang sehat. Kontak tidak langsung, bisa melalui hewan lain seperti lalat dan nyamuk, bisa melalui bekas peralatan kandang, alat angkut dan lainnya. Serta bisa tersebar melalui udara," jelasnya.
Menurut Khoirul, di antara gejalanya yakni lepuh di mulut, lidah, gusi, demam dan tidak mau makan. Kemudian leleran di hidung menggantung dan air liur berbusa. Serta luka pada kuku hewan tersebut dan pincang.
"Meski tidak menular pada manusia dan daging hewan terkena PMK aman dikonsumsi. Tapi dampaknya bisa sangat besar terutama kerugian ekonomi akibat menurunnya produksi. Sehingga menghambat perdagangan hewan dan produknya," ujar Khoirul.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022
"Sebab peran serta masyarakat juga sangat penting. Jadi tidak hanya berharap pada para petugas saja," ucap Khoirul saat Sosialisasi Pengendalian dan Penanggulangan PMK di aula Distanakbun Ketapang, Kamis.
Di tempat terpisah Khoirul menjelaskan, PMK bukan wabah baru di Indonesia karena sudah pernah terjadi pada tahun 1883. Namun khusus di Ketapang baru terjadi pada tahun 2022 dan yang pertama kalinya. Di antaranya terjadi di Kecamatan Manis Mata, Benua Kayong dan Muara Pawan.
"Tapi saat ini, berdasarkan data sudah nol, tidak ada lagi ternak di Ketapang kena PMK. Semoga ini terus berlanjut hingga Ketapang dinyatakan bebas dari PMK," harapnya.
Khoirul menjelaskan PMK merupakan penyakit infeksi virus bersifat akut dan sangat menular. Terjadi pada hewan berkuku belah seperti sapi, kambing, babi dan lainnya.
"Penularannya karena kontak langsung hewan sakit dengan yang sehat. Kontak tidak langsung, bisa melalui hewan lain seperti lalat dan nyamuk, bisa melalui bekas peralatan kandang, alat angkut dan lainnya. Serta bisa tersebar melalui udara," jelasnya.
Menurut Khoirul, di antara gejalanya yakni lepuh di mulut, lidah, gusi, demam dan tidak mau makan. Kemudian leleran di hidung menggantung dan air liur berbusa. Serta luka pada kuku hewan tersebut dan pincang.
"Meski tidak menular pada manusia dan daging hewan terkena PMK aman dikonsumsi. Tapi dampaknya bisa sangat besar terutama kerugian ekonomi akibat menurunnya produksi. Sehingga menghambat perdagangan hewan dan produknya," ujar Khoirul.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022