Jakarta (Antara Kalbar) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif menyatakan bahwa 99 persen penyebab bencana asap yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia adalah ulah pelaku yang membakar lahan dan hutan dengan sengaja.
"Jika tidak ditindak maka akan berulang terus. Pertanian dengan cara membakar memang ada di Sumatera dan Kalimantan tapi yang penting terkontrol," kata Syamsul Maarif, dalam surat elektroniknya disampaikan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, diterima Antara Riau, Jumat.
Didampingi Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Dody Ruswandi, ia mengatakan daerah gambut seperti di Riau yang ketebalannya hingga 10 meter maka api akan sulit untuk dipadamkan karena baranya masih hidup lebih lama.
Ia mengatakan, untuk penegakan hukum, maka pada tahun 2013, Polri telah menetapkan 23 tersangka di Riau dan 16 tersangka di Kalteng.
"Namun memang banyak faktor yang melatarbelakangi individu atau kelompok membakar lahan dan hutan seperti ekonomi, sosial dan budaya," katanya.
Saat ini, katanya lagi, masalah bencana asap sedang dibahas di Sidang Kabinet yang dipimpin Presiden di Istana Negara. Selain itu juga dibahas tindak lanjut penanganan bencana lain dan juga masalah ekonomi, politik dan lainnya.
Keringnya musim penghujan di wilayah Sumatera dan Kalimantan telah menyebabkan bencana asap akibat pembakaran lahan dan hutan.
Berdasarkan pantauan satelit NOAA18 kemarin, titik api terpantau di Aceh 17, Kaltim 12, Kalbar 10, Sumut dan Kalimantan Utara sebanyak empat titik api.
"Tidak terpantau adanya titik api di Riau. Asap yang berasal dari lahan gambut yang terbakar tidak terpantau satelit," katanya dan menambahkan berdasarkan analisis, asap yang ada di wilayah Malaysia dan Singapore bukan berasal dari Indonesia karena arah angin dominan dari utara hingga timur laut ke arah selatan dan barat daya.
Dari pantauan satelit di wilayah Malaysia memang terpantau beberapa titik api.
Dalam rakor tingkat menteri di Kantor Kemenkokesra (27/2) yang dipimpin Menkokesra, mengenai antisipasi pembakaran lahan dan hutan, BMKG melaporkan sekitar 70 persen wilayah Indonesia akan memasuki musim kemarau pada April, Mei dan Juni 2014.
Diperkirakan kemarau lebih kering dari pada 2013. Umumnya puncak pembakaran lahan dan hutan di Sumatera pada Juli-Oktober dan di Kalimantan pada Agustus-Oktober.
Untuk antisipasi bencana asap maka BNPB telah melakukan rakor dengan kementerian, lembaga, BPBD dan pemda. Pemda tetap sebagai penanggung jawab yang didukung oleh Pemerintah Pusat. Kemenkokesra sebagai koordinator, dan BNPB sebagai pemegang komando didukung oleh kementerian/lembaga.
Sedangkan upaya pemadaman akan dilakukan tiga operasi, yaitu operasi darat, operasi udara, dan operasi penegakan hukum dan sosialisasi.
"Untuk operasi di darat, BNPB telah meminta dukungan TNI-AD sebanyak dua batalyon," katanya dan menambahkan selanjutnya berkoordinasi dengan Kemenhut untuk menggerakkan 1.755 personil Manggala Agni dan Masyarakat Peduli Api.
Kepada Polri, PPNS di Kemenhut, Kementan dan KLH agar meningkatan penegakan hukum dan sosialisasi.
Untuk operasi di udara, maka akan dilakukan water bombing dan modifikasi cuaca atau hujan buatan. Sebanyak dua pesawat amphibi BE-200, dua helicopter Kamov, dua helicopter Sikorsky, dan empat helicopter Bolco akan dikerahkan untuk water bombing.
Sedangkan untuk modifikasi cuaca akan digunakan dua pesawat Hercules C-130 dan 6 pesawat Casa 212. Semua akan dioperasikan di Sumatera dan Kalimantan sesuai kebutuhan.
(Ridwan Ch)
99 Persen Bencana Asap Akibat Pembakaran Lahan
Jumat, 28 Februari 2014 8:59 WIB