Carakas (Antara/Xinhua-OANA) - Penjabat Presiden Venezuela Nicolas Maduro menang tipis dalam pemilihan presiden di negeri itu dengan memperoleh 50,66 persen suara, demikian pengumuman Presiden Dewan Pemilihan Umum Nasional Tibisay Lucena, Minggu (14/4).
Dengan 99,2 persen kertas suara dihitung, Maduro mengalahkan penantang dari oposisi Henrique Caprilles, yang meraih 49,07 persen suara.
Maduro, calon dari Partai Sosialis Bersatu --yang berkuasa, akan menyelesaikan sisa waktu enam tahun yang ditinggalkan mendiang presiden Hugo Chavez mulai Januari.
Sebelumnya saat memberikan suaranya di Pilpres Venezuela, Presiden sementara Venezuela Nicolas Maduro mengatakan pemerintahnya akan memberikan "bukti baru" campur tangan Amerika Serikat di negaranya.
Maduro, yang dipilih langsung oleh Chavez untuk memimpin bangsanya, mengusir dua atase militer Amerika Serikat di hari kematian pemimpin sayap kiri itu bulan lalu. Dia menuduh mantan pejabat Amerika Serikat membuat rencana untuk membunuhnya selama kampanye.
"Selalu ada kesulitan dengan Amerika Serikat karena mereka selalu merencanakan," katanya setelah memberikan suara dalam pemilihan presiden, melawan pemimpin oposisi Henrique Capriles.
"Besok (Senin) kami akan menyajikan bukti langsung baru intervensi dalam situasi domestik Venezuela oleh pejabat kedutaan besar Amerika Serikat," kata mantan menteri luar negeri dan wakil presiden itu.
Sesaat sebelum ia mengumumkan kematian Chavez pada 5 Maret, Maduro menuduh dua atase militer Amerika Serikat mencoba untuk merekrut perwira militer Venezuela guna mengacaukan negara anggota OPEC itu.
"Apa yang akan terjadi jika ... seorang atase militer di Kedutaan Besar Venezuela di Washington mulai mencari tentara di Pentagon untuk menolak kekuasaan (Presiden Barack) Obama atau mengangkat senjata terhadap Obama?" katanya.
Kedua negara itu tidak menempatkan duta besar di ibu kota masing-masing sejak tahun 2010.
Maduro mengatakan Venezuela "selalu bersedia" untuk memiliki hubungan yang lebih baik tetapi itu akan tergantung "pada sikap mereka dalam menghormati negara kita."
Amerika Serikat mengusir dua diplomat Venezuela dalam sebuah langkah cepat bulan lalu. Sembilan hari kemudian, Caracas menangguhkan sebuah "saluran komunikasi informal" dengan Washington.
Kedua negara itu memiliki hubungan dingin sejak Chavez berkuasa pada tahun 1999, namun Venezuela masih mengekspor 900 ribu barel minyak per hari ke tetangganya di utara itu.
Maduro Menang Pilpres, Kecam Campur Tangan AS
Senin, 15 April 2013 16:43 WIB