Pontianak (ANTARA) - Ulama kondang asal Riau, Ustadz Abdul Somad (UAS) menyampaikan apresiasi atas kerukunan dan kebersamaan masyarakat Kota Pontianak Kalimantan Barat yang menurutnya menjadi contoh nyata harmoni di tengah keberagaman.
"Kita di Pontianak membuktikan bahwa fitnah-fitnah di internet tidak mampu memecah belah kita. Hari ini bukan hanya umat Islam, tapi seluruh masyarakat datang dengan penuh cinta dan kebersamaan," kata UAS saat memberikan tausiyah Peringatan Maulid Akbar Nabi Muhammad SAW di Masjid An Naim, Kantor Gubernur Kalbar di Pontianak, Senin.
Acara tersebut dihadiri Gubernur Kalbar Ria Norsan dan istri Hj Erlina serta jajaran aparatus sipil negara (ASN) di lingkungan Pemprov Kalbar serta masyarakat umum.
Sementara pada Minggu (5/10), Ustadz Abdul Somad juga memberikan tausiyah pada peringatan Haul Habib Muhammad bin Abdullah Al Muthahar ke-114 tahun yang dirangkai dengan Peringatan Hari Jadi ke-254 Kota Pontianak. Acara ini digelar di Jalan Gajah Mada Kota Pontianak. Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono turut hadir dalam acara tersebut bersama jajarannya.
Dalam ceramahnya, UAS menegaskan bahwa kehadiran masyarakat dari berbagai latar belakang pada acara keagamaan, menjadi bukti bahwa Pontianak adalah kota yang rukun, harmonis, dan tidak mudah dipecah belah oleh isu atau fitnah.
Menurutnya, momen peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Haul Habib Muhammad bin Abdullah Al Muthahar bukan sekadar seremoni keagamaan, melainkan pengingat untuk memperkuat cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, serta meneguhkan persatuan umat di tengah kemajemukan.
"Habib Muhammad bin Abdullah Al-Muthahar sudah wafat 114 tahun yang lalu, tapi masih dikenang dan bisa mengumpulkan ribuan orang. Itu tanda bahwa beliau adalah wali Allah Subhanahu wa Ta’ala," tuturnya.
UAS juga menyampaikan tiga pelajaran penting dari peringatan tersebut. Pertama, bahwa hati manusia hanya dapat digerakkan oleh Allah SWT.
"Orang kaya tidak bisa memaksa orang datang, pejabat tidak bisa memerintahkan orang berkumpul. Yang datang malam ini karena Allah yang menggerakkan," kata UAS.
Kedua, meski telah wafat, amal saleh dan ketulusan seseorang dapat membuatnya tetap dikenang oleh banyak orang lintas generasi.
"Habib Muhammad bin Abdullah Al Muthahar tidak punya media sosial, tidak punya televisi, tapi namanya tetap harum dan dikenal hingga kini. Ini bukti cinta umat yang tak lekang oleh waktu," ucapnya.
Ketiga, UAS mengingatkan agar manusia menilai seseorang bukan hanya saat hidup, melainkan dari amal baik yang ditinggalkannya.
"Jangan menilai orang ketika masih hidup, karena bisa jadi amalnya baru tampak setelah dia tiada," katanya.
Puncak acara Haul Habib Muhammad bin Abdullah Al Muthahar ke-114 dan Maulid Akbar Nabi Muhammad SAW ini menjadi simbol kebersamaan dan keharmonisan masyarakat Pontianak. Ribuan warga dari berbagai latar belakang etnis, agama, dan status sosial memadati Jalan Gajah Mada, memperlihatkan wajah Pontianak sebagai kota yang damai dan penuh toleransi.
