Pontianak (Antara Kalbar) - Kabut asap yang tebal di jalur pantai utara Kalimantan Barat dari Kota Pontianak tujuan Kota Mempawah, dan Singkawang, Selasa pagi, mengakibatkan jarak pandang hanya mampu sekitar 50-100 meter, sehingga membuat pengendara motor harus ekstra hati-hati.
"Kabut asap cukup tebal antara pukul 05.00 hingga pukul 07.00 WIB, kita harus ekstra hati-hati," kata Junaidi salah seorang warga Pontianak yang hendak ke luar kota.
Ia menjelaskan, tebalnya kabut asap cukup menghambat pandangannya sehingga, dia dan teman-temannya memperlambat laju kendaraannya.
"Kami terpaksa menghidupkan lampu utama, agar pengendara lain bisa melihat kami ketika sedang berlawanan arah," ungkapnya.
Dari pantauan di lapangan, tebalnya kabut asap terjadi sejak sepekan terakhir, karena Kota Pontianak dan Kalbar umumnya sejak dua pekan terakhir tidak diguyur hujan.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandara Supadio Pontianak mencatat suhu udara di Kalimantan Barat mencapai 34 derajat Celsius yang disebabkan oleh pergerakan matahari ke utara bumi.
Prakirawan BMKG, Dasmian, mengatakan suhu Kota Pontianak dan sekitarnya hingga 34 derajat Celsius. Hal itu disebabkan pergerakan matahari yang saat ini ke utara.
"Matahari ke jarak yang paling dekat dengan bumi dan karena dekat, panaslah bumi," katanya.
Dia menjelaskan bahwa pergerakan matahari dan perubahan suhu itu juga menandai pergantian musim, karena ada masa transisi ke musim kemarau.
"Memang saat ini ada kalanya hujan, ada kalanya panas," katanya.
Akibat hal tersebut, katanya, terjadi perubahan cuaca yang ekstrem dengan embusan angin pada lapisan atas awan. Pola angin itu cenderung menyebar, mengacak-acak sejumlah zat, dan mengakibatkan sulitnya pembentukan awan.
"Lantaran awan tak ada, sinar matahari langsung memanggang bumi," katanya.
Selain itu, tekanan udara lebih banyak tertarik ke wilayah selatan bumi.
Kondisi itu, katanya, juga berdampak pada sedikitnya uap air tersisa yang menyebabkan sedikitnya curah hujan yang terjadi.
Apalagi, katanya, siklon tropis memiliki tekanan rendah sehingga menarik awan di selatan bumi. Dampak perbedaan tekanan pada awan berupa perbedaan ketinggian pada air. Siklon tropis memiliki tekanan jauh lebih rendah ketimbang udara di sekitarnya sehingga awan tersedot dengan cepat.
"Akibatnya terjadi perubahan cuaca dari yang biasanya hujan jadi panas," katanya.
Menurut dia, Kalbar sebenarnya hanya mendapatkan dampak dari suatu kondisi siklon tersebut. Hal itu, karena Kalbar merupakan wilayah yang dilalui garis khatulistiwa.
(A057/Z004)
Kabut Asap di Pantura Kalbar Akibatkan Jarak Pandang 50-100 Meter
Selasa, 12 Maret 2013 11:45 WIB