Kelompok perjuangan Palestina, Hamas dalam sebuah pernyataan pada Minggu (22/12) mengecam serangan militer Israel yang terus berlangsung terhadap RS Kamal Adwan di Gaza utara, dan menyebutnya sebagai "kejahatan terhadap kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya".
Hamas menyatakan bahwa wilayah tersebut berada di bawah pemboman tanpa jeda, dengan rumah sakit menjadi sasaran langsung serangan udara Israel.
"Tentara pendudukan terus melakukan pemboman tanpa henti dan penghancuran sistematis di Gaza utara, dengan fokus khusus pada kamp pengungsi Jabalia dan Beit Lahia.
"Serangan ini menargetkan daerah pemukiman, tempat penampungan, sekolah, dan terutama Rumah Sakit Kamal Adwan," tambahnya.
Hamas juga menyebut adanya ancaman untuk mengevakuasi pasien, korban luka, dan pengungsi dari rumah sakit itu, yang digambarkan sebagai "kejahatan pembersihan etnis dan pemindahan paksa di bawah bayang-bayang keheningan dan kelambanan internasional."
Hamas menyeru negara-negara Arab dan Islam serta pemerintah dan entitas global untuk segera bertindak dengan segala cara untuk mendukung rakyat Palestina, melindungi tempat-tempat suci, dan membebaskan tanah mereka dari pendudukan.
Direktur RS Kamal Adwan, Husam Abu Safiyya, memastikan bahwa serangan telah berlangsung sejak Sabtu (20/12).
Ia mengatakan bahwa unit bersalin dan neonatal rumah sakit tersebut menjadi sasaran serangan pasukan Israel.
"Rumah sakit ini sengaja menjadi target. Seluruh dunia mendengar kami, tetapi sayangnya, seruan kami tidak dihiraukan," katanya.
Sebagai rumah sakit terbesar di Gaza utara, RS Kamal Adwan, yang dinamai dari anggota Komite Sentral Fatah yang dibunuh pada 1973, melayani lebih dari 400.000 orang sebelum serangan terjadi.
Terletak di Beit Lahia, rumah sakit ini telah mengalami puluhan serangan rudal dan senjata api sejak awal Oktober, di samping blokade militer.
Meskipun menghadapi tantangan ini, tim kecil yang terdiri dari dua dokter dan beberapa perawat terus memberikan perawatan kritis dalam kondisi yang sangat sulit.
Pejabat rumah sakit mengatakan bahwa Israel kini memperlakukan fasilitas tersebut sebagai "target militer."
Sejak 7 Oktober tahun lalu, serangan Israel di Gaza telah menyebabkan lebih dari 45.259 warga Palestina tewas, termasuk 17.492 anak-anak dan 11.979 perempuan, serta melukai 107.627 orang, menurut laporan.
Ribuan lainnya diyakini masih tertimbun di bawah puing-puing.
Infrastruktur sipil, termasuk rumah sakit dan sekolah, telah menjadi target utama, memperburuk krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.
Sumber: Anadolu
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024