Pontianak (ANTARA) - Fotografer di Pontianak didorong untuk menumbuhkan kesadaran peran foto jurnalistik dalam membentuk pandangan sosial masyarakat melalui diskusi bertajuk Photo Talk on World Press Photo: Photography Can Define What Matters yang digelar di Port 99 Pontianak.
"Dalam rangkaian World Press Photo Exhibition 2025, program ini menghadirkan semangat kebebasan berekspresi melalui karya visual serta mengajak para fotografer untuk memahami kembali kekuatan foto sebagai medium komunikasi publik," kata Project Manager Erasmus Huis, Bob Wardana di Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar), Senin.
Diskusi tersebut menghadirkan dua narasumber utama, yakni Ketua Pewarta Foto Indonesia (PFI) Pontianak Leo Prima dan Kepala Perum LKBN Antara Biro Kalimantan Barat Helti Marini Sipayung, dengan fotografer muda Larasati sebagai moderator.
Bob Wardana mengatakan kegiatan ini menjadi momentum penting bagi komunitas fotografer di Pontianak untuk terus aktif mendokumentasikan kehidupan sosial di sekitarnya dengan perspektif yang reflektif dan empatik.
"Inilah yang kita harapkan. Komunitas fotografer di Pontianak sudah sangat hidup dan produktif. Foto menjadi cermin refleksi yang bisa memotivasi mereka untuk terus merekam berbagai peristiwa di lingkungan sekitar," tuturnya.
Leo Prima menegaskan bahwa foto jurnalistik memiliki kedudukan strategis dalam dunia informasi, karena mampu menyampaikan fakta secara kuat dan autentik.
"Foto merupakan elemen yang tak terpisahkan dari penyajian informasi. Dalam jurnalisme, foto bukan sekadar tentang keindahan, melainkan bagaimana pesan dan makna bisa tersampaikan kepada pembaca," katanya.
Kepala Perum LKBN Antara Biro Kalimantan Barat Helti Marini Sipayung menambahkan bahwa dalam praktik jurnalistik, foto dan teks memiliki posisi sejajar serta saling melengkapi satu sama lain untuk memperkuat pesan yang disampaikan kepada publik.
"Dalam jurnalisme, foto dan teks berdiri di level yang sama. Foto tanpa teks membuat pesan kehilangan arah, begitu juga sebaliknya," kata Helti.
Melalui gelaran diskusi dan pameran foto ini, Erasmus Huis berharap fotografer muda di Kalimantan Barat dapat melihat fotografi bukan hanya sebagai media dokumentasi, tetapi juga sebagai sarana refleksi sosial, penyampai pesan, dan penggerak perubahan di tengah masyarakat.
