Berlin (ANTARA) - Kanselir Jerman Olaf Scholz pada Jumat memperingatkan untuk tidak meninggalkan Ukraina dalam perangnya melawan Rusia.
"Rusia melancarkan perang agresi brutal dan tanpa ampun terhadap Ukraina, yang mengakibatkan ratusan ribu orang tewas dan luka-luka. Kita harus melakukan segala yang kita bisa untuk memastikan bahwa Ukraina tidak dibiarkan sendiri dan tetap menjadi negara berdaulat," kata Scholz dalam wawancara dengan situs berita T-Online.
"Kami mendukung Ukraina sebisa mungkin. Pada saat yang sama, kami bertindak hati-hati agar tidak terjadi eskalasi atau perang antara Rusia dan NATO. Itulah sebabnya saya katakan dengan jelas bahwa saya tidak akan mengirimkan rudal jelajah Taurus," katanya menambahkan.
Kemenangan Donald Trump dalam pemilu presiden telah menyoroti bantuan militer dan keuangan apa yang dapat diharapkan Ukraina dari Eropa.
Trump mempertanyakan bantuan AS untuk Ukraina, dan mengeklaim akan segera mengakhiri perang, yang terus berlanjut sejak Februari 2022.
Scholz menyerukan kepada sekutu Barat Ukraina untuk meningkatkan dukungan militer bagi Kiev.
Yang terpenting sekarang adalah "memastikan bahwa Ukraina tidak ditinggalkan dan bahwa kami memasok senjata. Yang lebih penting sekarang adalah bagi semua orang untuk melihat apakah mereka bisa berbuat lebih untuk mendukung Ukraina lebih lanjut," katanya.
Kanselir Jerman itu menekankan bahwa saat ini adalah waktu yang tepat "untuk menciptakan dasar bagi perdamaian yang adil dan berkelanjutan," karena menurut dia, Presiden Rusia Vladimir Putin telah gagal mencapai tujuan perangnya.
Jerman, yang akan menyelenggarakan pemilu baru pada 23 Februari 2025, pada Senin mengumumkan paket senjata baru yang ekstensif untuk Ukraina dalam perangnya melawan Rusia, yang kini telah berlangsung lebih dari 1.000 hari.
Kesepakatan senjata tersebut mencakup 15 tank tempur utama Leopard 1 A5, dua tank antipesawat Gepard, satu howitzer 2000 gerak sendiri, dua sistem antipesawat Iris-T, dan dua pangkalan peluncuran rudal Patriot.
Setelah AS, Jerman merupakan pendukung terbesar kedua Ukraina yang memberikan bantuan senjata dan bentuk bantuan lainnya.
Scholz kalah dalam mosi tidak percaya pada 16 Desember dan memimpin pemerintahan minoritas setelah koalisi tiga partainya runtuh ketika dia memecat menteri keuangan.
Sejumlah isu utama selama pemilu meliputi imigrasi, ekonomi, dan dukungan untuk Ukraina.
Sumber: Anadolu-OANA