Pontianak (Antara Kalbar) - Kota Pontianak, Ibu Kota Provinsi Kalimantan Barat, diselimuti kabut asap yang cukup pekat pada Sabtu, sejak pukul 05.00 WIB hingga saat ini.
Kabut asap tersebut bahkan hingga masuk ke rumah warga, seperti di pemukiman Kompleks Dinasty Indah, Jalan Purnama, Kecamatan Pontianak Selatan.
Seorang warga setempat, Warsah (44), mengatakan kabut tersebut diketahui sudah tampak di dalam rumah sejak pukul 05.00 WIB ketika ia bangun dari tidur dan hendak melaksanakan shalat subuh.
"Sejak tadi sudah nampak. Saat saya membuka pintu dapur, asap semakin menyeruak masuk rumah," katanya.
Bahkan hingga pukul 06.30 WIB, kabut tersebut masih tampak jelas.
Sebagian warga yang keluar rumah dengan berkendara sepeda motor menggunakan masker pelindung asap. Namun kebanyakan warga tampak biasa menerobos kabut tebal itu tanpa menggunakan pelindung asap.
Sudah lebih dua pekan terakhir, Pontianak tidak diguyur hujan. Jika pun hujan, intensitasnya rendah dan hanya bersifat lokal.
Sebagian besar wilayah kota berpenduduk sekitar 500 ribu jiwa tersebut, merupakan kawasan bergambut yang gampang terbakar jika suhu panas dan akibat lahan yang terbakar.
Pada akhir pekan lalu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandara Supadio Pontianak mencatat suhu udara di Kalimantan Barat mencapai 34 derajat Celsius yang disebabkan oleh pergerakan matahari ke utara bumi.
Prakirawan BMKG, Dasmian, mengatakan suhu Kota Pontianak dan sekitarnya hingga 34 derajat Celsius. Hal itu disebabkan pergerakan matahari yang saat ini ke utara.
"Matahari ke jarak yang paling dekat dengan bumi dan karena dekat, panaslah bumi," katanya.
Dia menjelaskan bahwa pergerakan matahari dan perubahan suhu itu juga menandai pergantian musim, karena ada masa transisi ke musim kemarau.
"Memang saat ini ada kalanya hujan, ada kalanya panas," katanya.
Akibat hal tersebut, katanya, terjadi perubahan cuaca yang ekstrem dengan embusan angin pada lapisan atas awan. Pola angin itu cenderung menyebar, mengacak-acak sejumlah zat, dan mengakibatkan sulitnya pembentukan awan.
"Lantaran awan tak ada, sinar matahari langsung memanggang bumi," katanya.
Selain itu, tekanan udara lebih banyak tertarik ke wilayah selatan bumi.
Kondisi itu, katanya, juga berdampak pada sedikitnya uap air tersisa yang menyebabkan sedikitnya curah hujan yang terjadi.
Apalagi, katanya, siklon tropis memiliki tekanan rendah sehingga menarik awan di selatan bumi. Dampak perbedaan tekanan pada awan berupa perbedaan ketinggian pada air. Siklon tropis memiliki tekanan jauh lebih rendah ketimbang udara di sekitarnya sehingga awan tersedot dengan cepat.
"Akibatnya terjadi perubahan cuaca dari yang biasanya hujan jadi panas," katanya.
Menurut dia, Kalbar sebenarnya hanya mendapatkan dampak dari suatu kondisi siklon tersebut. Hal itu, karena Kalbar merupakan wilayah yang dilalui garis khatulistiwa.
(M.H. Atmoko)
Kabut Asap Selimuti Udara Kota Pontianak
Sabtu, 9 Maret 2013 6:33 WIB