Kementerian Pertanian (Kementan) telah menyiapkan sejumlah langkah menghadapi kekeringan sebagai dampak El Nino, hingga menginventarisasi sejumlah daerah yang masih dalam kategori hijau pada musim kemarau, salah satunya di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
"Kemarin saya ada di Gowa melihat hamparan hampir 209 hektare, airnya masih bagus banget. Sekarang ini dua kali setahun (panen), kita booster sampai tiga kali, sampai empat kali (panen)," ujar Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo seusai mengikuti Jalan Sehat dan Tani On Stage Kementan di Makassar, Minggu.
Berdasarkan pemetaan wilayah pada musim kemarau, lanjutnya, saat ini daerah rawan kekeringan ada tiga zona. Pertama, zona merah saat kemarau sudah bersoal dengan air, tentu ini menjadi masalah.
Kedua, zona kuning. Daerah ini bila memasuki musim kemarau ketersediaan air pas-pasan sehingga dilakukan intervensi mekanisasi, paritas, dan intervensi percepatan panen. Ketiga, adalah zona hijau memiliki cadangan air.
"Tapi ada daerah hijau di semua daerah. Di Sulsel ada daerah hijaunya, seperti di Gowa. Makassar pun ada daerah hijaunya. Daerah hijau dimaksud itu yang dekat dengan sungai, ada danaunya, ada sumber mata air dan lain-lain. Makanya itu di-booster, diperkuat di situ," papar Mentan.
Pihaknya telah menginventarisasi sejumlah daerah zona hijau yang ada di Indonesia dan menargetkan 500 hektare lahan untuk ditanami padi guna menambah stok pangan.
"Oleh karena itu kita masuk (zona hijau). Ada 500 hektare untuk mem-booster daerah-daerah hijau kita. Insya Allah daerah hijau itu kalau kita jalan sesuai rencana bisa menghasilkan tiga juta ton gabah, kalau dikonversi jadi beras kira-kita dapat 1,5 juta ton," sebutnya.
Kalaupun dampak El Nino ini sangat tinggi dan sangat keras, kata Mentan, dari analisa data menunjukkan akan kekurangan produksi beras hingga 1,2 juta ton dan 880 ribu ton kalau dampaknya sedang.
"Kalau agak dahsyat kita kehilangan 1,2 juta ton. Untuk itu kita coba siapkan 1,5 juta ton agar data kita compare. Sekali lagi, El Nino boleh datang, tapi untuk menyerah juga terlalu berlebihan," katanya.
Oleh karena itu, lanjutnya, percepatan tanam di daerah yang ada air harus dilakukan. "Seluruh kabupaten kota yang jumlahnya 500 hektare lebih, kita berharap bisa ada 1.000 hektare yang bertanggung jawab (berproduksi) hadapi El Nino," kata Mentan.
Lebih jauh Mentan mengatakan kondisi dunia sedang tidak baik-baik saja, karena krisis pangan mulai melanda dan diperbesar oleh dampak El Nino.
"Kita berharap di Indonesia dengan kerja yang apik dan kerja terstruktur, kerja hand to hand dan kerja sama yang baik semua pihak, pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten dan kota saling membantu, agar kita bisa keluar dari kemarau yang sangat besar ini atau El Nino," ujar Mentan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023
"Kemarin saya ada di Gowa melihat hamparan hampir 209 hektare, airnya masih bagus banget. Sekarang ini dua kali setahun (panen), kita booster sampai tiga kali, sampai empat kali (panen)," ujar Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo seusai mengikuti Jalan Sehat dan Tani On Stage Kementan di Makassar, Minggu.
Berdasarkan pemetaan wilayah pada musim kemarau, lanjutnya, saat ini daerah rawan kekeringan ada tiga zona. Pertama, zona merah saat kemarau sudah bersoal dengan air, tentu ini menjadi masalah.
Kedua, zona kuning. Daerah ini bila memasuki musim kemarau ketersediaan air pas-pasan sehingga dilakukan intervensi mekanisasi, paritas, dan intervensi percepatan panen. Ketiga, adalah zona hijau memiliki cadangan air.
"Tapi ada daerah hijau di semua daerah. Di Sulsel ada daerah hijaunya, seperti di Gowa. Makassar pun ada daerah hijaunya. Daerah hijau dimaksud itu yang dekat dengan sungai, ada danaunya, ada sumber mata air dan lain-lain. Makanya itu di-booster, diperkuat di situ," papar Mentan.
Pihaknya telah menginventarisasi sejumlah daerah zona hijau yang ada di Indonesia dan menargetkan 500 hektare lahan untuk ditanami padi guna menambah stok pangan.
"Oleh karena itu kita masuk (zona hijau). Ada 500 hektare untuk mem-booster daerah-daerah hijau kita. Insya Allah daerah hijau itu kalau kita jalan sesuai rencana bisa menghasilkan tiga juta ton gabah, kalau dikonversi jadi beras kira-kita dapat 1,5 juta ton," sebutnya.
Kalaupun dampak El Nino ini sangat tinggi dan sangat keras, kata Mentan, dari analisa data menunjukkan akan kekurangan produksi beras hingga 1,2 juta ton dan 880 ribu ton kalau dampaknya sedang.
"Kalau agak dahsyat kita kehilangan 1,2 juta ton. Untuk itu kita coba siapkan 1,5 juta ton agar data kita compare. Sekali lagi, El Nino boleh datang, tapi untuk menyerah juga terlalu berlebihan," katanya.
Oleh karena itu, lanjutnya, percepatan tanam di daerah yang ada air harus dilakukan. "Seluruh kabupaten kota yang jumlahnya 500 hektare lebih, kita berharap bisa ada 1.000 hektare yang bertanggung jawab (berproduksi) hadapi El Nino," kata Mentan.
Lebih jauh Mentan mengatakan kondisi dunia sedang tidak baik-baik saja, karena krisis pangan mulai melanda dan diperbesar oleh dampak El Nino.
"Kita berharap di Indonesia dengan kerja yang apik dan kerja terstruktur, kerja hand to hand dan kerja sama yang baik semua pihak, pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten dan kota saling membantu, agar kita bisa keluar dari kemarau yang sangat besar ini atau El Nino," ujar Mentan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023