Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertolak ke Purwakarta, Jawa Barat, Kamis, untuk meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata 192 Megawatt Peak (MWp) dan menyerahkan bantuan pangan beras cadangan pangan pemerintah.

Presiden Jokowi beserta rombongan terbatas bertolak dari Helipad Monumen Nasional, Jakarta menuju Helipad Stadion Purnawarman, Kabupaten Purwakarta menggunakan Helikopter Super Puma TNI AU pada Kamis pagi, sebagaimana dikutip dari keterangan Biro Pers Sekretariat Presiden.

Setibanya di Purwakarta, Presiden Jokowi akan meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata 192 MWP dan mengunjungi Pasar Citeko untuk memberikan sejumlah bantuan dan sembako kepada para pedagang serta masyarakat.

Pada Kamis siang, Presiden diagendakan untuk menyerahkan sejumlah bantuan pangan beras cadangan pangan pemerintah kepada sejumlah keluarga penerima manfaat (KPM) yang berlokasi di Lapangan Sahate Purwakarta.

Usai kegiatan di Kabupaten Purwakarta selesai, Presiden Jokowi dijadwalkan bertolak kembali ke Jakarta untuk melanjutkan kegiatannya.

Turut menyertai Presiden dalam penerbangan ke Provinsi Jawa Barat yakni Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, Menteri Negara untuk Perdagangan Luar Negeri Uni Emirat Arab Dr. Thani bin Ahmed al Zeyoudi, Sekretaris Militer Presiden Laksda TNI Hersan, Komandan Paspampres Mayjen TNI Rafel Granada Baay, serta Plh. Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden M. Yusuf Permana.

Berdasarkan pemaparan PT PLN Persero dalam kesempatan sebelumnya, PLTS Terapung Cirata terletak di atas Waduk Cirata dan terbentang di area seluas 200 hektare dalam 13 blok dengan lebih dari 340 ribu solar panel. PLTS tersebut mampu memproduksi 245 juta kilowatt hour (kWh) energi bersih per tahun dan mampu mengalirkan listrik setara lebih dari 50 ribu rumah serta akan menekan emisi karbon lebih dari 200 ribu ton per tahun.

Kebutuhan investasi untuk PLTS Terapung Cirata mencapai Rp1,7 triliun.

 

Baca juga: Presiden Jokowi groundbreaking PLTS PLN 50 MW di IKN Nusantara
 


Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung atau floating photovoltaic untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat dari waktu ke waktu.

"Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki lautan luas sebenarnya bisa menempatkan lokasi itu untuk panel surya," kata Periset Metalurgi BRIN Aga Ridhova dalam acara Kolokium Metalurgi yang dipantau di Jakarta, Jumat.
 
Di Pulau Sumatra, potensi energi surya mencapai 48.000 terawatt hours (TWh) per tahun dengan potensi PLTS terapung sebanyak 94,7 persen, Pulau Jawa dan Kepulauan Sunda Kecil punya potensi 11.500 TWh dengan potensi PLTS terapung 53,8 persen, dan Kalimantan memiliki potensi energi surya 29.400 TWh dengan potensi PLTS terapung sebesar 97,3 persen.
 
Kemudian, Sulawesi ada 50.200 TWh dengan potensi PLTS terapung mencapai 96,9 persen serta Maluku dan Papua yang memiliki potensi energi surya sebanyak 51.200 TWh dengan potensi PLTS terapung mencapai 99,7 persen.
 
"Potensi sel surya di Indonesia sangat besar tidak hanya bisa digunakan di daratan, tetapi juga floating photovoltaic yang lokasinya sangat strategis. Sekarang yang baru digunakan baru ada satu lokasi, yaitu Waduk Cirata di Jawa Barat," ujar Aga.
 
Permintaan energi di Indonesia saat ini sekitar 300 TWh. Sedangkan, permintaan energi diperkirakan bisa mencapai angka 9.000 TWh pada tahun 2050.
 
Aga menyampaikan bila Indonesia hanya mengandalkan pembangkit listrik tenaga batu bara saja yang sumber dayanya terbatas dan tidak bisa dibuat kembali, maka pemenuhan kebutuhan energi Indonesia di masa depan dapat menghadapi tantangan berat.Baca berita selengkapnya: Indonesia miliki potensi besar dalam pengembangan PLTS


 

Pewarta: Indra Arief Pribadi

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023