Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara yang memiliki luas daratan 736,97 Km2 dan luas lautan 11.126,61 Km2, memiliki potensi bahari yang cukup besar diantaranya perikanan dan kelautan serta pariwisata.
Dengan potensi bahari tersebut membuat visi misi dari pemerintah kabupaten setempat yakni untuk menjadikan kabupaten kepulauan Sangihe, sebagai kabupaten bahari yang sejahtera dan martabat.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sangihe, Velma Maseho mengatakan, berangkat dari visi misi ini, maka pengembangan parwisata pada kebaharian.
"Pariwisata juga menjadi salah satu program unggulan dari pemerintah," kata Maseho.
Menurut Maseho, sesuai dengan visi misi tersebut, maka akan mengangkt potensi wisata kebaharian yang ada di daerah tersebut, dengan tidak mengabaikan potensi lainnya seperti budaya, peninggalan sejarah dan alam lainnya.
Empat lokasi kebaharian yang menjadi unggulan pariwisata tersebut untuk dikembangkan antara lain, Pantai Pananualeng, Gunung Api bawah laut Mahangetang, obyek wisata taman laut di Kampung Bebalang serta keindahan pantai Kasaraeng, Nusa Tabukan Bukide.
Keempat lokasi itu memiliki keunikannya tersendri seperti Pantai Pananualeng denga pasir putih dan karang.
Kemudian Gunung api bawah laut Pulau Mahangetang, yang menjadi daya tarik para wisatawan dan sudah mendunia.
Potensi ini diminati wisatawan mancanagera, baik untuk menikmati keindahannya maupun sebagai peneliti.
"Kalau air turun, akan tampak dilihat dari perahu, gelembung-gelembung air dari gunung tersebut," kata Maseho.
Gunung api tersebut terletak 18 mil laut dari Kota Tahuna dan dapat dicapai sekitar dua jam dengan menggunakan perahu umum atau sekitar satu jam menggunakan speedboat.
Serta keindahan taman laut Kampung Bebalang yang tidak kalahan indahnya dengan taman laut Bunaken di Manado.
"Keindahan taman laut ini tidak kalah dengan Bunaken," kata Maseho.
Dia mengatakan, selain potensi-potensi tersebut, sangihe juga memiliki potensi pariwisata bahari lainya.
Kedepan lokasi-lokasi daya tarik wisata bahari, dalam pengembangannya menjadi produk wisata yang dibagi kedalam lima klaster.
Pertama, Klaster Mahangetang, yaitu Pulau Mahangetang yang memiliki daya tarik wiata gunung api bawah laut dan terumbu karang sebagai "core attraction", Pulau Para dengan daya tarik wisata pantai, Pulau Kahakitang dengan terumbu karang dan Pulau Kalama dengan daya tarik wiata terumu karang.
Kedua Klaster Mendaku, terdiri atas Pulau Mendaku memiliki daya tarik wisata terumbu karang sebagai "core attraction", Pulau Bebalang dan Batunderang serta Tanjung Hesang yang memiliki juga daya tarik wisata terumbu karang.
Ketiga, Klaster Salurang terdiri Kampung Salurang memiliki daya tarik wisata budaya bahari/ melombo sebagai core attraction, wisata Pantai Karulung dengan adaya tarik terumbu karang Malahi dan daya tarik wisata mongrove, serta Pulau Beeng Darat dan Pulau Beeng Laut dengan daya tarik wisata pantai dan terumbu karang.
Keempat, Klaster Pananualeng terdiri Pantai Pananualeng dengan daya tarik wisata pantai sebagai core attraction, Pantai Sapaeng Kampung Kuma dengan daya tarik wisata pantai, Teluk Sensong aktivitas wisata memanacing dan aktivitas wisata lainnya.
Serta kelima Klaster Kasaraeng terdiri dari Pantai Kasaraeng memiliki daya tarik wisata daya tarik wisata pantai sebagai core atraction, pulau Bukide, Pulau Nusa dan Pulau Poa memiliki daya tarik daya tarik wisata terumbu karangm Pulau nusa serta Pulau Liang dengan daya tarik wisata minat khusus bagi pemerhati burung.
Pembagian klaster ini, lanjut Maseho, baru khusus untuk potensi wisata bahari belum termasuk dengan obyek wisata keseluruhan yang ada di daerah tersebut.
"Pada klaster ini juga diangkat bersama seni budaya, kuliner sehingga wisatawan yang datang tidak saja menikmati keindahan laut atau bahari namun dapat juga menyaksikan atraksi buda dan menikmati makanan khas daerah," kata Maseho.
Selain potensi wisata bahari tersebut, Kabupaten Sangihe yang merupakan daerah berbatasan dengan negara tetangga Filipina, juga memiliki potensi wisata lainya yang dapat menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.
Potensi tersebut, seperti seni budaya upacara adat Tulude, air terjun Kadidima, Gunung Sahendarumang, Rumah Raja Mokodompis dan Makam Raja Santiago, dan Gunung Awu.
Tulude ini digelar setiap tahunsaat tangga 31 Januari yang dilaksanakan bertepatan dengan hari ulang tahun daerah kepulauan tersebut.
Upacara Tulude juga untuk mensyukuri berkat Tuhan pada tahun yang telah lewati atau lampaui, dan memohon berkat serta pengampunan dosa sebagai bekal hidup pada tahun baru.
Pada kegiatan ini dapat disaksikan upacara adat seperti "Manahulending" pemotongan kue adat "Tamong Banua" dan pesta rakyat yang menampilkan berbagai atraksi seni budaya di panggung terbuka.
Atraksi seni budaya daerah yang ditampilkan antara lain, musik bambu, tari empat wayer, gunde, upase, salo dan alabadiri.
"Tulude ini sudah menjadi kalender tetap tahunan pariwisata Sangihe," kata Maseho.
Sebelumnya, lanjut Maseho, pelaksanaan Tulude tersebut digelar di Tahuna ibukota Sangihe.
Namun, sejak tahun ini pemerintah memprogramkan pelaksanaan Tulude dilakukan secara berpindah-pindah tempat secara bergilit di setiap kecamatan.
"Untuk tahun ini pelaksanaanya di Tamako, dan tahun 2013 telah direncanakan di Tabukan Utara,"katanya.
Menurut Maseho, langkah ini dilakukan untuk lebih mendekatkan pelaksanaan kegiatan tersebut kepada masyarakat.
"Dengan demikian masyarakat akan mengembangkan potensi yang dimiliki," katanya.
Sementara potensi wisata Gunung Sahendarumang, terletak di Kecamata Tamako sekitar 32 kilometer dari Tahuna.
Di kawasan ini yang juga disebut kawasan eko wisata memiliki keunikan tersendiri karena antara lain terdapat enam jenis burung endemik sangihe dari sekitar 114 jenis burung yang ada.
Untuk obyek wisata lainnya seperti Rumah Raja Mocodompis, berada di Kampung Toloarane Kecamatan Manganitu, atau 10 kilometer dari Tahuna.
Di obyek tersebut dapat menyaksikan baju raja dengan segala atributnya dan makam raja tersebut.
Juga terdapat makam Raja Bataha Santiago, yang terletak di Kampung Karatung Kecamatan Manganitu atau sekitar 12 Kilometer dari Tahuna.
Makam Bataha Santiago ini merupakan salah satu bukti sejarah, dimana di Kepulauan Sangihe memiliki seorang putra yang gagah berani melawan penjajan.
Maseho mengatakan, dengan sejumlah potensi pariwisata yang dimiliki tersebut, kabupaten Sangihe menjadi salah satu lokasi kunjunga wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang datang ke Provinsi Sulawesi Utara.
"Wisman yang datang ke lokasi-lokasi tersebut selain menikmati pemandangan dan keindahan juga melakukan penelitian," katanya.
Wisman yang pernah datang ke Sangihe itu antara lain dari dari negara -negara di Eropa, Amerika, Asutralia, Jepang, Korea, Cina dan ASEAN.
