Pontianak (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat memperkuat koordinasi dengan pemerintah kabupaten dan kota dalam menjaga ketersediaan pasokan bahan pokok serta mengantisipasi potensi lonjakan harga menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2025.
"Kami terus mengikuti perkembangan inflasi dan berkoordinasi dengan seluruh kabupaten dan kota. Pemerintah daerah siap mengambil langkah cepat agar kestabilan harga dan daya beli masyarakat tetap terjaga," kata Sekda Kalbar Harisson, usai mengikuti Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Nasional yang dipimpin Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian secara virtual dari Ruang Data Analisis Kantor Gubernur Kalbar, Selasa.
Ia menjelaskan, koordinasi lintas sektor dilakukan untuk memastikan pasokan bahan pokok tetap aman di pasar. Selain memantau pergerakan harga, pemerintah daerah juga diminta untuk tidak menaikkan tarif transportasi umum maupun air minum agar tidak menambah beban masyarakat menjelang akhir tahun.
"Arahan Bapak Mendagri akan kami tindaklanjuti. Fokus kami menjaga agar harga tetap stabil, pasokan cukup, dan masyarakat tidak terbebani oleh kenaikan harga yang tidak perlu," tuturnya.
Harisson menambahkan, Pemprov Kalbar bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) akan terus melakukan pemantauan lapangan dan berkoordinasi dengan instansi vertikal, seperti Bulog dan BPS, untuk memastikan ketersediaan stok bahan pokok tetap terjaga.
"Koordinasi yang kuat menjadi kunci dalam menjaga stabilitas inflasi daerah. Kami ingin memastikan masyarakat Kalbar tetap tenang dan kebutuhan pokoknya terpenuhi menjelang akhir tahun," katanya.
Dalam arahannya, Mendagri Tito Karnavian meminta seluruh kepala daerah untuk mewaspadai potensi kenaikan harga menjelang akhir tahun. Pemerintah daerah diminta memperkuat koordinasi dengan berbagai pihak agar inflasi tetap terkendali dan pasokan barang tidak terganggu.
"Momentum Desember selalu diiringi dengan peningkatan konsumsi, terutama pada sektor pangan dan transportasi. Karena itu, daerah harus menjaga keseimbangan harga agar inflasi tidak melonjak," kata Mendagri.
Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri dan Badan Pusat Statistik (BPS) RI, inflasi nasional hingga minggu kelima Oktober 2025 tercatat sebesar 2,86 persen secara tahunan (year-on-year), sementara inflasi bulanan (month-to-month) dari September ke Oktober 2025 mencapai 0,28 persen.
"Adapun komoditas utama penyumbang inflasi meliputi emas perhiasan, cabai merah, beras, tarif air, ikan segar, dan daging ayam ras. Kenaikan harga emas di pasar global disebut menjadi faktor dominan yang berimbas pada inflasi domestik, selain pengaruh cuaca ekstrem, keterlambatan distribusi, dan kenaikan harga bahan bakar," kata Tito.
