Pontianak (Antaranews Kalbar) - Jakarta sebagai ibu kota negara Republik Indonesia menawarkan banyak sekali wisata modern yang sangat kekinian. Bangunan-bangunan tinggi percakar langit, mall-mall besar, restoran-restoran berkonsep minimalis, serta berbagai macam fasilitas umum yang up-to-date menjadi daya tarik tersendiri bagi Jakarta untuk dikunjungi.
Jauh sebelum itu ada, Jakarta mempunyai sejarah yang sangat panjang hingga sampai seperti sekarang ini. Jakarta dahulu sempat memiliki nama Batavia, ketika dibawah pimpinan kolonial Belanda.
Pada saat itu, banyak sekali bangunan-bangunan untuk kepentingan bangsa tersebut dibangun, seperti halnya bangunan pemerintahan, gereja, sekolah, hingga rumah tinggal. Kini, beberapa bangunan sisa tinggalan kolonial tersebut masih tampak bediri kokoh dan sangat cantik, walaupun sudah beraliih fungsi.
Bagi anda yang hendak berkunjung dan berlibur di Kota Jakarta, bangunan-bangunan bersejarah ini dapat menjadi pilihan destinasi wisata anda loh, dengan mengunjungi bangunan bersejarah anda akan mendapat banyak ilmu serta tentunya foto-foto menawan serasa berlibur di Belanda.
Berikut bangunan-bangunan sisa kolonial bangsa Belanda yang dapat anda kunjungi di Jakarta:
Museum Sejarah Jakarta dalam bahasa Belanda bangunan ini disebut Stadhuis yang berarti balai kota. Sejarah yang panjang mewarnai bangunan dari Museum Sejarah Jakarta ini.
Bangunan ini merupakan bangunan bongkaran ketiga yang selesai dibangyn dan diresmikan pada tahun 1710. Katanya, bangunan museum ini agak menyerupai Balai Kota lama yang berada di Amsterdam yang sekarang menjadi Paleis opde Dam.
Kini, yang dahulunya merupakan stadhuis telah beralih fungsi menjadi museum. Museum Sejarah Jakarta menampilkan bagaimana suatu kota pelabuhan berubah menjadi ibu kota negara yang metropolitan melaui koleksi-koleksinya. Berada di kawasan wisata Kota Tua di Jakarta Barat, akses menuju Museum Sejarah Jakarta ini sangat mudah, dapat menaiki Transjarta ataupun kereta api.
Harga tiket masuk pun masih terhitunng relatif murah, Rp5 ribu untuk orang dewasa, Rp3 ribu untuk pelajar, dan Rp 2 ribu untuk anak-anak.
Kemudian, Gereja Sion atau Gereja tertua yang masih berdiri di Jakarta dengan kokoh hingga saat ini adalah Gereja Sion. Pada zaman dahulu gereja ini dikenal dengan nama Gereja Portugis di luar tembok Kota (Batavia). Berdirinya gereja ini adalah untuk mengusahakan para budak-budak portugis yang berkulit hitam untuk menjadi beragama kristen reformasi dari katolik.
Gereja Sion adalah bangunan tertua di Jakarta yang masih digunakan untuk maksud semula seperti pada waktu didirikan, yaitu pada tahun 1695. Beberapa perabotan yang ada di dalam gereja ini berasal dari masa yang sama juga, diantaranya seperti mimbar gereja yang bergaya barok, bangku gubernur-jendral yang berasal dari akhir abad ke 17, serta orgel.
Bangunan ini terletak di Jalan Jemb. Batu No. 17, Kota Tua, Jakarta. Apabila anda mengunjungi gereja ini tidak akan dikenakan biaya.
Kemudian, Gedung Arsip Nasional Jalan Gajah Mada yang berada di pusat kota Jakarta, sekitar 300 tahun yang lalu merupakan kawasan rumah-rumah peristirahatan bagi golongan elite yang kayak dan pejabat atau pengusaha yang sangatlah sibuk, salah satunya adalah bangunan dari Gedung Arsip Nasional ini.
Bangunan ini dibangun oleh Reinier de Klerk pada abad ke 18, ketika masih menjabat sebagai anggota Dewan Hindia. Gedung Arsip Nasional ini apabila dilihat dengan seksama memiliki gaya tertutup atau closed Dutch style, dikarenakan tidak mempunya serambi pada bagian depan dan belakangnya. Bangunan yang sangat anggun dan megah ini masih dapat anda nikmati hingga saat ini.
Bahkan beberapa tahun belakangan ini bangunan dari Gedung Arsip Nasional ini digunakan untuk pesta perniahan. Namun kini fungsi utama dari bangunan ini digunakan sebagai tempat penyimpanan arsip-arsip nasional penting yang dipamerkan sebagai museum arsip nasional. Tidak ada biaya masuk untuk dapat masuk ke dalam bangunan ini.
Kemudian, Masjid Angke, yakni terdapat sebuah masjid tua yang sangat menarik di daerah Angke, tepatnya di Jalan Pangeran Tubagus Angke. Masjid ini didirikan pada tahun 1761 di wilayah yang dahulunya merupakan wilayah Kampung Bali.
Hal tersebut dikarenakan banyak orang Bali tinggal di daerah situ. Bangunan ini sudah beberapa kali dilakukan perbaikan, namun tidak menghilangkan ciri-ciri khasnya, yakni campuran harmonis antara Bali, Belanda, Jawa serta Tionghoa. Pada sisi seberang masjid juga terdapat makam kramat dari Pangeran Syarif Hamid dari Pontianak beserta makam-makam beberapa orang Arab lainnya.
Namun, yang unik dari pemakaman ini, makam tertuanya adalah makam dari Ny. Chen seorang muslim Tionghoa.
Kemudian, Museum Tekstil, bangunan selanjutnya adalah bangunan dari museum tekstil yang dahulunya merupakan rumah besar kota. Bangunan yang terletak di wilayah Tanah Abang ini biasanya luput dari destinasi wisata para wisatawan, dikarenakan lokasinya yang tidak berada di kawasan Kota Tua. Terletak di Jalan K.S Tubun, Tanah Abang, bagi anda yang ingin melihat-melihat bangunan kolonial dengan gaya Indisch Woonhuis, bangunan ini adalah pilihan yang tepat.
Bangunan utama serta bangunan pendukungnya masih sangat bagus dan anggun.
Anda tertarik untuk berlibur di ibu kota Jakarta dan mengunjungi bangunan-bangunan bersejarah tersebut? Terdapat banyak pilihan transportasi menuju Jakarta, salah satunya dengan membeli tiket bus kramat djati.