Singkawang (ANTARA) - Kemeriahan Festival Mooncake 2025 terasa hingga ke berbagai penjuru Kota Singkawang Kalimantan Barat termasuk pada kaum lansia yang ada di Panti Jompo Netizen Cinta Singkawang (NCS), Senin.
Pengelola Panti Jompo NCS, Aipda Muhammad Irvan mengatakan, kegiatan tersebut merupakan pengalaman pertama bagi para penghuni panti untuk merayakan Festival Mooncake secara langsung.
“Kami mengadakan makan besar bersama lansia dan para undangan lainnya. Kegiatan ini kami biayai secara swadaya bersama rekan-rekan sebagai bentuk kepedulian agar para lansia juga merasakan suasana Mooncake yang penuh kebahagiaan,” ujarnya, di Singkawang, Senin.
Irvan menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung pelaksanaan acara di Panti Jompo NCS. Menurutnya, kebersamaan yang tercipta pada malam itu menjadi momen berharga bagi para lansia.
“Alhamdulillah kegiatan berjalan lancar. Terima kasih kepada rekan-rekan yang turut hadir dan membantu. Para lansia terlihat bahagia karena bisa ikut merasakan semarak Festival Mooncake,” katanya.
Acara ini lanjut Irvan, menjadi bukti bahwa semangat perayaan budaya dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat, termasuk kalangan lanjut usia. Acara tersebut juga menunjukkan bahwa budaya bisa menjadi sarana mempererat empati dan solidaritas sosial di tengah keberagaman.
Wali Kota Singkawang, Tjhai Chui Mie, mengatakan Mooncake Festival merupakan tradisi turun-temurun masyarakat Tionghoa yang digelar setiap tanggal 15 bulan 8 dalam kalender Imlek. Ia menegaskan, kegiatan ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga bentuk pelestarian nilai-nilai budaya leluhur.
“Festival ini bukan hanya seremonial, tetapi cara kita melestarikan budaya dan mensosialisasikan kepada masyarakat. Semakin sering digelar, semakin kuat pula akar kebudayaan yang tertanam di Singkawang,” ujarnya.
Menurutnya, kegiatan tersebut juga memberikan dampak positif bagi ekonomi lokal, khususnya bagi pelaku UMKM yang berjualan di area festival.
“Selama seminggu UMKM berjualan di sini. Ini tentu memberikan dampak besar bagi perekonomian masyarakat,” katanya.
Tjhai Chui Mie juga mendorong agar kegiatan serupa digelar oleh berbagai paguyuban etnis di Singkawang. Ia menilai, keberagaman budaya adalah modal penting dalam pengembangan pariwisata berbasis kearifan lokal.
“Kita punya 17 paguyuban. Masing-masing harus mampu mengemas nilai budaya uniknya agar menjadi magnet wisatawan berkunjung ke Singkawang,” ujarnya.
