TNI Angkatan Laut menyiapkan tambahan satu kapal bantu hidro-oseanografi (BHO) yang juga berfungsi sebagai sistem evakuasi kapal selam (SRVS) untuk Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL (Pushidrosal).
Kepala Staf TNI AL (Kasal) Laksamana TNI Muhammad Ali menjelaskan tambahan satu unit kapal BHO itu untuk meningkatkan kerja-kerja survei dan pemetaan dasar laut yang merupakan tugas utama Pushidrosal.
“Untuk alutsistanya (Pushidrosal) akan ada penambahan. Satu unit lagi BHO sedang disiapkan dan nanti berfungsi selain sebagai kapal hidro-oseanografi juga sebagai kapal rescue (penyelamat, red.) terhadap kapal selam,” kata Laksamana Ali menjawab pertanyaan ANTARA saat jumpa pers selepas upacara serah terima jabatan Komandan Pushidrosal (Danpushidrosal) dan Pangkolinlamil di Markas Komando Kolinlamil, Jakarta, Senin.
Kapal yang disebut oleh Ali merujuk pada SRVS (submarine rescue vehicle system) buatan buatan perusahaan Inggris, Submarine Manufacturing & Products (SMP), yang pengadaannya bekerja sama dengan PT BTI Indo Tekno.
Baca juga: TNI AL berkomitmen membangun alutsista produk dalam negeri
Dalam kontrak pembelian yang diteken Kementerian Pertahanan RI dan PT BTI Indo Tekno pada 1 September 2023, pembelian SRVS mencakup satu unit kapal selam penyelamat (SRV-F Mk.3), satu unit mothership dan kelengkapan lainnya (decompression chamber, launch and recovery system, air transportability equipment, dan remotely operated vehicle).
Nilai kontrak pembelian sistem kapal evakuasi itu mencapai 100 juta dolar AS atau sekitar Rp1,5 triliun.
Dalam laman resmi Submarine Manufacturing & Products, SRV-F Mk.3 dapat menyelam sampai kedalaman lebih dari 500 meter.
Sejauh ini, Pushidrosal diperkuat oleh beberapa kapal, tetapi yang dapat dioperasikan untuk survei laut dalam (deep water) hanya KRI Rigel-933 dan KRI Spica-934.
Dalam pencarian kapal selam KRI Nanggala-402, Pushidrosal turut mengerahkan KRI Rigel-933 untuk menyisir perairan di utara Bali. KRI Rigel, begitu pun dengan KRI Spica, yang dibuat di Prancis mampu mendeteksi dasar laut sampai kedalaman 6.000 meter.
Dua KRI itu, pada tahun ini, terlibat dalam beberapa operasi, di antaranya survei dasar laut bersama dengan kapal Prancis di Selat Malaka dan dengan kapal Australia di perbatasan RI dan Australia di Laut Timor.
Baca juga: TNI AL ajak BKKBN pakai kapal guna memperluas KB di daerah terpencil
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023
Kepala Staf TNI AL (Kasal) Laksamana TNI Muhammad Ali menjelaskan tambahan satu unit kapal BHO itu untuk meningkatkan kerja-kerja survei dan pemetaan dasar laut yang merupakan tugas utama Pushidrosal.
“Untuk alutsistanya (Pushidrosal) akan ada penambahan. Satu unit lagi BHO sedang disiapkan dan nanti berfungsi selain sebagai kapal hidro-oseanografi juga sebagai kapal rescue (penyelamat, red.) terhadap kapal selam,” kata Laksamana Ali menjawab pertanyaan ANTARA saat jumpa pers selepas upacara serah terima jabatan Komandan Pushidrosal (Danpushidrosal) dan Pangkolinlamil di Markas Komando Kolinlamil, Jakarta, Senin.
Kapal yang disebut oleh Ali merujuk pada SRVS (submarine rescue vehicle system) buatan buatan perusahaan Inggris, Submarine Manufacturing & Products (SMP), yang pengadaannya bekerja sama dengan PT BTI Indo Tekno.
Baca juga: TNI AL berkomitmen membangun alutsista produk dalam negeri
Dalam kontrak pembelian yang diteken Kementerian Pertahanan RI dan PT BTI Indo Tekno pada 1 September 2023, pembelian SRVS mencakup satu unit kapal selam penyelamat (SRV-F Mk.3), satu unit mothership dan kelengkapan lainnya (decompression chamber, launch and recovery system, air transportability equipment, dan remotely operated vehicle).
Nilai kontrak pembelian sistem kapal evakuasi itu mencapai 100 juta dolar AS atau sekitar Rp1,5 triliun.
Dalam laman resmi Submarine Manufacturing & Products, SRV-F Mk.3 dapat menyelam sampai kedalaman lebih dari 500 meter.
Sejauh ini, Pushidrosal diperkuat oleh beberapa kapal, tetapi yang dapat dioperasikan untuk survei laut dalam (deep water) hanya KRI Rigel-933 dan KRI Spica-934.
Dalam pencarian kapal selam KRI Nanggala-402, Pushidrosal turut mengerahkan KRI Rigel-933 untuk menyisir perairan di utara Bali. KRI Rigel, begitu pun dengan KRI Spica, yang dibuat di Prancis mampu mendeteksi dasar laut sampai kedalaman 6.000 meter.
Dua KRI itu, pada tahun ini, terlibat dalam beberapa operasi, di antaranya survei dasar laut bersama dengan kapal Prancis di Selat Malaka dan dengan kapal Australia di perbatasan RI dan Australia di Laut Timor.
Baca juga: TNI AL ajak BKKBN pakai kapal guna memperluas KB di daerah terpencil
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023