Pontianak (Antara Kalbar) - Mengubah pola pikir dan tingkah laku seseorang terlebih lagi masyarakat dalam komunitas yang jauh lebih besar, tidaklah mudah. Upaya itu akan lebih mudah kalau masyarakat sudah melihat secara langsung dampak positif dari perubahan tersebut.
"Setelah melihat banyak keuntungan dari penggunaan listrik pra bayar, minat masyarakat untuk beralih dari listrik pascabayar ke pra bayar, terus meningkat. Ini peluang yang ingin kami maksimalkan untuk mencapai target Kabupaten Sekadau, sebagai kabupaten listrik pintar 100 persen," kata Manajer PLN Wilayah Kalimantan Barat Area Sanggau, Hendrik Eriq.
Area Sanggau merupakan area yang melayani wilayah pehuluan Kalbar. Ada lima kabupaten yang dilayani PLN Area Sanggau yakni Sanggau, Sekadau, Sintang, Melawi dan Kapuas Hulu. Kelima kabupaten ini yang digadang-gadang bakal jadi provinsi baru, Kapuas Raya, pemekaran dari Kalbar.
Selama ini, mayoritas pelanggan PLN mendapat layanan listrik pascabayar, yaitu pelanggan menggunakan energi listrik dulu dan membayar belakangan, atau pada bulan berikutnya. Setiap bulan PLN harus mencatat meter, menghitung dan menerbitkan rekening yang harus dibayar pelanggan.
Kemudian melakukan penagihan kepada pelanggan yang terlambat atau tidak membayar, dan memutus aliran listrik jika konsumen terlambat atau tidak membayar rekening listrik setelah waktu tertentu. Sebuah mekanisme yang panjang dan rentan akan deviasi serta membutuhkan banyak personel.
Namun di sistem listrik pra bayar, pelanggan mengeluarkan uang/biaya lebih dulu untuk membeli energi listrik yang akan dikonsumsinya. Besar energi listrik yang telah dibeli oleh pelanggan dimasukkan ke dalam Meter Prabayar (MPB) yang terpasang dilokasi Pelanggan melalui sistem `token" (pulsa) atau stroom.
Jadi, pelanggan sendiri yang menentukan berapa energi listrik yang dibeli, yang digunakan, dan kapan harus mengisi ulang. Dengan menggunakan Listrik Pintar, pelanggan tidak perlu berurusan dengan pencatatan meter yang biasanya dilakukan setiap bulan, dan tidak perlu terikat dengan jadual pembayaran listrik bulanan.
Pelanggan harus "pintar-pintar" dalam menggunakan energi listrik. Maka, listrik pra bayar pun disebut pula dengan listrik pintar.
Nilai Tambah
Kabupaten Sekadau mempunyai luas wilayah 5.444 kilometer persegi. Jumlah penduduk berdasarkan Sensus Tahun 2010, sebanyak 181.634 jiwa. Jarak dari Kota Pontianak menuju Kabupaten Sekadau, sekitar 315 kilometer. Kondisi jalan yang rusak membuat waktu tempuh berkisar 8 - 9 jam dari Kota Pontianak.
Saat ini, PLN di Kabupaten Sekadau hingga akhir 2013 melayani 22.227 pelanggan. Mereka tersebar di tujuh kecamatan dan 76 desa yang ada di kabupaten yang dikenal pula sebagai Bumi Lawang Kuari itu. Rasio elektrifikasi berkisar 50 persen.
Secara keseluruhan, Area Sanggau melayani 189.261 pelanggan yang tersebar di lima kabupaten. Jumlah pengguna listrik pra bayar, mendekati angka 80 ribu pelanggan. Atau 41 persen dari pelanggan di Area Sanggau adalah pengguna listrik pra bayar.
Sedangkan di Kabupaten Sekadau, jumlah pengguna listrik pra bayar 13.355 pelanggan (data Desember 2013). Angka tersebut mencapai 60 persen dari total pelanggan PLN di Kabupaten Sekadau. Ada tiga kecamatan yang sudah 100 persen menggunakan listrik pra bayar dua diantaranya yakni Belitang Hulu dan Nanga Mahap.
Hendrik Eriq mengakui butuh kerja keras untuk mencapai target 100 persen listrik pra bayar di Kabupaten Sekadau. "Kami lebih fokus untuk melayani listrik pra bayar di Kabupaten Sekadau untuk Area Sanggau," ujar Hendrik Eriq.
Ia menjamin pasokan material guna memenuhi permintaan listrik pra bayar itu akan tercukupi.
Menurut Hendrik Eriq, ada sejumlah nilai tambah yang dinikmati PLN maupun pelanggan setelah pemasangan listrik pra bayar. Kabupaten Sekadau merupakan daerah dengan nilai prosentase susut terendah di Area Sanggau. Nilainya 6,87 persen. Hampir mendekati target 6,4 persen.
Sementara untuk pelanggan, tingkat komplain karena kesalahan pencatatan meter listrik, pembayaran rekening yang melonjak tiba-tiba, atau pemutusan karena menunggak pun turun drastis.
PLN pun juga harus meningkatkan pelayanan karena MPB menggunakan jenis digital yang harus membutuhkan tegangan listrik yang stabil. "Kalau tegangan turun, MPB tidak berfungsi. PLN harus memperbaiki kualitas tegangan, kalau tidak berfungsi, listrik pun tak terjual," kata Hendrik Eriq.
PLN mencatat adanya pengurangan konsumsi listrik bagi pelanggan yang sebelumnya menggunakan listrik pascabayar dengan pra bayar. Rata-rata penggunaan listrik pelanggan pascabayar di Area Sanggau sebesar 149,3 kWH. Sedangkan untuk pelanggan listrik pra bayar hanya 115,5 kWH. "Artinya terjadi penurunan pemakaian hingga 20 persen," ujar dia.
Kondisi itu membuat PLN Area Sanggau mampu menambah pelanggan hingga 22 ribuan unit. Padahal, kata Hendrik Eriq, Area Sanggau selama ini dikenal sebagai daerah defisit energi listrik. "Kami mampu menambah pelanggan tanpa harus menambah mesin pembangkit," kata dia. Artinya, semakin banyak pengguna listrik pra bayar, maka PLN dapat terus memperluas pelayanan dan menambah jumlah masyarakat yang membutuhkan energi listrik.
Masyarakat Untung
Hendrik Eriq kerap menerima surat pengajuan permohonan dari pelanggan agar mengganti listrik pascabayar ke pra bayar. "Pengajuan tidak oleh satu atau dua pelanggan, tetapi sekaligus satu komplek," ungkap dia.
Hal ini karena pelanggan yang menggunakan listrik pascabayar sudah melihat berbagai keuntungan dari listrik pra bayar. Pihak PLN pun tentu tidak dapat memaksa pelanggan untuk beralih.
Wiwid, 27, tinggal di Kota Sanggau. Namun ia bekerja di Desa Sekotong, Kecamatan Nanga Mahap, Kabupaten Sekadau. Profesinya sebagai bidan sejak empat tahun terakhir mengharuskan Wiwid meninggalkan keluarganya dan tinggal di Pos Bersalin Desa (Polindes) setempat.
Ia merasakan berbagai perubahan dalam pelayanan listrik dari PLN ke pelanggan. "Sudah biasa kalau listrik padam selama berjam-jam," katanya.
Penyalaan listrik pun dilakukan secara berjadwal. Misalnya hidup dari sore hingga pagi hari. Pukul 06.00 sampai pukul 14.00, listrik dipadamkan. Terkadang pemadaman berlangsung lebih lama.
Namun kini, listrik di desa tersebut dapat dinikmati selama 24 jam. Kalaupun terjadi pemadaman, hanya berlangsung sebentar. "Sekarang sudah jauh lebih baik," ujar Wiwid.
Entenk, 36, warga Dusun Senoban, Desa Rirang Jati, Kecamatan Nanga Taman, bersyukur sejak menggunakan listrik pra bayar, pengeluarannya berkurang. Ia sebelumnya menggunakan generator set (genset) sendiri. Selain tidak dapat menyala 24 jam, ia juga harus mengeluarkan uang sedikitnya Rp270 ribu per bulan. Uang tersebut untuk membeli bahan bakar genset.
Kini, dalam satu bulan, ia hanya mengeluarkan uang seratusan ribu rupiah untuk membeli pulsa listrik. Anak-anaknya pun dapat belajar lebih lama di rumah. Bahkan salah seorang anaknya, Riska yang duduk di bangku kelas I SMP, nilai mata pelajaran ikut membaik. "Dulu nilainya 6 atau 7, sekarang 8 atau 9," kata Riska, malu-malu.
Masih terngiang jelas ucapan Direktur Operasi Indonesia Timur PLN Vickner Sinaga di telinga Hendrik Eriq. Vickner menuturkan, saat ini sekitar 70 persen penduduk Indonesia sudah menikmati listrik. Kalau saja mereka berhemat, PLN akan mampu melayani 30 persen penduduk yang belum berlistrik.
(T.T011/Z003)
Sekadau, Menuju Kabupaten Listrik Pintar 100 Persen
Sabtu, 15 Februari 2014 14:00 WIB
Pelanggan harus "pintar-pintar" dalam menggunakan energi listrik