Jakarta (Antara Kalbar) - Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Djarot Wisnubroto mengatakan bahwa pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) skala kecil menengah (small medium reactor/SMR) cocok untuk dibangun di wilayah terpencil di pelosok Indonesia.
"SMR ini cocok dan bisa melayani pasokan listrik di wilayah terpencil," kata Djarot di Jakarta, Senin.
Meskipun dari sisi biaya per KWH SMR dinyatakan lebih mahal dibanding reaktor besar, namun reaktor kecil menengah dengan daya sekitar 200 hingga 400 MW ini sangat direkomendasikan untuk wilayah terpencil dan mempunyai jaringan listrik yang kecil.
Djarot meyakini bahwa Indonesia mampu membangun SMR mengingat saat ini Batan sudah bisa melakukan studi kelayakan tapak PLTN skala besar.
"Kita sudah memiliki sisi kemampuan penguasaan teknologi dan infrastruktur, jadi saya yakin kita mampu melakukannya," kata Djarot.
Djarot juga mengungkapkan bahwa beberapa daerah sudah menyatakan ketertarikannya terhadap SMR, meskipun mereka tidak masuk dalam jaringan nasional Batan.
Banyaknya pemerintah daerah yang berminat terhadap SMR memicu Batan untuk bisa memulai pembangunan reaktor dalam skala kecil.
"Dalam upaya pembangunan ini juga kita pilih daerah yang stabil, hindari daerah potensi gempa dan tsunami," kata Djarot.
Lebih lanjut Djarot memaparkan bahwa studi mengenai SMR di Indonesia sudah dimulai sejak 2001, dengan mempelajari reaktor daya terapung KLT-40 dan reaktor baterai.
Batan saat ini juga sedang melakukan penelitian untuk mengembangkan SMR, salah satunya adalah reaktor gas yang dikenal dengan RGTT200 yaitu reaktor gas temperatur tinggi dengan daya 200 MW.
SMR merupakan teknologi yang dikembangkan untuk menjawab tantangan kebutuhan energi bagi negara-negara yang kapasitas jaringan listrik yang belum memadai untuk PLTN skala besar.
Batan: PLTN Skala Kecil Cocok Untuk Wilayah Terpencil
Selasa, 20 Agustus 2013 0:10 WIB