Pesawat tempur Israel mengebom sejumlah lokasi di Jalur Gaza yang terkepung, menurut saksi mata pada Minggu dan terus melanjutkan serangan semalaman.

Sejumlah saksi mengatakan kepada Anadolu bahwa pesawat tempur mengebom lokasi militer milik kelompok Palestina di Gaza barat, serta rumah-rumah dan bangunan publik di kota Beit Hanoun dan lokasi lain di Gaza selatan dan tengah.

Lokasi tersebut termasuk kantor pejabat Hamas di Gaza, Yahya al-Sinwar, di kawasan En-Nasr, Stadion Palestina dan bangunan Bank Nasional Islam, juga Production Bank.

Angkatan Laut Israel juga mengebom besar-besaran wilayah dekat pesisir.

Sumber kesehatan memastikan e korban jiwa dan luka dalam sebuah serangan rumah di Beit Hanoun namun tidak merinci jumlah pasti.

Militer Israel menulis pada platform X bahwa AL mengidentifikasi tujuh 'teroris' yang mencoba menerobos wilayah pesisir Zikim di selatan, dan pesawat dari militer dan AL mencegah mereka memasuki wilayah permukiman.

Hamas meluncurkan Operasi Badai Al-Aqsa pada Sabtu dan mengatakan serangan kejutan tersebut balasan atas penyerbuan ke Masjid Al-Aqsa dan meningkatnya kekerasan oleh pemukim. Dikatakan mereka menembakkan roket-roket dan menangkap banyak warga Israel.

Sebagai balasan, militer Israel memulai Operasi Pedang Besi untuk melawan Hamas di Jalur Gaza.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan 'kita sedang berperang' dan mendesak warga sipil di Gaza untuk meninggalkan tempat karena militer Israel akan akan mengubah "semua tempat persembunyian Hamas menjadi puing-puing."'

Setidaknya 232 warga Palestina tewas dalam serangan balasan ini, menurut sumber medis di Gaza, sementara korban jiwa pihak Israel mencapai 300 orang.

Lebih dari 3.000 roket diluncurkan oleh Hamas ke Israel sejak pagi, menurut militer Israel.

Pada platform X dinyatakan bahwa banyak tentara telah ditangkap dan disandera di Gaza, dan menegaskan bahwa lebih dari 1.000 warga Israel terluka.

Sumber: Anadolu

Kementerian Luar Negeri dan Ekspatriat Palestina pada Sabtu mengatakan bahwa mengakhiri pendudukan Israel di wilayah Palestina adalah satu-satunya jaminan terhadap perdamaian, keamanan dan stabilitas di kawasan.

Dalam sebuah pernyataan, kementerian tersebut menyatakan bahwa mereka telah berulang kali memperingatkan bahwa jika konflik Israel-Palestina tidak diselesaikan dan rakyat Palestina tidak diberikan hak untuk menentukan nasib sendiri, maka akan ada konsekuensi yang serius, dikutip dari kantor berita Palestina WAFA.

"Kami juga telah memperingatkan konsekuensi dari provokasi dan serangan yang dilakukan setiap hari, terorisme yang terus berlanjut oleh para pemukim dan pasukan pendudukan Israel, serta penggerebekan terhadap Masjid Al Aqsa dan situs-situs suci Kristen dan Islam," lanjut pernyataan tersebut.

Pernyataan tersebut disampaikan atas respons kondisi saat ini ketika Israel sedang melancarkan serangan ke Jalur Gaza. Serangan tersebut dilakukan sebagai balasan atas rentetan roket yang diluncurkan pasukan militan Palestina ke wilayah Israel pada Sabtu pagi waktu setempat.

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan serangan Israel di Jalur Gaza itu telah menewaskan sedikitnya 198 orang.

Kementerian Luar Negeri dan Ekspatriat Palestina menyatakan satu-satunya cara untuk mencapai perdamaian dan keamanan abadi di Timur Tengah adalah dengan mengakhiri pendudukan Israel atas Negara Palestina, termasuk Yerusalem Timur dan "Garis Hijau".

Garis Hijau adalah batas-batas yang ada antara Israel dan negara-negara tetangganya yang disepakati dalam Perjanjian Gencatan Senjata 1949. Namun, Israel mengabaikan batas tersebut dalam Perang Enam Hari 1967 dan merebut wilayah-wilayah, termasuk Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur.Baca juga: Perdamaian bisa terwujud jika Israel akhiri pendudukan


 

Pewarta: Yoanita Hastryka Djohan

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023