Pontianak (ANTARA) - Malam tujuh likor merupakan salah satu Tradisi unik masyarakat Sambas, Kalimantan Barat, dalam menyambut Bulan Idul Fitri, malam ini dihitung pada malam 27 sebelum Idul Fitri.
Ketua Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kabupaten Sambas, Misni Syafari, mengatakan bahwa tradisi Malam tujuh likor merupakan bentuk dari peringatan turun nya malam Lailatul Qadar yaitu malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir.
"Kebiasaan masyarakat Sambas saat malam tujuh likur biasa membuat kue pasong yang nantinya dibawa ke mesjid dan dimakan bersama," katanya.
Ia menjelaskan bahwa kue pasong memiliki filosofi tentang dibelenggu nya syaitan pada Bulan Suci Ramadhan.
"Saya tidak tahu asal mula tradisi ini tapi yang jelas tradisi ini telah dilakukan dari zaman dahulu, maka dari itu kita meminta kepada pegiat sejarah mari bersama-sama kita menggali khazanah sejarah adat istiadat budaya Melayu Sambas," ujarnya.
Ia menyebut bahwa hal yang menjadi kendala saat menarik ulur asal usul sejarah tradisi di Sambas adalah kebiasaan masyarakat Sambas yang tidak memiliki tradisi menulis tetapi melalui mulut ke mulut.
"Banyak sekali tradisi yang harus kita jaga dan lestarikan, seperti adat besaprah, pangkak gasing, tari-tarian, silat,"
Ia mengatakan untuk tradisi menyambut Bulan Idul Fitri di Sambas hampir sama dengan kebanyakan masyarakat Indonesia lainnya, seperti ziarah kubur, silaturahmi ke rumah keluarga saat hari Idul Fitri pertama.
Tradisi unik Sambas "Malam tujuh likor" menuju Idul Fitri
Jumat, 29 April 2022 6:47 WIB

Kue pasong (ANTARA/Amirul)