Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi XII DPR RI Cek Endra menilai diversifikasi impor bahan bakar minyak (BBM) penting untuk memperkuat ketahanan energi dan menjaga stabilitas ekonomi nasional.
“Kita selama ini terlalu tergantung pada Singapura yang hanya berfungsi sebagai negara re-ekspor BBM. Biaya logistik mahal, harga kurang kompetitif, dan secara strategis kita terlalu bergantung pada satu titik pasokan. Ini saatnya kita ubah arah,” kata Endra dalam keterangan di Jakarta, Jumat.
Endra menyatakan dukungannya terhadap rencana pemerintah untuk mengalihkan impor BBM dari Singapura ke negara-negara produsen langsung seperti Arab Saudi, Amerika Serikat, dan negara-negara di kawasan Timur Tengah.
Menurutnya, kebijakan itu strategis menekan biaya impor, memperbaiki neraca perdagangan, dan memperkuat ketahanan energi nasional karena pembelian langsung dari produsen memakai kapal besar yang menurunkan biaya logistik per liter BBM secara signifikan.
Sebagai anggota Komisi XII DPR RI yang juga membidangi sektor energi, sumber daya mineral, lingkungan hidup, dan investasi, Endra menilai pengalihan impor itu harus dibarengi dengan percepatan pengembangan dan modernisasi kilang minyak nasional.
Ia menilai, ketergantungan pada impor produk jadi membuat Indonesia kehilangan potensi nilai tambah dalam negeri.
“Kita harus berinvestasi di kilang. Kalau kita bisa olah sendiri minyak mentah dari negara produsen, maka kita ciptakan lapangan kerja, transfer teknologi, dan nilai ekonomi yang lebih besar di dalam negeri,” tambah mantan Bupati Sarolangun itu.
Endra menegaskan kebijakan ini berdampak positif tidak hanya pada sektor energi, tetapi juga memperbaiki neraca perdagangan, efisiensi subsidi, memperkuat fiskal negara, dan meningkatkan daya tahan ekonomi nasional secara menyeluruh.
Ia juga menyoroti pentingnya diversifikasi sumber pasokan BBM sebagai bagian dari strategi jangka panjang ketahanan energi. Menurutnya, ketergantungan pada satu negara sangat berisiko di tengah dinamika geopolitik global.
“Diversifikasi pasokan itu wajib. Kita harus punya lebih dari satu sumber, supaya saat ada gangguan di satu titik, pasokan nasional tidak terganggu. Ini adalah bagian dari kedaulatan energi kita,” katanya.
Endra juga mengapresiasi kebijakan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia terkait efisiensi BBM, mendukung penuh implementasinya, dan siap mengawal melalui DPR agar dijalankan bertahap dengan perencanaan logistik serta infrastruktur yang matang.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan rencana untuk mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM) dari Singapura, sebab harga yang kurang kompetitif apabila dibandingkan dengan BBM dari Timur Tengah.
“Kami mulai berpikir bahwa kami akan mengimpor minyak dari negara lain, bukan dari negara itu (Singapura),” ucap Bahlil di Jakarta, Jumat (9/5).
Menteri ESDM menyampaikan bahwa sekitar 54–59 persen dari BBM yang diimpor oleh Indonesia berasal dari Singapura.
Ketika ia membandingkan harga BBM yang diimpor dari Singapura dengan yang diimpor dari Timur Tengah, Bahlil menemukan bahwa harga bahan bakarnya sama. Padahal, secara geografis, letak Singapura jauh lebih dekat ketimbang Timur Tengah terhadap Indonesia.