Pontianak (ANTARA) - Upaya pelestarian satwa endemik Indonesia kembali mendapat perhatian dari dunia industri. PT Perkebunan Nusantara IV PalmCo menyalurkan bantuan senilai Rp126 juta kepada Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) untuk mendukung proses rehabilitasi tiga orangutan Kalimantan yang sebelumnya menjadi korban perdagangan ilegal dan perusakan habitat.
Ketiga orangutan—bernama Oka, Christina, dan Zahri—saat ini menjalani tahapan akhir dari proses pemulihan dan pelatihan sebelum dilepasliarkan ke habitat alami mereka.
Direktur Hubungan Kelembagaan PTPN IV PalmCo, Irwan Perangin-angin, mengatakan bahwa dukungan tersebut merupakan bagian dari tanggung jawab ekologis perusahaan dalam mendorong keberlanjutan industri sawit yang lebih berimbang. "Pelestarian spesies seperti orangutan bukanlah aktivitas filantropi semata, tetapi bagian dari kewajiban perusahaan terhadap lingkungan," ujar Irwan, Kamis (23/9).
*Luka Lama, Harapan Baru*
Orangutan yang direhabilitasi berasal dari latar belakang yang berbeda, namun sama-sama mencerminkan dampak tekanan terhadap hutan tropis Kalimantan.
Oka, salah satu dari tiga individu yang kini menjalani masa habituasi di Pulau Bangamat, sempat menderita hepatitis B dan harus melalui proses penyembuhan panjang. Christina, yang sempat dipelihara seperti manusia, kini mulai kembali menunjukkan perilaku alami seperti memanjat pohon dan mencari makanan sendiri di Pulau Salat. Sementara Zahri, orangutan jantan muda yang disita dari warga, dikenal sebagai penjelajah soliter yang tangguh.
Menurut BOSF, proses rehabilitasi orangutan dapat memakan waktu hingga lebih dari lima tahun, termasuk karantina, pemeriksaan medis, hingga pelatihan di "sekolah hutan" untuk membangkitkan kembali insting liar mereka.
Integrasi Keberlanjutan
Dukungan terhadap rehabilitasi orangutan menjadi bagian dari strategi keberlanjutan yang lebih luas di tubuh PalmCo. Perusahaan pelat merah ini mengaku menerapkan prinsip *Environmental, Social, and Governance* (ESG) sebagai kerangka kerja bisnisnya. Pada Oktober 2024, PalmCo tercatat meraih peringkat ESG tertinggi kedua di dunia untuk sektor kelapa sawit, menurut lembaga pemeringkat internasional.
Irwan menyebutkan bahwa inisiatif ini adalah bentuk kesadaran perusahaan terhadap pentingnya menjaga keseimbangan antara produktivitas dan pelestarian ekosistem. “Kami ingin memastikan bahwa industri sawit dapat berjalan seiring dengan konservasi alam,” sebutnya.
PalmCo juga mendukung berbagai program lain seperti restorasi habitat, pemanfaatan energi terbarukan melalui fasilitas biogas, serta pemberdayaan masyarakat yang hidup berdampingan dengan kawasan hutan.
Kolaborasi Jangka Panjang
Kerja sama antara PalmCo dan BOSF diproyeksikan menjadi kolaborasi jangka panjang yang memberi dampak nyata. Dalam beberapa tahun ke depan, PalmCo berencana memperluas dukungannya untuk program pelepasliaran satwa liar lain dan memperkuat keterlibatan komunitas lokal dalam menjaga keanekaragaman hayati.
"Ini bukan hanya soal menyelamatkan satu-dua orangutan," ucap Irwan, "tetapi tentang bagaimana kita, sebagai pelaku industri, ikut merawat masa depan alam."
Pelestarian orangutan Kalimantan merupakan isu penting dalam konteks keberlanjutan sektor agribisnis di Indonesia. Dukungan dari perusahaan seperti PalmCo, jika dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan, dapat menjadi contoh bagi pelaku industri lain dalam mengintegrasikan prinsip konservasi ke dalam strategi bisnis.
